.
.
.
.
.
Edzard menatap dua saudara yang saat ini sedang terlelap diranjang pasien, tangannya terkepal, dia marah. Edzard menatap Vano yang sedang bersandar pada kaki Dane, pemuda itu satu-satunya yang tidak tertidur meskipun hari sudah malam."Vano." Vano mendongak menatap Edzard, dia melihat pemuda itu berjalan kearahnya.
"K-kenapa bang?" dimata Vano saat ini Edzard terlihat sangat menakutkan. Berbeda saat berhadapan dengan Dane, psikiater itu tampak sangat lembut.
"Titip mereka sebentar, Dane juga, gue mau keluar dulu." Vano menatap Edzard yang sudah bersiap dengan jaketnya.
"Kemana bang?" Vano tentu saja bingung, ini sudah pukul 11 malam dan Edzard akan keluar, bagaimana jika Dane atau Luthfi bangun dan mencarinya.
"Ketemu temen bentar, klau ada Luthfi atau Dane nanya bilang aja gue lagi ketemu sama Yuda." Vano mengangguk, meskipun dia tidak mengerti siapa itu Yuda.
"Hati-hati bang." Edzard mengangguk, dia segera keluar dari kamar rawat Andra. Dia harus bergegas, karena dia tau Yuda sudah menunggunya.
.
.
.
.
.
Seorang pria dewasa itu berdecak kesal, dia tidak bisa berkeliaran dengan bebas sekarang."Sialan!" seorang wanita melirik sinis pada pria itu, dia pusing sejak tadi mendengar umpatan dari mulut pria itu.
"Bisa diem gak lo Gas?" pria bernama Bagas itu, segera menatap wanita itu kesal.
"Lo masih bisa tenang? lo gila emang!" wanita yang tidak lain adalah sara, istrinya itu mencibir.
"Kenapa gue harus gak tenang, itu salah lo, ngapain lo sampe kelepasan." Bagas menyeringai, dia ingat apa yang sudah dia lakukan dua hari lalu pada putranya.
"Lo tau itu kesenangan buat gue, bukannya lo juga ikut waktu anak lo itu udah pingsan." sara membuang mukanya, dia akui itu.
"Lagian itu anak kenapa harus lo rawat, gak lo buang aja, gara-gara dia gue harus tanggung jawab sama lo, bangsat."
"Gak usah bahas itu, yang penting lo dapet duit banyak kan." bagas kembali menyeringai, ya dia sudah mendapat uang yang sangat banyak.
.
.
.
.
.
Edzard masuk kedalam apartemennya, dia melihat ada seorang laki-laki yang sudah menunggunya disana, itu Yuda, sahabat sekaligus partner Edzard."Gimana?" Yuda yang melihat kehadiran Edzard segera menunjuk meja dihadapannya, disana ada dua laptop yang menyala, juga beberapa kertas yang berserakan.
"Siapa aja yang terlibat?" Edzard menatap kertas berisi data-data orang yang dikenalnya.
"Orang tua mereka ini terlibat." Edzard memejamkan matanya saat Yuda menunjuk sebuah foto berisi beberapa pemuda yang dikenalnya akhir-akhir ini.
"Motif mereka apa sebenarnya? kenapa mereka kejam sekali." Yuda menatap Edzard, dia tau sahabatnya itu sedikit tertekan, kasus yang mereka selidiki ini menyangkut orang-orang yang dikenalnya.
"Beberapa dari mereka melakukannya karena ingin pemuda itu pergi dari kehidupan anaknya, dua orang lainnya melakukan itu karena uang dan dendam, sedangkan dalangnya juga melakukan atas dasar dendam, tapi sepertinya dia terhasut oleh orang yang seharusnya dia benci." Edzard semakin pusing, ini benar-benar membuat otak pintarnya bekerja keras.
"Terus awasi mereka, Yud." Yuda mengangguk, itu memang tugasnya bukan.
"Ah satu lagi, bawa anak itu padaku minggu depan." Yuda mengangguk lagi, dia melihat Edzard sudah beranjak, dia tau Edzard sudah akan pergi.
.
.
.
.
.
Vano menatap Luthfi yang sedang tertidur, dia tau Edzard sengaja memberi pemuda itu obat tidur agar dapat beristirahat. Dia sedikit terkejut saat mengetahui keadaan dua sepupu itu, dia tidak menyangka sahabatnya yang paling berisik akan mengalami hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Here
FanficEdzard, seorang psikiater muda barusia 26 tahun. Ditarik sebuah rumah sakit jiwa untuk menangani pasien spesial mereka. Danendra, seorang pemuda berusia 23 tahun. Mengalami berbagai hal yang melukai fisik dan mentalnya, dan harus berakhir dirumah sa...