30

974 134 0
                                    


.
.
.
.
.
Suasana rumah San yang tadinya damai mendadak haru, karena kehadiran Dane yang tiba-tiba. Bunda manda bahkan belum melepaskan pelukannya pada Dane, membuat San yang dari tadi memperhatikan bundanya, meminta bundanya membiarkan Dane duduk dulu.

"Bun, bang Dane biar duduk dulu, baru bunda bisa peluk lagi." San mengelus punggung bunda manda. Bunda manda melepaskan pelukannya sebentar, memandang wajah Dane, kemudian menuntunnya kearah sofa.

"Kamu kemana aja?" bunda manda mengelus pipi Dane, beliau benar-benar bahagia bisa kembali bertemu dengan pemuda itu.

"Aku disini kok bun, dijakarta." Dane menjawab lirih, matanya tidak menatap bunda manda tapi justru menatap Edzard yang sedang berdiri bersama San.

"Kenapa kamu gak nemuin bunda sama ayah, kamu udah janji waktu itu bakal langsung nemuin bunda kalau udah selesai ngobrol sama mereka!" Edzard menatap Dane lekat, dia melihat tubuh Dane menegang saat bunda manda mengucapkan itu, apa ada hubungannya dengan kejadian tiga tahun lalu.

"M-maaf." bunda manda mengernyit saat mendengar suara dane bergetar, pemuda itu menunduk, persis seperti orang yang ketakutan.

Bunda manda memandang San, meminta penjelasan. Tapi San hanya mengedikan bahunya, dia sendiri tidak tau apa yang terjadi pada Dane setelah kecelakaan itu.

"K-kak Mars." Edzard mendekati Dane, dia tau trauma Dane muncul, dan dia harus segera menenangkan pemuda itu.

"Iya, aku disini." Dane langsung memeluk perut Edzard yang berdiri disampingnya, membuahkan tatapan bertanya bunda manda.

"M-mau p-pulang." Edzard memandang San, meminta pendapat pada pemuda itu. San menggeleng, dia memberikan lirikan pada bunda nya. Edzard yang mengerti segera mengangguk.

"Kita baru sampe loh, katanya tadi mau ketemu bundanya San?" Edzard tidak mendapat respon dari Dane, San yang melihat itu menepuk pundak Edzard, mengabaikan tatapan kebingungan bundanya.

"Mau bawa kekamar gue aja bang?" San tidak tega melihat Dane, disisi lain dia tau apa yang terjadi jika Dane dipaksa untuk berada diantara orang yang memicu ketakutannya. Edzard mengangguk menyetujui saran San.

"Nanti San jelasin bun, ayo bang." bunda manda mengangguk, dia menatap San juga pemuda yang sedang memeluk Dane itu. Dia benar-benar kebingungan sekarang.

Bunda manda mengikuti San juga Edzard yang membawa Dane kedalam, kekamar San dilantai dua, saat mereka melewati ruang keluarga, ayah singgih menatap mereka bingung, apa lagi melihat dua pemuda yang ada bersama San.

"Bun, ada apa?" bunda manda mengabaikan ayah singgih dan memilih mengikuti San keatas, ayah singgih yang melihat dia baru saja diabaikan istrinya segera menyusul kelantai dua.

"Bun, ada apa? siapa itu tadi?" bunda manda akhirnya menatap ayah singgih, mata bunda manda basah karena sempat menangis tadi.

"Loh, bunda habis nangis?" ayah singgih segera menghampiri bunda manda, bertepatan dengan San dan Edzard yang keluar dari kamar San.

"San." San langsung menatap bundanya, San segera mendekati bundanya, dia tau bundanya butuh penjelasan, begitu pula ayahnya yang menatap tajam kearah Edzard.

"Jelasin ke bunda sekarang San." San mengangguk, tapi bukan dia yang akan menjelaskan melainkan Edzard.

"Iya bun, sekarang bunda duduk dulu, ayah juga, jangan natep kayak gitu ih serem." Ayah singgih menatap San sebelum mengajak bunda manda duduk di sofa yang terletak tepat didepan kamar San.

"Tadi San belum sempet kenalin dia ke ayah sama bunda kan." San menunjuk Edzard yang berdiri tidak jauh darinya.

"Itu bang Edzard, dokter yang bantu bang Dane." Edzard tersenyum pada ayah singgih dan bunda manda.

Still HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang