.
.
.
.
.
Luthfi sudah memasang wajah datar saat mendengar permintaan Andra, bagaimana bisa Andra meminta dia ikut berkumpul dengan sahabatnya. Luthfi tentu saja tidak mau, selain Luthfi tidak terlalu mengenal mereka kecuali San, dia tidak ingin bertemu Vano."Ayolah Fi, temenin gue ya." Andra mengekori Luthfi kemana pun pemuda tinggi itu pergi.
"Gak mau Ndra." untuk kesekian kalinya, Luthfi menolak, tapi bukan Andra namanya kalau kehabisan akal.
"Temenin gue Fi, atau gue nangis nih." Luthfi langsung mendelik kesal, apa-apaan itu.
"Lo apaan sih, lo tau gue gk suka liat lo nangis." Andra tersenyum.
"Makanya temenin gue ya." Luthfi menghela nafas, mau gak mau dia harus mau.
"Ya udah iya, tapi lo harus berangkat sama gue, gak boleh sama San." Andra bersorak senang, gak papa lah, gak berangkat bareng San, yang penting Luthfi mau ikut.
"Gue siap-siap dulu ya." Anda mengecup pipi Luthfi, kebiasaan dari kecil susah ilanginnya.
.
.
.
.
.
Vano menatap satu persatu sahabatnya, San mengajak mereka berkumpul di cafe langganan mereka, tapi yang ada lihat, mereka saling diam, bahkan San yang memberi ide pun, juga diam saja."Weh, mau diem-dieman sampe kapan?" San dan Gibran yang tadi fokus pada ponselnya segera menatap Vano, begitu pula Aldi yang langsung menutup bukunya.
"Ada apa sih San?" San cuma senyum kearah Aldi dan Vano, sedang Gibran memilih kembali fokus ke ponselnya.
"Bentar nunggu Andra dulu."
"Tumben tuh anak gak bareng sama lo, San?" San menatap Aldi.
"Mau bareng sepupunya katanya." mata Vano langsung berbinar saat mendengar itu.
"Andra ngajak sepupunya?" San mengangguk.
"Aduh neng bidadari." Aldi yang baru pertama kali melihat Vano bertingkah seperti itu jadi ilfeel.
"Gak usah kaget Di, dia emang gitu kalau nyangkut sepupunya Andra." Aldi tertawa, itu membuat Gibran diam-diam ikut tersenyum.
"Tapi Van, karna Andra bawa sepupunya, lo gak boleh pergi dari sini sampe semua pembicaraan selesai." Vano menatap San bingung, tapi kemudian dia mengangguk, yang penting ketemu neng bidadari.
.
.
.
.
.
Edzard memandang Dane yang sedang mengayunkan kakinya di samping ranjang. Sejak kejadian itu Edzard tidak bisa meninggalkan Dane sendirian, dia tidak tenang, jadi dia selalu menemani Dane 24 jam, bergantian dengan Ira atau Luthfi."Kak Mars." Edzard suka saat Dane memanggilnya Mars.
"Kenapa?" Dane merubah duduknya jadi menghadap Edzard.
"Kak Mars, punya saudara?" Edzard mengangguk, dulu dia punya kakak perempuan.
"Dulu, aku punya kakak, tapi sekarang udah meninggal." Dane menunduk, dia merasa bersalah sudah menanyakan itu.
"Maaf." cicit Dane, Edzard hanya tersenyum.
"Gak papa Dan, udah lama kok." Dane menatap Edzars lekat, dia menyukai saat Edzard tersenyum.
"Kalau kamu? punya saudara selain karin?" Dane mengangguk semangat.
"Aku punya adik cowok, namanya Hadar, aku kangen dia." Edzard mendekati Dane, mengelus rambutnya.
"Nanti kalau udah keluar dari sini, aku anter kamu ketemu adek mu, gimana?" Dane menatap Edzard polos.
"Kak Mars, beneran mau nganter aku? Ke jogja?" Edzard mengangguk, dia mendapat sedikit informasi dari Dane.

KAMU SEDANG MEMBACA
Still Here
FanfictionEdzard, seorang psikiater muda barusia 26 tahun. Ditarik sebuah rumah sakit jiwa untuk menangani pasien spesial mereka. Danendra, seorang pemuda berusia 23 tahun. Mengalami berbagai hal yang melukai fisik dan mentalnya, dan harus berakhir dirumah sa...