23

1K 132 2
                                    


.
.
.
.
.
Luthfi baru saja akan memesan taxi saat matanya melihat mobil Edzard terparkir rapi di halaman rumahnya. Sepertinya nebeng bukan masalah, toh tujuannya sama.

"Udah belum sih kalian?" Luthfi menatap Andra yang masih mengenakan sepatunya, sedangkan Aldi sudah siap.

"Udah nih." Andra menyusul Luthfi dan Aldi yang sudah ada diluar rumah. Setelah itu Luthfi mengunci pintu rumahnya.

"Fi, udah pesen taxi lo?" Luthfi menggeleng.

"Terus?" Andra tampak bingung.

"Kita naik taxi gratis, ayo." Luthfi menarik tangan Andra dan Aldi, membawa mereka kerumah yang tepat berada di samping rumahnya.

"Eh eh, rumah siapa ini?" Andra mencoba menahan tangan Luthfi, tapi tidak bisa, tenaganya kalah kuat.

"Udah diem aja." Akhirnya Andra menutup mulutnya, dia melirik Aldi dan mengedikan bahunya.

"Assalamualaikum bunda." Andra rasanya ingin menggeplak keoala Luthfi, masuk kerumah orang kayak masuk kehutan, main teriak aja. Lagian siapa sih yang dipanggil bunda.

"Wa'allaikumsalam, aduh anak bunda ini, teriak-teriak aja." Luthfi terkekeh, bunda raya memang baik.

"Abang mana bun?" Bunda raya menengok kearah tangga.

"Masih diatas, sana samperin aja." Luthfi menggeleng,dia merasa tangannya ditarik, dia baru sadar jika dia datang bersama Andra dan Aldi.

"Bun, kenalin ini Andra, sepupu Luthfi, yang ini Aldi temen Luthfi." Bunda raya melihat dua orang yang ada dibelakang Luthfi, sebelum akhirnya memekik senang.

"Ah ya ampun, kalian manis banget." Luthfi sudah tertawa, dia tau bunda raya suka gemas sama orang yang wajahnya manis, sedangkan Andra dan Aldi hanya bisa tersenyum canggung.

"Masuk dulu aja, kayaknya Edz bentar lagi selesai, kalian mau kelua?" Luthfi mengangguk. Mereka berjalan masuk, duduk disofa ruang tamu, dari sana mereka bisa melihat tangga kelantai dua dengan jelas.

"Tadi niatnya mau pesen taxi, eh liat mobil abang masih dirumah ya, udah nebeng abang aja." Bunda raya tertawa, Luthfi memang membawa tawa dirumahnya.

"Mau minum apa, biar bunda ambilin?" Luthfi menggeleng, dia bisa mendengar suara pintu terbuka dan tertutup.

"Gak usah bun, abang udah selesai tuh." Luthfi menunjuk kearah tangga, disana ada Edzard yang sedang berjalan turun.

"Lah, gue kira udah berangkat lo Luth." Luthfi tertawa.

"Tadi nya, tapi terus cari gratisan." Edzard tersenyum sambil menggeleng, dia pamit pada bundanya.

"Duh ada Andra sama Aldi juga, berasa dikelilingi bidadari nih gue." Edzard mengerling pada Andra dan Aldi, sebelum kepalanya ditepuk keras oleh bundanya.

"Jangan mulai godain anak orang ya." Edzard tertawa, dia merangkul Andra dan membawanya keluar rumah.

"Abang ih, masa gue ditinggal." Luthfi menarik Aldi menyusul Edzars dan Andra yang sudah ada didalam mobil, sesudah pamit pada bunda raya pastinya.
.
.
.
.
.
San kira dia akan jadi yang terakhir datang, tapi ternyata saat dia datang, disana hanya ada Vano dan Gibran. Ya, saat Gibran akan pergi kerumah San tadi, dia bertemu Vano yang juga baru keluar rumah dengan mobilnya, akhirnya dia malah nebeng Vano kecafe ini. Rumah Vano dan Gibran memang berada di komplek yang sama, berhadapan lagi.

"Gue kira gue bakal telat tadi." San langsung nyerocos begitu,, menemukan kedua temannya.

"Tumben bang, biasanya lo pasti paling duluan." San merengut.

Still HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang