Gama; Della: 9

202 62 65
                                    


Sejak kejadian Gama menjemputnya di depan kelas waktu itu, Della sama sekali belum berbicara dengan Acha. Entah siapa yang mulai menjauh duluan, tapi sepertinya mereka berdua menjadi awkward selama berhari - hari dan itu tentu saja membuat Fay dan Arina mau tak mau jadi bingung harus ikut siapa.

"Del, gue mau ngomong." Della yang sedang menulis catatannya sedikit terlonjak kaget, karena Acha out of nowhere akhirnya memutuskan untuk mengajaknya bicara duluan setelah berhari - hari diam - diaman.

"Ooh. . Oke. ." Della menganggukkan kepalanya kikuk, lalu berdiri dari bangkunya dan mengikuti Acha yang berjalan keluar kelas.

"Fay! Mau berantem nggak sih!?" Arina langsung berbalik ke Fay yang duduk di belakangnya dengan wajah cemasnya.

"Biarin aja Rin. Biarin mereka nyelesaiin masalah mereka. Biar lega juga." Jawab Fay tenang lengkap dengan senyum menenangkannya.

.
.
.
.
.
.
.
.

"Del. ." Mulai Acha, "Lo kenapa sih!?" Sambungnya kemudian.

"Eh? Kenapa gimana?"

"Kenapa beberapa hari ini lo ngehindarin gue? Nggak mau ngomong sama gue?"

Untung kelas mereka sekarang lagi jam kosong, jadi nggak begitu banyak murid yang berkeliaran di luar kelas kecuali murid kelas mereka, tengsin banget kalau ketauan lagi drama gitu.

"Hah? Bukannya elo yang nggak mau ngomong sama gue, gara - gara Kak Gama waktu itu?"

Acha tertawa sarkas, "Del, apa gue terlihat kaya cewek - cewek yang bakal berantem sama sahabatnya cuma karena cowok? And he is not even my boyfriend?"

Della menggelengkan kepalanya, kemudian bergumam, "Maaf. . Cha. ."

"Delllaaaaaa. . . Gemes gue sama elo lama - lama!"

"Maaf. . Gue pikir lo kesel sama gue. Jadi gue nggak mau ngerusak mood lo lebih jauh lagi, makanya gue milih diem aja kalau ada elo."

"Iya! Gue kesel ke elo! Karena lo nggak cerita apa - apa ke gue! Tapi, lo cerita ke Fay. Iya, Fay jelasin ke gue kalau Kak Gama minta tolong sama elo buat jadi pacar pura - puranya soalnya ada cewek rese di les yang ngejar - ngejar dia."

"Sooorrrrryyyyyyy. ."

Acha menghela napasnya, lalu berkata, "Jangan diem - dieman lagi ya?"

Della menganggukkan kepalanya kuat - kuat. Bahunya langsung terasa ringan. Begitu juga hatinya.

"Tapi, Cha. ."

"Apa?"

"Nggak deh. . Nggak jadi. ."

"Lo baper sama Kak Gama?"

"Eh? Nggak kok! Nggak!"

Acha terkekeh pelan, "Yakin lo?"

Della menatap Acha ragu sambil menggigit bibir bawahnya.

"Tuh! Kan! Apa gue bilang Kak Gama tuuuuh duuuh idaman banget sih pokoknya! Nggak heran sih gue kalau lo baper sama dia. Eh by the way, ceritain dooong detailnya gimana Kak Gama bisa kepikiran ngajak lo so called 'pacaran'?"

"Tapi, Cha? Lo nggak apa - apa nih? Gue bisa batalin perjanjian gue sama Kak Gama kok!"

Acha menggelengkan kepalanya, "Kak Gama itu cuma gebetan gue. Ceng cengan gue doang. Gue iri siiih, dikit. Tapi, gue tau elo, lo bukan tipikal temen yang mau ngehianatin temennya. So, it's fine. It's not like Kak Gama bakalan mau jadi pacar gue."

"Ih! Emangnya elo kenapa!? Elo kan cantik! Elo juga baik! Kak Gama sih yang bego kalau nggak mau sama elo! Asli!"

Acha dan Della akhirnya tertawa bersama. Dalam hati Della mengucap syukur, karena ia dikelilingi teman - teman yang baik, salah satunya Acha.

[✔️] Blue Orangeade [TXT LOCAL AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang