.
.
.
.
.
Luthfi menatap tangannya yang sedari tadi digenggam oleh Vano. Bukan hal aneh sebenarnya, hanya saja itu tidak sehat untuk jantung Luthfi. Sejak Luthfi memberi kesempatan pada Vano dengan menerima laki-laki tinggi itu, jantung Luthfi sering berdebar kencang saat mereka hanya berdua atau saat Vano melakukan hal-hal manis padanya. Luthfi bingung, apakah secepat itu dia jatuh cinta pada Vano, Luthfi takut."Fi." Luthfi berdehem mendengar Vano memanggilnya. Sebenarnya Vano ingin memanggil Luthfi dengan panggilan kesayangan seperti beb, bear, atau neng bidadari, tapi Luthfi menolak dan justru mengancam putus, ya udah jadinya Vano cuma bisa manggil Fi.
"Kamu libur hari ini?" Luthfi mengangguk, sebenarnya dia tidak libur hanya ijin tidak masuk.
"Jadi seharian kamu bakal sama aku dong." Luthfi berhenti melangkah, dia menatap Vano.
"Gak lah, kalau aku capek ya aku pulang, ngapain sama kamu mulu." Vano melongo, kenapa pacarnya blak-blakan sekali sih.
"Fi, udah sarapan belum tadi?" Luthfi mengangguk.
"Udah tadi, sekalian masakin Andra sarapan." Vano menangkup wajah Luthfi.
"Terus kapan mau masakin buat aku?" Luthfi melepaskan tangan Vano dari wajahnya.
"Emang kamu siapa? suami juga bukan, minta dimasakin." Vano cengo, apa ini artinya Luthfi pingin dilamar.
"Ya udah yok, ke KUA biar aku nikahin kamu."
Plak
Luthfi menggeplak kepala Vano dengan kencang, sembarangan aja kalau ngomong. Emangnya Vano udah punya penghasilan, kuliah aja belum lulus, mau nikahin Luthfi yang hobi makan sama belanja. Jangan bermimpi kisanak.
"Duh, neng kok abang digeplak sih." Vano mengejar Luthfi yang sudah meninggalkannya. Malu Luthfi punya pacar modelan Vano yang gak tau malu.
.
.
.
.
.
Dane mengedarkan pandangannya pada lingkungan apartemen yang didatanginya. Tadi pagi setelah menjemput Andra, Edzard membawa mereka bertiga pergi dengan mobilnya. Edzard sama sekali tidak mengatakan kemana mereka akan pergi, dan saat ini mereka sedang berada disebuah unit apartemen yang ntah milik siapa. Dane dan Andra bingung sedangkan Edzard justru seenak jidat merebahkan dirinya disofa."Kak Mars." Edzard menatap Dane yang duduk disofa seberang, tempat Edzard rebahan.
"Kenapa Dan?" Dane menatap Edzard lekat, sedangkan Andra hanya diam saja, di tidak mau ikut campur pembicaraan keluarga. Andra bahkan lebih asik meminum susu pisang yang sempat dia beli tadi.
"Ini apartemen siapa?" Edzard bangkit, merubah posisi rebahannya menjadi duduk.
"Ini apartemen ku Dan." Dane melotot.
"Kak Mars punya apartemen?" Edzard mengangguk, dia sebenarnya ingin tertawa melihat ekspresi Dane yang menggemaskan.
"Nanti jadi apartemen kita, kalau kamu udah nikah sama aku."
"Uhuk....uhuk...uhuk...."
"Heh?"
"Kalian kenapa sih?" Edzard tertawa kecil saat melihat Andra terbatuk karena tersedak susu pisang, juga Dane yang cengo.
"Bang Edzard ya bercandanya lucu banget." Andra menatap Edzard, mengira pemuda itu sedang bercanda dengan ucapannya.
"Tapi aku gak bercanda loh Ndra." Okey sekarang Andra juga ikutan cengo seperti Dane. Kenapa dominan itu suka sekali bikin bott jantungan sama pernyataan-pernyataan mereka yang mendadak.
Andra bisa melihat bahwa wajah Dane memerah, dan semua itu karena ucapan Edzard. Andra memang tau bahwa Edzard menyukai Dane bukan hanya sebagai pasien, atau adik, tapi sebagai pasangan. Tidak ada yang salah sih, Edzard sudah bekerja, mapan, punya rumah dan apartemen, anak tunggal kaya raya lagi, siapa sih yang gak mau. Cuma pernyataan itu mendadak, masa tiba-tiba ngomongin nikahan dia dan Dane, kan Andra malu.
.
.
.
.
.
Gibran menatap layar ponselnya yang menampilkan alamat sebuah apartemen, Edzard yang mengirimnya. Psikiater muda itu meminta Gibran datang kealamat itu, mengatakan bahwa dia juga berada disana, bersama Dane dan Andra. Gibran mah ayo aja selama ada abang kesayangannya, Dane.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Here
FanfictionEdzard, seorang psikiater muda barusia 26 tahun. Ditarik sebuah rumah sakit jiwa untuk menangani pasien spesial mereka. Danendra, seorang pemuda berusia 23 tahun. Mengalami berbagai hal yang melukai fisik dan mentalnya, dan harus berakhir dirumah sa...