29

964 134 2
                                    


.
.
.
.
.
Kamar Dane terlihat berbeda dibanding biasanya, saat ini disana ada Edzard, Ira juga Dimas. Dane pun terlihat memakai pakaian yang berbeda dengan biasanya. Pemuda itu terlihat semakin manis saat menggunakan pakaian kasual seperti ini dibanding menggunakan pakaian rumah sakit.

"Akhirnya kamu keluar juga Dan." Ira memeluk Dane. Ya sore ini Edzard akan membawa Dane keluar, menyembuhkan traumanya di luar rumah sakit jiwa.

"Makasih ya mbak, selama ini mbak baik ke aku." Ira mengangguk mendengar Dane berbicara, dia sungguh tidak menyangka, pasien yang selama tiga tahun dia jaga, akhirnya akan segera pergi.

"Kalau kangen sama Dane, kak Ira bisa main kerumah, bebas kok." Ira beralih menatap Edzard yang berdiri didekatnya dengan tas besar berisi barang-barang Dane.

"Makasih Zard, kamu nepatin janji kamu." Edzard mengangguk.

"Kamu, Dane sama Luthfi harus dateng kenikahan ku sama Dimas dua bulan lagi pokoknya." Ira mengacungkan jari telunjuknya pada Edzard, membuat dokter itu tertawa.

"Iya kak." Dimas tersenyum melihat interaksi Edzard dan Ira, mirip adik kakak.

"Ayo Dan." Edzard menggandeng tangan Dane, membawanya keluar dari kamar, dan juga rumah sakit jiwa yang sudah menahan pemuda itu selama tiga tahun.

"K-kak Mars." Dane mengeratkan genggamannya pada tangan Edzard, sedangkan tangan satunya menggenggam boneka minion.

"Gak usah takut, aku gak akan biarin kamu terluka." Dane lega saat melihat senyum Edzard.

Mereka sudah berada disisi mobil Edzard saat ini, setelah memasukan tas Dane di bagian belakang, Edzard meminta masuk ke bangku penumpang.

"Aku duluan ya kak, besok hari terakhir kakak kan?" Ira mengangguk, besok adalah hari terakhirnya berada dirumah sakit jiwa ini.

"Tolong jaga Dane ya Zard."

"Pasti kak." setelah itu Edzard segera memasuki mobilnya, dia membawa mobilnya membela jalanan macet ibu kota.

"Aku udah lama gak lihat jalan kak." Edzard menoleh sebentar, memandang pemuda disampingnya itu sebentar.

"Sekarang kalau kamu mau cerita, kamu bisa datengin aku Dan, aku akan nyembuhin kamu dari trauma mu itu." Dane mengangguk, dia menatap Edzard dan tersenyum.

"Makasih ya kak Mars."
.
.
.
.
.
Edzard memarkirkan mobilnya dihalaman rumah, dia melihat Dane sedang memandang sekeliling rumahnya. Edzard tersenyum, dia segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Dane.

"Ayo Dan." Dane turun, tapi dia menahan tangannya yang akan digandeng Edzard masuk.

"Kenapa?" Edzard menatap mata berkaca Dane, pemuda itu ragu.

"Gak apa, bunda baik kok." Dane masih tidak bergeming.

"Dan, lihat rumah sebelah itu?" Dane mengangguk, saat netranya melihat rumah yang ditunjuk Edzard.

"Itu rumah Luthfi, nanti malem kita minta Luthfi main, gimana?" Dane mengangguk. Dia kemudian membiarkan dirinya diajak masuk kedalam rumah oleh Edzard.

"Assalamuallaikum." Dane menatap sekeliling rumah Edzard, terlihat mewah meskipun tidak sebesar rumah San.

"Wa'allaikumsalam, udah nyampe ternyata." Edzard melihat bundanya keluar dari dalam rumah, Dane yang belum pernah melihat ibu Edzard, segera menyembunyikan tubuhnya dibelakang tubuh tinggi Edzard.

"Eh ini Dane ya, ya ampun kamu imut banget sih." Edzard menahan ibunya yang akan mendekati Dane, Edzard tidak ingin pipi Dane menjadi korban tangan bundanya.

Still HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang