Syahid: 6

433 109 31
                                    

Alarm dari ponsel Syahid berbunyi nyaring pukul setengah lima. Dibiarkannya saja ponsel itu berdering tanpa keinginan sama sekali untuk mematikan alarm yang kalau hari biasa mungkin akan membuat Samia menggedor kamarnya sambil mengucap sumpah serapah.

Empat belas agustus.

Syahid kembali berguling di kasurnya. Diluar, mungkin abi dan umi sudah siap - siap untuk shalat subuh berjamaah.

Ding!

Alarm Syahid baru berhenti saat ada sebuah pesan masuk. Dahi Syahid sedikit berkerut ketika membaca nama pengirim pesan.

Mak Lampir 🤟🏻

Mal, matiin dong alarm lo.
Berisik. Subuh yuk!
sama gue aja sini.
Gue di depan kamar lo,
bukain pintunya.

Ogah - ogahan Syahid berjalan menuju pintu kamar lalu membukanya. Dan benar saja, di depan pintu kamarnya ada Samia yang sedang berjongkok lengkap dengan mukena dan sajadahnya.

"Mal," Panggil Samia.

"Apaan?"

"Happy birthday."

Tanpa repot - repot menjawab, Syahid hanya tersenyum tipis, kemudian masuk ke kamar mandinya untuk berwudhu, lalu menyusul Samia untuk shalat subuh berdua.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Syahid mendapati seisi keluarganya bersikap biasa saja di ruang makan sana saat Syahid turun ke bawah dari kamarnya setelah bersiap - siap untuk berangkat sekolah. Di meja makan ada abinya, Samia dan umi yang sudah menyiapkan simit si roti isi sosis dan keju, makanan khas Turki yang diwajibkan keberadaannya saat ada yang berulang tahun di rumah. Kata abi, biar tidak lupa kampung halaman.

Masih betah untuk menutup mulutnya, Syahid duduk di sebelah Samia, lalu mengambil secangkir teh tanpa sedikitpun menyentuh simitnya.

"Syahid. ." Panggil abinya.

"Hmm?" Jawab Syahid ogah - ogahan.

Dari sudut matanya, Syahid dapat melihat abinya menghela napas pelan, kemudian berkata, "Selamat ulang tahun, nak. Rasanya baru kemaren kamu lahir dari perut umi. Kamu mau kado apa? Nanti abi belikan."

Alih - alih menjawab pertanyaan abinya, Syahid buru - buru meminum teh-nya, lalu bangkit dari kursi tanpa basa - basi, apalagi assalmmualaikum.

"Syahid!" Panggil abinya lagi.

"Syahid Kamal Faroukh!" Ulangnya, tapi Syahid tetap melangkah tanpa peduli menuju garasi untuk mengeluarkan motornya.

Samia menatap abinya dan Syahid bergantian sebelum ikut berdiri dari tempat duduknya. Samia tau abi kecewa, tapi dia lebih tau kalau adik satu - satunya itu lebih sakit lagi.

"Samia ke kampus dulu, bi, mi, assalammualaikum."

Sambil duduk di mobilnya, Samia mengeluarkan ponselnya, lalu mengirimkan sebuah pesan ke Fathan.

Tan, tolong jagain si Kamal hari ini ya?

Tak perlu menunggu lama untuk Samia mendapatkan balasan dari Fathan.

Oke, Kak 👌🏻 serahin aja ke saya sama yang lain kak 👍🏻👍🏻

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

[✔️] Blue Orangeade [TXT LOCAL AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang