26

1K 132 11
                                    


.
.
.
.
.
San menuruni tangga rumahnya, dia melihat bundanya sedang sibuk didapur. San melihat sarapan sudah siap dimeja makan, terus kenapa bundanya masih sibuk didapur.

"Bun, masak apa lagi?" Bunda manda menoleh kearah San yang sudah duduk manis dimeja makan.

"Buat brownies." San mengangguk, bundanya memang terbaik.

"Bun." Bunda manda berbalik menatap San, setelah memasukan adonan brownies ke oven.

"Kenapa?" Bunda manda mendekati San, pemuda itu langsung memeluk perut bundanya.

"Kenapa?" San menggeleng. Bunda manda yang melihat putra nya seperti itu hanya bisa mengelus kepala San.

"Sarapan dulu sana San, sambil nunggu browniesnya mateng." San mengangguk, dia melepaskan pelukannya.

"Ayah mana bun?" San menatap bundanya, saat sadar ayahnya tidak ada diruang makan.

"Ayah udah berangkat kepasar." San berkedip, dia tidak salah dengar kan.

"Pasar? Ayah kepasar?" Bundanya mengangguk, sedikit tersenyum saat ingat tadi pagi dia menyuruh suaminya ke pasar.

"Tumben mau bun?" San penasaran apa yang dilakukan bundanya hingga ayahnya mau diminta ke pasar.

"Kamu kayak gak tau ayah mu aja San." San tertawa kencang, pasti ayahnya diancam gak dapet jatah, makanya nurut.
.
.
.
.
.
Andra mengikuti langkah Luthfi yang mengarah kekamar Dane. Mereka hanya berdua karena Edzard harus mampir keruangannya lebih dulu.

"Bang Danee!!!" Luthfi membuka pintu kamar Dane, dia melihat Dane sedang duduk diranjangnya. Dane yang mendengar itu segera menoleh.

"Luthfi." Luthfi tersenyum mendengar jawaban Dane.

"Bang Dane, ada Andra nih." Luthfi melangkah masuk meninggalkan Andra yang sedari tadi berdiri dibelakangnya. Dane tersenyum melihat kehadiran Andra.

"Andra gak mau masuk?" Dane melangkah kearah Andra yang masih terdiam didepan pintu.

"B-bang Dane." Andra ingin menangis setiap melihat Dane.

"Ayo sini." Dane meraih tangan Andra, membawa pemuda itu untuk masuk kekamarnya.

"Bang Dane udah makan?" Dane mengangguk, dia sudah memakan sarapannya tadi, tepat sebelum Luthfi dan Andra datang.

"Luthfi kok bisa sama Andra?" Luthfi dan Andra saling menatap, mereka belum memberitahu Dane soal hubungan mereka.

"Andra kan pacarnya Luthfi bang." Dane terdiam, pemuda itu memandang Andra yang terlihat mengalihkan tatapannya, juga pada Luthfi yang tersenyum manis.

"Andra sama Luthfi?" Dane bergumam. Dia bingung, apa ini benar?

"Aku kira kamu sama San, ternyata sama Luthfi." Dane memainkan boneka minion ditangannya, sepertinya San kalah cepat.

"Udah, abang gk usah mikir itu dulu." Andra memeluk Dane, dia merindukan pelukan pemuda itu.

"Nanti San juga kesini kok bang." Dane menatap Andra, dia tersenyum, sejujurnya dia ingin keluar dari sini, dia ingin berkumpul bersama sahabatnya, dia juga ingin bertemu Hadar.

"Bang, Andra kangen tau sama abang." Andra mengernyit saat tidak mendapat respon dari Dane.

"Bang Dane, Andra ngajak omong tuh." Dane tetap diam, dia sama sekali tidak menyahut. Luthfi mengerucutkan bibirnya, coba saja ada Vano disini, pasti bibir Luthfi udah gak perawan lagi.

"Bang Dane ih...akh.." Luthfi segera melepaskan tangannya dari boneka Dane, saat tangannya digigit Dane. Dane menatapnya tajam.

"L-luthfi maaf maaf." Dane tersadar bahwa dia baru saja menyakiti Luthfi. Dan meraih tangan Luthfi dan mengelusnya. Sedangkan Andra sedang menahan tawa melihat bagaimana Dane menggigit tangan Luthfi saat pemuda itu mencoba menarik boneka minion yang ada di tangan Dane.

Still HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang