28

984 130 7
                                    


.
.
.
.
.
Edzard baru saja akan kekamar Dane, saat netra nya melihat Luthfi berjalan ketaman depan kamar Dane.

"Kenapa kok keluar?" Luthfi menoleh, menemukan Edzard berdiri didekatnya.

"Ada buaya dikamar bang Dane." Luthfi cemberut, Edzard langsung paham siapa yang dimaksud Luthfi, pasti ada Vano disana, karena Luthfi cuma keliatan benci ke Vano.

"Kenapa gak coba deket dulu sama dia, siapa tau dia bisa berubah." Luthfi beralih memeluk Edzard.

"Omongan lo sama kayak Andra barusan bang." Edzard mengelus kepala Luthfi, Edzard sudah menganggap Luthfi sebagai adiknya sendiri.

"Sudah saatnya lo buka hati lo Luth." Luthfi semakin menelusupkan kepalanya dipelukan Edzard.

"Gue takut bang "

"Gak usah dipaksa, tapi gk semua orang sama kan Luth." Luthfi mengangguk, Edzard memang sosok abang terbaik buat dia, eh tapi sekarang ada Dane juga.

Edzard dan Luthfi tidak menyadari jika sedari awal, ada sepasang mata yang melihat mereka. Vano melihat semuanya, sejak awal Luthfi keluar kamar Dane karena dia mengganggu pemuda yang sedang menerima telpon itu, Vano mengikutinya, niatnya dia ingin minta maaf karena sudah membuat Luthfi kesal, tapi yang dia lihat justru Luthfi yang sedang memeluk Edzard. Vano kan cemburu.
.
.
.
.
.
Vano kembali kekamar Dane dengan wajah cemberut, itu membuat Dane menatapnya bingung.

"Kenapa Van?" Vano menggeleng, dia tidak ingin Dane tau kalau dia sedang galau.

"Vano, kamu tau kalau Luthfi saudaranya Andra?" Vano mengangguk, tentu saja dia tau, Luthfi kan incerannya Vano.

"Tau bang, tapi belum lama sih, beberapa minggu lalu." Dane memeluk Vano tiba-tiba.

"Kamu suka sama Luthfi ya?" Vano melotot, dia segera melepaskan pelukan Dane. Bagaimana Dane bisa tau soal itu.

"Bang, gimana?" Dane tersenyum, ingatkan Luthfi bahwa Dane itu tidak gila, dia normal. Jadi tingkat kepekaannya pun tetap sama.

"Keliatan jelas Van." Vano mengusap wajahnya, dia ketauan.

Cklek

"Sore Dan." Dane dan Vano serempak menoleh kearah pintu, disana ada Edzard dan Luthfi yang sedang berdiri.

"Sore dokter."

"Sore kak Mars."

"Van, udah sore, lo gak mau balik?" Vano melotot kearah Edzard.

"Gue diusir nih?" Edzard tersenyum, dia mendekat kearah Dane dan mengelus kepala pemuda itu.

"Secara halus ya." Edzard menatap Dane yang sudah menggengam snelinya.

"Gak, nanti aja gue baliknya." Vano menatap Edzard tajam, dia sedikit membenci dokter itu.

"Oh padahal rencananya gue mau minta tolong anterin Luthfi pulang sekalian, tapi kalau lo gak mau ya udah." Vano melotot, mengantar Luthfi, satu mobil dengan neng bidadarinya. Vano kemudian tersenyum.

"Luth, tunggu gue pulang kerja sekalian, gak papa kan?" Luthfi mengangguk, tapi belum sempat dia menjawab Edzard, Vano lebih dulu memotongnya.

"Gue balik sekarang bang, ayo neng bidadari." Vano langsung menarik tangan Luthfi dan mengajaknya keluar kamar. Meninggalkan dua orang yang lebih tua memandang aneh kelakuan Vano.

"Kak Mars sengaja ya?" Edzard menatap Dane, dia mengangguk, dia memang sengaja, dia tau bahwa Vano melihat Luthfi memeluknya tadi, jadi dia mengatakan pada Luthfi agar pulang bersama Vano. Dengan iming-iming chesse cake pastinya.

Still HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang