46

1.4K 129 20
                                    


.
.
.
.
.
Para pemuda itu menatap tidak percaya pada apa yang telah mereka dengar, hari itu mereka mendegar sebuah fakta yang sangat mengejutkan. Terutama Vano, Luthfi, dan Andra, mereka tidak menyangka ternyata mereka sebenarnya terhubung dengan Dane.

"Kalian gak mau ketemu Dane?" Luthfi berdiri, dia memeluk Edzard yang berdiri didepannya, pemuda tinggi itu terisak.

"Udah jangan nangis, sana temuin Dane, dia nanyain kalian loh." Edzard mengelus rambut Luthfi, pemuda itu pasti juga terkejut saat mengetahui fakta yang disembunyikan ibunya.

"Bang." Edzard mengalihkan pandangannya pada Andra, pemuda itu tampak berkaca-kaca.

"Sini." Edzard membuka tangannya, yang langsung disambut oleh Andra, kini kedua saudara itu berada dalam pelukan Edzard.

"Udah jangan nangis."

"Aku gak mau pergi bang, gak mau jauh dari bang Dane."

"Aku juga." Edzard mengangguk, dia sudah membahas itu dengan erik dan juga dito, selaku ayah keduanya.

Fakta lain yang terungkap saat itu adalah bahwa Andra, Luthfi, dan Dane adalah saudara. Andra adalah anak dari ayah Dane, erik, dari sebuah kesalahan yang dilakukan erik ketika mabuk, memperkosa saras, ibu Andra. Bukan erik tidak mau menerima Andra, tapi karena saras tidak mau menyerahkan Andra dan justru meminta uang untuk kehidupan Andra.

Sedangkan Luthfi, ayah nya adalah adik kandung erik, jadi Andra dan Luthfi memang bersaudara. Ayah mereka meminta mereka untuk tinggal dengan mereka, tapi mereka menolak, hingga akhirnya Edzsrd menyarankan supaya mereka tinggal disini, toh masih ada rumah milik ayah Luthfi yang selama ini ditinggali Luthfi.

Orang tua Andra dan mama Luthfi harus menerima hukuman atas perbuatan mereka, begitu juga wulan, karin juga suaminya, mereka harus mendekam dibalik jeruji.

"Kalian bisa tinggal disini, aku udah bicara itu sama ayah kalian." Luthfi dan Andra menatap Edzard serempak, mereka tersenyum, Edzard memang paling bisa diandalkan.

"Makasih bang." Edzard mengangguk.

"Udah sana masuk, Dane sama Hadar nungguin tuh." Luthfi dan Andra segera masuk kedalam kamar Edzard, karena pemuda itu sedang ada disana.

"Van." Vano mendongak menatap Edzard.

"Lo boleh marah, lo boleh kecewa sama orang tua lo, tapi gak gini, lo harus tau kalau orang tua lo juga orang tua yang lain dimanipulasi sama karin, mama lo salah tapi gak sepenuhnya, jadi lo harus bisa maafin mama lo." Vano mendengar semua nasehat Edzard, psikiater muda itu tamoak sangat lembut jika sedang berbicara hal lain padany, tapi jika berbicara soal Luthfi sudah pasti Edzard akan sangat galak padanya.

"Tapi bang.." Edzard menggeleng.

"Gak ada tapi, sebelum lo bisa maafin orang tua lo, lo gak boleh ketemu Dane, apa lagi Luthfi."
.
.
.
.
.
Aldi menemani Gibran yang sedang kacau dirumahnya, orang tua pemuda itu merasa bersalah karena perbuatannya, tapi Gibran terlanjur kecewa, orang tuanya turun andil dalam menekan sosok yang selama ini melindunginya.

"Bran udah ya, bang Edzard kirim pesan nih, katanya kalau kamu belum bisa maafin orang tua lo, lo gak boleh ketemu bang Dane." Gibran melotot, dia tidak mau seperti itu, ini saja dia udah kangen sama Dane.

"Gak bisa gitu dong!" Aldi justru memperlihatkan pesan Edzard di hpnya pada Gibran.

"Ck, iya nanti gue baikan." Aldi tersenyum, di suka jika Gibran sudah tidak lagi tenggelam dalam amarahnya.
.
.
.
.
.
San menatap bundanya yang sibuk membuat brownies keju didapur, sejak kejadian seminggu lalu, bundanya menjadi semakin perhatian pada Dane dan Andra, ah jangan lupakan pada Luthfi juga. Bundanya jadi tidak sabar menjadikan Andra sebagai menantunya.

"Bun, banyak banget buatnya?" Bunda manda menoleh, beliau tersenyum melihat San.

"Buat Dane sama Edzard, nanti anterin bunda kesana ya." San mengangguk, dia sih mau aja mengantar bundanya ke rumah Edzard toh ada Andra juga.

"Cepet lulus San, terus nikahin Andra, bahagiain dia ya."
.
.
.
.
.
Halaman belakang rumah keluarga pamungkas sudah disulap menjadi lokasi pesta yang sangat indah. Hari ini akan ada pesta besar disana, pesta pernikahan Edzard dan Dane.

Sudah tiga tahun sejak dimana semuanya terungkap, kini semuanya sudah kembali normal. Semua sudah berjalan sebagaimana seharusnya.

Gibran dan Aldi sudah menikah tiga tahun lalu, sesuai apa yang sudah mereka rencanakan. Ada sedikit drama yang terjadi saat keduanya memberitahu yang lain. Mereka tidak menyangka, dua sahabat mereka yang saling benci karena ego, justru menikah lebih dulu.

San dan Andra, kedua nya masih tetap sama, menjadi sepasang kekasih, San harus ekstra sabar saat meyakinkan Andra bahwa tidak semua pernikahan berakhir seperti orang tuanya.

Bagaimana dengan Vano, dia tetap menjadi adik yang baik untuk Dane, dan kakak yang baik untuk Hadar. Mereka sudah berdamai, memaafkan kesalahan orang tua mereka, meskipun baik Dane atau Hadar lebih suka tinggal dirumah Edzard. Hadar sudah bisa melihat karena kornea mata yang diambil paksa oleh Yuda dari karin.

Pesta pernikahan Dane dan Edzard tidak mewah, karena memang hanya kerabat saja yang datang.

"Lo nungguin siapa sih bang?" Gibran menepuk punda Vano saat melihat pemuda tinggi itu celingukan.

"Udah biarin paling juga nyari Luthfi." San menghampiri keduanya, jangan tanya kemana Aldi dan Andra, mereka berdua sedang menempeli Dane.

"Itu Luthfi kan?" San menunjuk kearah pintu belakang rumah Edzard, disana ada sosok tinggi yang mereka kenal sebagai Luthfi, tapi dia tidak sendiri, ada seorang laki-laki manis dan mungil di sebelahnya sedang memeluk tangan Luthfi erat.

"Itu siapa?" Gibran mengedikan bahu saaf Vano bertanya.

"Mana gue tau bang." Mereka tidak menyadari bahwa Edzard sudah berdiri dibelakang mereka.

"Itu Joshua, pacarnya Luthfi." San, Gibran dan Vano melotot, Luthfi jadi pihak atas ternyata.

"Sabar ya bro, perjuangan masih panjang!"
.
.
.
.
.
"Kak Mars, makasih ya." Edzard menatap Dane yang ada dipelukannya.

"Makasih buat apa?" Dane tersenyum.

"Makasih buat semuanya." Edzard memandang wajah manis Dane.

"Makasih karena nolong aku, makasih karena bikin aku bisa keluar dari sana, makasih udah mau nerima aku yang kayak gini." Edzard tersenyum. Pasangan mungilnya itu sungguh menggemaskan.

"Makasih juga buat kamu yang udah percaya sama aku, dan bertahan sampai saat ini." Dane menyembunyikan wajahnya yang memanas didada Edzard.

"I love you kak Mars!"

"I love you too my minion!"
.
.
.
.
.
End
.
.
.
.
.

Still HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang