44

890 125 0
                                    


.
.
.
.
.
Aldi menggenggam tangannya sendiri karena gugup, saat ini dia sedang berada dirumah Gibran, duduk berhadapan dengan kedua orang tua Gibran. Mereka sedang membahas tentang pernikahan Gibran dan Aldi. Orang tua Gibran meminta untuk mengundur pernikahan mereka dua bulan kedepan, karena masih ada yang harus mereka lakukan. Gibran dan Aldi hanya bisa menyetujui hal itu, hanya dua bulan bukan masalah kan, mereka bahkan sudah menunggu selama dua tahun.

"Dua bulan lagi gak lama kok Bran." Gibran mengangguk, kedua orang tuanya sudah pamit untuk pergi, sekarang hanya ada mereka berdua.

"Mau kerumah bang Edzard gak?" Aldi menatap Gibran bingung, kenapa Gibran malah mengajaknya ke rumah Edzard.

"Katanya mau kasih tau anak-anak, mereka lagi ada dirumah bang Edzard, lagi jagain bang Dane." Gibran menjelaskan sedikit pada Aldi yang masih setia menatapnya.

"Emang bang Dane kenapa?" Gibran mengelus punggung sempit Aldi, calon istri nya itu belum tau apa yang terjadi pada Dane beberapa hari ini.

"Bang Dane lagi sakit Di, kayaknya semua ada disana termasuk Vano." Aldi yang mendengar itu langsung bangkit, dia menarik tangan Gibran untuk segera keluar rumah.

"Eh pelan-pelan Di." Aldi cemberut, dia kesal kenapa hanya dia yang tidak tau kalau Dane sakit.

"Ayo kerumah bang Edzard, mau ketemu bang Dane." Gibran tersenyum.

"Ya udah ayo."
.
.
.
.
.
Luthfi membiarkan Dane memeluk tubuhnya, sambil sesekali mengecek keadaan pemuda mungil itu. Mereka sedang dikamar Edzard, Dane ingin tidur disana, bahkan sekarang semua sahabatnya ada disini. Andra juga setia duduk diatas ranjang Edzard bersama Dane yang berbaring dengan memeluk Luthfi.

"Belum ada perubahan ya Fi?" Luthfi menggeleng, dia menatap San yang berjalan mendekati Dane. Pemuda itu tampak khawatir.

"Bang Edzard kemana sih Fi?" Luthfi menggeleng, dia sendiri tidak tau kemana Edzard pergi, bahkan Praja dan Raya pun tidak tau kemana anaknya itu pergi.

"Bang Edzard cuma bilang kalau mau pergi keluar kota." Luthfi ingat malam itu, Edzard menemuinya, menitipkan Dane padanya untuk sementara sampai dia balik.

"Bang Dane kasian." San memeluk Andra saat kekasihnya itu hampir menangis.

"Kita cuma bisa berharap bang Edzard cepet pulang."
.
.
.
.
.
Edzard menatap hp nya nanar, dia baru saja mendapat pesan dari Luthfi bahwa Dane kembali sakit, pemuda mungil itu kembali demam setelah pagi tadi demamnya sempat turun. Edzard sudah sangat ingin kembali kejakarta, tapi sayangnya dia masih harus menyelesaikan sesuatu disini.

"Bertahan sebentar lagi ya Dan, sebentar lagi semua selesai." Edzard bergumam lirih.

"Zard, lo yakin bakal baik-baik aja?" Edzard mengangguk, dia menatap Yuda yang duduk dihadapannya.

"Besok, kita udah balik, kita bisa langsung eksekusi semuanya Zard." Edzard mengangguk, ini hari terakhirnya di surabaya, dia sudah bertemu erik, dia juga berhasil mengajak erik ke jakarta dengan membawa nama Dane dan Hadar.

"Tapi lo harus ekstra sabar ya Zard, karena Dane juga lagi sakit hari ini." Edzard kembali mengangguk, dia tau efek apa yang akan terjadi pada Dane.

"Iya gue tau bang, itu lah kenapa besok gue serahin ke lo, gue bakal stay di kamar Dane, buat ngejaga anak-anak itu." Edzard memejamkan matanya, dia sungguh pusing dengan semuanya. Semua ini ternyata saling menghubungkan satu dengan yang lain.

"Mereka pasti bakal syok banget kalau tau Zard."

"Pasti bang, itulah kenapa gue bakal ada disamping mereka besok."
.
.
.
.
.
Gibran dan Aldi memandang Dane yang tertidur, mereka baru saja sampai dirumah Edzard. Benar saja semua sahabat mereka sedang berkumpul disana. Andra yang lagi senderan di bahu kiri Luthfi, sedangkan disebelah kanan Luthfi ada Dane yang terus saja menggenggam tangannya, San yang lagi natap Andra cemburu juga Vano yang dari tadi matanya tidak lepas dari Luthfi.

Still HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang