[16]Malam

3.2K 177 0
                                    

Happy reading my boow'

_
_
_

Rumah Rasi terisi banyak orang untuk menghadiri acara Tujuh Hari Tujuh Malam Kematian. Malam pertama dari sekian lama akhirnya terulang setelah kehilangan sosok yang dulu berarti sekarang begitu berarti.

Rasi masih senantiasa duduk dikamarnya, sedangkan Reon sedang mandi setelah selesai menata kursi kursi untuk para orang yang hadir.

Pintu kamar mandi perlahan terbuka,

Cklekk

Pria dengan handuk yang menutupi bawahannya dan bagian atasan tanpa kain. Rambut yang masih basah sehingga mengalirkan air dengan bebas. Reon yang semula menuduk memandang Rasi yang juga tengah menatapnya.

Seperkian detik Rasi baru tersadar bahwa dirinya lamat lamat memandang pe-, stop jangan dilanjutkan. Mengerjapkan matanya kemudian beralih memandang benda yang ada disekitarnya. Tanpa diduga Reon malah tersenyum tipis menanggapinya.

"A-Aku keluar dulu," gugup Rasi langsung melangkahkan kakinya keluar.

Reon mengangguk mempersilahkan Rasi keluar. Sebenarnya Reon sudah memakai boxer namun tetap ditutupi dengan handuk.

Rasi menuruni tangga menuju ruang tamu. Memakai gamis hitam dengan perpaduan kerudung pashmina hitam namun tidak mengurasi pancaran wajah Rasi yang putih bersih.

Tersenyum menyapa para tamu sehingga memperlihatkan lesung bibirnya.

"Rasi duduk sini ya, Kak," Mita mengangguk mempersilahkan adiknya untuk duduk disampingnya.

"Reon mana dek?" tanya Mita menanyakan keberadaan adik iparnya yang belum terlihat.

"Lagi mandi, tuh orangnya," ucap Rasi kemudian menunjuk Reon kala melihat Reon yang berjalan menuruni tangga.

Memakai celana berwarna cream serta baju koko berwarna hitam ditambah dengan peci yang begitu pas dikepala menambah kharisma Reon berkali kali lipat.

Zela, Afzan, Algib, Dehan dan Zenal telah diberitahu oleh Reon. Mereka berempat sedang dalam perjalanan menuju rumah Rasi.

Tidak ada tangisan kali ini, begitu juga Rasi yang sudah mengikhlaskan kakeknya meski rasa sesak begitu menyelimuti hatinya.

Jangan lihat orang saat dia tertawa saja, kadang tawa seseorang untuk menutupi luka agar hanya dirinya sendirilah yang tau akan rasa sakitnya.

Tiga pria dengan satu perempuan ditengahnya baru saja sampai, mereka Zela dan yang lain. Zela segera menghampiri Rasi dan segera memeluknya.

"Maaf baru dateng," sesalnya.

"It's okay," ucap Rasi seadanya.

Rasi melihat mata Zela yang berkaca kaca dan menghembuskan napasnya lemah.

"Jangan nangis please, lo bikin gue mau nangis lagi kalau kaya gitu!" peringat Rasi.

"Ras, gimanapun kakek lo juga nganggep gue kaya cucunya sendiri. G-Gue masih gak nyangka banget,"

"Syuuttt, udah jangan dilanjutin. Kita sama sama ikhlasin kakek gue dan berdo'a semoga ditempatkan di tempat yang paling indah sama Allah SWT," bijak Rasi.

"Aamiin Ya Allah," jawab Zela.

Afzan juga mendekati Rasi. Entah kenapa saat mendapat berita buruk ini dirinya juga begitu merasa sesak didada. Saat menerima panggilan dari Reon yang mengatakan bahwa kakek Rasi meninggal saat itu juga Afzan juga menjatuhkan gelas yang digenggamannya.

My Husband Is My Star [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang