Juna melangkah keluar dari ruang guru BP dengan dahi berkerut. Agaknya pembicaraan mengenai dia akan pergi kemana setelah lulus nanti berhasil mengganggu pikirannya. Sejujurnya selama dua tahun belakangan dia hanya memikirkan satu tujuan yang mana ia tidak yakin bagaimana cara mengatakannya ke Mas Aji ataupun Bu Ana."Woi!" Panggil Bayu yang berdiri di depan pintu kelas mereka, membuat Juna sedikit kaget. Alih - alih membalas, Juna hanya menoyor Bayu sambil lalu ke bangkunya.
"Ay, giliran lo." Juna menyampaikan ke Ayu yang sedang duduk di bangkunya sambil mengerjakan latihan yang ditinggalkan guru biologi mereka.
"Oh. . Thanks. ." Balas Ayu seadanya. By the way, ini tuh udah lewat dua bulan sejak kejadian yang di rumah Ayu waktu itu. Masih inget kan? Yang Juna mukulin abang tirinya Ayu sampe bonyok? Dan somehow Ayu - Juna tuh kaya punya silent agreement they're gonna be each other's side gitu walaupun belum ada pembahasan pergantian status dan sepertinya satu kelas juga sadar, soalnya mereka mulai nge-refer Juna-Ayu tuh sepaket.
"Jun. ." Panggil Ayu sebelum berdiri dari bangkunya.
"Hmm?" Juna berhenti membuka buku biologinya.
Ayu menatap Juna sebentar, lalu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nanti aja deh."
Juna mengerutkan dahinya, namun membiarkan saja Ayu dan kalimat menggantungnya. Toh, kalau memang ada yang mau dibilang, Ayu pasti bilang. Dia memang se-straight forward itu.
Juna pun kembali melamun dengan kedok ngerjain latihan biologinya. Sementara tangannya sibuk menulis jawaban, otaknya sibuk berpikir bagaimana cara memberitahu keluarga perihal pilihannya.
"Gue tebak, lo masih belom nembak Ayu?" Ucap Fathan yang duduk di sebelahnya out of nowhere.
"Anjing! Kaget woi!" Protes Juna, sementara Fathan sibuk ketawa sampai matanya ilang.
"Jelek banget manyun lo kalau lagi mikir serius. Kaya bebek!" Cibir Fathan.
"Yee. . Adonan donat aja belagu!" Balas Juna nggak mau kalah.
"Bentar lagi kita mau lulus Mbul, lo nggak takut apa ntar si Ayu di kampus dideketin cowok lain? Nggak nyesel lo?"
Juna auto menoleh ke Fathan. Belum selesai masalah masa depannya, masa sekarangnya ternyata nggak kalah gonjang - ganjingnya. Jadi overthinking kan Juna?
"Tapi, kayanya Ayu nggak masalah sama hubungan gue sama dia sekarang. Gue nggak mau ngerusak momen, Bin. Kali aja dia masih belum siap buat yang kaya gitu - gitu, lo tau lah masalah dia sama abang tirinya kan?" Juna mengehela napasnya.
"Cewek tuh butuh kepastian buat ngerasa secure. Coba aja. Nggak ada ruginya ini lo nembak dia."
"Gaya lo! Secure. . Secure. ."
"Eh beneran! Percaya sama Bang Fathan!"
"Najis!"
A little did they know, sebenernya ada dua pasang telinga lagi yang denger dan memperhatikan pembicaraan mereka.
"Gam. ." Panggil Syahid yang duduk di sampingnya.
Gama menepuk bahu Syahid pelan, kemudian berdiri dari bangkunya dan berjalan keluar dari kelas.
.
.
.
.
.
.
.
.
."JUN!" Juna yang sedang mendribble bola basketnya di tengah lapangan sana menoleh ke Ayu yang duduk di bangku pinggir lapangan.
"Bentar ya!" Ucap Juna ke beberapa anak kelas IIS yang tadinya sedang main basket bersamanya.
"Cewe lo Jun? Ciyeee~" Goda Bian yang berdiri di sebelah Juna. Alih - alih menyangkal Juna hanya tersenyum kecil sambil mengedipkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Blue Orangeade [TXT LOCAL AU]
FanficCerita ini gue dedikasikan untuk empat sahabat gue yang bilang walaupun dunia jungkir balik, tapi kalian bakal selalu ada buat gue - [gue yang lagi chaos hidupnya] . . . A TXT Local AU ©Iusernem 24-3-19