40

942 124 26
                                    


.
.
.
.
.
Aldi menangis, dia tidak tau rasanya sangat sakit saat melihat orang yang selama ini dia cintai sedang bercanda dengan orang lain dengan sangat dekat. Sudah dua tahun Gibran membencinya, tidak ada lagi Gibran yang selalu memperlakukannya manis atau Gibran yang selalu memandangnya penuh cinta, semua sudah hilang.

"Hah...kenapa rasanya sesakit ini...hiks.." Aldi menyembunyikan  wajah basahnya di lutut, dia sudah berada dikamarnya, air matanya tidak kunjung mengering sejak dia melihat Gibran dan laki-laki mungil itu.

"Hiks...hiks...hiks..."
.
.
.
.
.
Luthfi menatap layar ponselnya yang gelap, di menghela nafas saat tidak mendapati satupun pesan yang dikirim oleh orang yang dia tunggu. Sudah hampir seminggu, Luthfi merasakan perbedaan sikap Vano padanya, laki-laki tinggi itu tidak lagi memberondong roomchat mereka dengan pesan-pesan, bahkan pesan terakhir dari Luthfi hanya dibaca tanpa dibalas. Luthfi takut, dia khawatir perasaan Vano berubah saat dia sudah menyerahkan hatinya pada pemuda itu, seperti sekarang ini. Luthfi sudah jatuh pada semua hal yang Vano lakukan, Vano membuat Luthfi merasa dicintai, hingga membuat Luthfi jatuh cinta.

"Udahlah mungkin dia sibuk." Luthfi kembali memasukan hp nya kesaku celananya. Dia harus segera kembali keugd, karena pagi ini dia ada jadwal jaga diugd. Menjadi coass memang melelahkan.
.
.
.
.
.
Gibran kembali menghela nafas berat, pikirannya berlarian kemana-mana. Dia bukan tidak tau bahwa Aldi meneteskan air mata saat melihat dia dan Yuda tadi. Dia tau, dia melihat hal itu dengan jelas, hanya saja ada bagian dari dirinya yang meminta untuk tidak usah peduli, disaat sebenarnya dia ingin menyusul Aldi. Ntah lah Gibran sendiri tidak tau, semua terasa membingungkan untuknya.

"Ngelamun aja lo." Gibran berjingkat saat sebuah tepukan keras dia rasakan dipundaknya, dia menoleh, ada Yuda dibelakangnya.

"Apa sih bang, ngagetin aja lo." Yuda mencibir, dia tau jika Gibran pasti memikirkan laki-laki manis bernama Aldi tadi.

"Kalau suka itu kejar." Gibran langsung menatap Yuda.

"Lo gak tau bang." Gibran kembali menghela nafas.

"Ya mana bisa gue tau kalau lo cuma diem, bego." Gibran mrengut tidak suka saat mendengar kata 'bego' keluar dari mulut Yuda.

"Gue gak bego ya bang, enak aja." Yuda terkekeh.

"Iya gak bego, cuma rada oon." Gibran menatap Yuda tidak suka.

"Bran, kalau lo emang ada masalah sama siapa itu tadi namanya?" Gibran memutar matanya malas.

"Aldi bang."

"Nah iya Aldi, harusnya lo selesein masalah lo sama dia, jangan saling lari kayak gini, ujung-ujung nya malah nyakitin diri sendiri." Gibra diam, dia sebenarnya membenarkan ucapan Yuda. Dua tahun dia dan Aldi saling menghindari masalah yang seharusnya bisa diselesaikan.

"Lo masih cinta sama dia kan?" Gibran mengangguk.

"Gue gak bisa bohong kalau gue masih cinta banget sama dia bang." Yuda menggeplak kepala Gibran pelan.

"Ya kalau cinta sana samperin, omongin semuanya baik-baik." Gibran segera meraih jaket dan kunci mobilnya, sepertinya dia akan menuruti nasihat Yuda. Dia akan menyelesaikan masalahnya dengan Aldi yang sudah dia abaikan selama dua tahun.
.
.
.
.
.
Sore ini Dane sedang ingin mengajak Edzard untuk jalan-jalan, dia ingin mengajak Luthfi juga, sudah lama dia tidak bertemu Luthfi karena Luthfi sedang sibuk menajadi dokter coass. Dane sedang menunggu Edzard dikamar pemuda tampan itu, Edzard sedang keluar menemui temannya.

"Kak Mars kok lama ya." Dane merebahkan tubuhnya diatas ranjang Edzard sambil memeluk boneka minionnya.

Cklek

Still HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang