25

1K 139 1
                                    


.
.
.
.
.
"Aku gak nyangka kalau Dane bisa percaya sama Edzard" Ira yang sedang memperhatikan wajah tertidur Dane membuka suara.

"Memang ada apa?" Ira menatap Dimas yang berada disebelahnya.

"Edzard baru mengenal Dane satu bulan, tapi sudah bisa mendapat kepercayaan dari Dane." Dimas tersenyum.

"Itu hal yang baik kan?" Ira mengangguk. Iya itu hal yang baik, apa lagi dengan kehadiran Edzard, justru membawa Dane pada kehidupannya yang lalu.

"Eh ujan ya?" Ira mengalihkan pandangannya pada Dimas yang baru saja membuka pintu. Ira yang mendengar itu segera meraih hpnya dan mengetik sebuah pesan.

"Lebat banget ya?" Dimas mengangguk, dia juga bisa mendengar suara petir.

"Kamu ngirim pesan kesiapa?" Ira menoleh.

"Edzard, buat jaga-jaga kalau Dane kebangun." Dimas mengangguk mendengar itu.

Dan benar saja, tak berapa lama Dane terbangun, hujan yang deras juga petir yang menyambar membuat pemuda itu terkejut. Dane mengamati sekeliling kamarnya, dia ketakutan, seolah ada yang akan menjahatinya dikamarnya sendiri.

"Dane." Ira mencoba menyentuh pundak Dane, tapi pemuda itu segera menyentaknya, kemudian beringsut mundur.

"Dane ini aku Ira, tenang ya." Ira kembali mencoba mendekati Dane, begitu juga Dimas yang berjalan mendekat, mencoba menengkan pemuda itu.

"T-tidak....p-pergi." Tubuh Dane bergetar karena ketakutan. Ira yang melihat itu menjadi tidak tega.

"T-tolong....a-ampun...k-kak." Dane terus merancau, kilasan demi kilasan tentang kejadian tiga tahun lalu, kembali masuk keingatannya.

"Dane.." Ira hanya berharap agar Edzard segera datang. Hujan deras dan petir selalu memancing trauma Dane muncul. Dulu setiap seperti ini, Ira pasti menyuntik Dane dengan bius tapi sekarang ada Edzard yang bisa menenangkan pemuda itu.

Brak

Pintu kamar Dane dibuka kasar dari luar, membuat tiga orang yang berada didalamnya terkejut. Dane semakin mundur begitu mendengar pintu kamarnya dibuka, pemuda itu sudah dalam posisi terduduk sambil memeluk tubuhnya sendiri.

"Edzard syukurlah." Ida bernafas lega, karena melihat Edzard ada didepan pintu. Dibelakangnya ada Luthfi dan seorang pemuda yang belum pernah dilihat oleh Ira, keduanya terengah, sepertinya mereka berlari kesini.

"Dane, hei." Edzard mendekati Dane, berjongkok dihadapan Dane. Edzard meraih pundak Dane tapi pmuda itu justru berontak dan mendorong Edzard.

"Sssttt hei tenang ini aku Edzard, gak ada yang bisa nyakitin kamu disini." Edzard memeluk tubuh Dane yang terus berontak.

"L-lepas....t-tolong..." Edzard memejamkan matanya mendengar rancauan Dane.

"Tenang, kamu aman, aku Edzard, aku disini." Gerakan tubuh Dane perlahan berhenti. Edzard tersenyum melihat hal itu.

"K-kak Mars.." Edzard bisa mendengar ucapan lirih Dane.

"Iya ini aku." Edzard merasakan tubuh Dane melemas, beban tubuhnya bertumpu pada tubuh Edzard seluruhnya. Edzard sudah hafal, bahwa pemuda itu pingsan.

Edzard mengangkat tubuh Dane, meletakan tubuh pemuda itu diranjangnya, memeriksa sebentar. Edzard melihat kearah dua pemuda yang sedang berdiri tidak jauh dari pintu. Dia bisa melihat salah satunya menangis.

"Kamu lihat Ndra?" Andra yang mendengar suara Edzard segera memandang pemuda itu dan mengangguk, dia melihat bagaimana tubuh Dane bergetar ketakutan dan bagaimana Edzard menenangkan sahabatnya itu, meskipun berakhir dia melihat Dane pingsan.

Still HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang