Bayu: [Finish]

249 50 86
                                    


Langit - langit kamar Bayu mendadak menjadi begitu menarik karena mampu menahan kedua manik matanya untuk tidak berpaling meskipun ia sudah berusaha untuk tidur berkali - kali.

Diliriknya layar ponsel dalam genggaman. Pukul tiga lebih dua puluh menit.

Bayu memiringkan badannya ke samping sambil menarik dan menghela napasnya perlahan.

Menyerah karena nyatanya kantuk enggan mendatanginya, Bayu pun bangkit dari tempat tidurnya, lalu berjalan keluar dari kamarnya dengan niat untuk cari angin di halaman belakang rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menyerah karena nyatanya kantuk enggan mendatanginya, Bayu pun bangkit dari tempat tidurnya, lalu berjalan keluar dari kamarnya dengan niat untuk cari angin di halaman belakang rumahnya.

Bayu menghentikan langkahnya, saat ia mendapati ibunya ternyata juga masih terjaga. Sudah masuk minggu kedua sejak Mas Bimo meninggalkan mereka. Tapi, ternyata mereka belum bisa melanjutkan hari seperti biasa.

"Bay. ."

Bayu memutar langkahnya menuju sofa ruang TV tempat ibunya duduk dengan sebuah album foto di pangkuan. Seketika pembicaraan ibunya dan Tante Soraya terputar dalam ingatannya.

Tanpa membuka suara, Bayu duduk di sebelah wanita yang masih terlihat cantik untuk usianya itu.

"Kamu udah makan?" Tanya ibunya.

"Belom, Bu." Jawab Bayu seadanya.

Sambil menghapus air matanya, ibunya Bayu bangkit dari duduknya, "Tante Yaya bikinin kamu sama Tari sapi lada hitam tadi, Ibu panas. ."

"Bu. ." Bayu menahan ibunya untuk pergi ke dapur sana.

"Hmm?"

"Kenapa Ibu ndak bilang sama Bayu?"

"Bilang apa?"

"Semuanya?"

"Emang kamu ngerti?"

Bayu mengangkat bahunya, lalu kembali berkata, "Mungkin ndak. Tapi, Bayu tau."

"Tau apa?"

"Kalau selama ini Bayu salah. Ibu sama Bapak punya alasan sendiri untuk apa yang Ibu sama Bapak lakuin. Kenapa Ibu ndak bilang ke Bayu kalau Ibu sedih?"

"Bay. ." Panggil Ibunya dengan mata yang kembali berkaca - kaca. Di satu sisi ia merasa amat bersalah membuat Bayu tumbuh dalam kesepiannya. Namun, di satu sisi ia bersyukur, Bayu tumbuh menjadi anak yang penuh pengertian. Bayu bisa mengerti untuk anak seumuran dia. Salahnya tidak mempercayakan Bayu dengan kesedihannya. Salahnya beranggapan Bayu masih bocah yang belum mengerti apa - apa.

"Ndak ada Ibu yang mau anaknya ikut menanggung derita. Ibu juga ndak mau kamu ikut nanggung masalah Ibu sama Bapak. Paham kamu?"

Bayu mati - matian menahan agar air matanya tidak tumpah. Akhirnya ia mengerti. Mengerti jika selama ini dia tidak diabaikan. Dia tidak ditinggalkan.

"Bu. ."

"Hmm. ."

"Boleh Bayu peluk Ibu?"

"Sini. ."

[✔️] Blue Orangeade [TXT LOCAL AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang