Juna: 8

332 73 174
                                    


Juna mematut tampilannya sekali lagi di cermin besar yang ada di ruang tamu rumahnya, sebelum mengambil helm di atas meja.

"Cieee~ Mas Juna~" Goda Intan yang sedang menimang - nimang Bintang sambil berjalan bolak - balik di ruang tengah.

"Doain, Mbak!" Ucap Juna masih dengan senyumnya yang kelewat bahagia.

Oh, by the way, masih inget janji nontonnya Juna - Ayu kan? Hari itu adalah D-Day-nya.

"Yeuu~ pake didoain segala~"

"Didoain atuh Mbak~ Juna jalan dulu! Assalammualaikum!" Pamit Juna saat jam menunjukkan jam setengah empat lewat sedikit.

"Walaikumsalam! Jangan pulang bertiga Mas!" Peringat Intan, kemudian cekikikan sendiri melihat kelakuan Juna yang sedang kasmaran.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kalau dihitung, mungkin Ayu sudah lebih dari sepuluh kali bolak - balik dari depan lemari ke cermin full body di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau dihitung, mungkin Ayu sudah lebih dari sepuluh kali bolak - balik dari depan lemari ke cermin full body di kamarnya. Otaknya sibuk mensugesti kalau janjinya dengan Juna itu cuma acara nonton dengan teman biasa. Tidak lebih. Tapi, tindakannya sepertinya menceritakan hal yang berbeda.

Mumpung Ibu sama Ayahnya sedang ke kampung Ayah di Jawa Timur sana, mungkin Ayu bisa pulang sedikit lebih larut dari biasanya dan langsung mengurung diri di kamar tanpa harus bertemu atau berlama - lama terjaga dengan si Kakak Tiri di rumah.

Ayu mengalihkan pandangannya dari bayangannya di cermin ke ponselnya yang berbunyi. Buru - buru diangkatnya panggilan masuk dari Juna itu.

"Halo, kenapa Jun?" Sapa Ayu setelah menghidupkan loud speaker sambil mencoba beberapa baju yang sudah dipilihnya.

"Ay, lo udah siap - siap? Gue mungkin bakalan agak lama, soalnya isi bensin dulu, antrinya puaaaanjaaaaang!"

Ayu terkekeh pelan, kemudian kembali berkata, "Santai, Jun. Gue baru mau siap - siap kok."

"Oh. . Oke deh."

"Hmm. ."

Berasumsi kalau Juna sudah mematikan panggilannya, Ayu pun segera masuk ke kamar mandi meninggalkan ponselnya yang rupanya masih dalam mode on-call dengan Juna yang lagi isi bensin di ujung line sana.

Jantung Ayu nyaris melompat keluar dari dadanya bersamaan dengan wajahnya yang memucat ketika ia keluar dari kamar mandi di kamarnya masih dengan bathrobe-nya dan mendapti kakak tirinya sedang duduk di kursi meja belajarnya.

"Mau kencan ya, Dek?" Tanya si kakak tiri yang bernama Rama itu. Kalau, kalau orangnya bukan Rama, mungkin adegan ini terlihat seperti kakak laki - laki yang sedang menggoda adik perempuannya yang baru pertama kali kencan. But, let me remind you again, ini tuh Rama. The same Rama yang pernah hampir ngelecehin Ayu tiga tahun lalu. Penyeban kenapa Ayu yang dulu senyumnya secerah mentari tiba - tiba redup dan berubah menjadi sedingin salju dengan segala topeng yang dipakainya.

[✔️] Blue Orangeade [TXT LOCAL AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang