Fathan; Samia: 2

725 154 63
                                    


Samia menatap kosong piring sarapan di hadapannya. Sejak hari itu, berada di rumah rasanya seperti di neraka. Dilirik Umi yang sedang mengambilkan makanan untuk Abi.

Konyol.

Harusnya Umi diberi penghargaan aktris terbaik 2019 untuk aktingnya sebagai istri penyabar selama bertahun - tahun.

"Mia duluan Mi, Bi. Ada tugas yang mesti di kumpul pagi." Samia bangkit dari kursinya.

"Kamu mau Abi antar?"

Samia tersenyum kecil, kemudian menggeleng, "Mia sama Adek aja, ya kan Dek?"

Syahid mengerutkan dahinya melihat tingkah sang kakak. Tapi langsung mengangguk ketika Samia melotot kearahnya.

"Ah. . Adek juga. . mau upacara."

"Oke. . Hati - hati kalian berdua." Abi mengulurkan tangannya supaya disalami kedua anaknya itu. Samia enggan, namun akhirnya tetap menyalami Abinya juga.

"Adek nggak boleh tahu."

Begitu peringat Umi waktu itu.

"Lo kenapa sih Kak?" Tanya Syahid sambil menyerahkan helm ke Samia.

"Kenapa apa?" Balas Samia pura - pura bodoh.

"Nggak usah bokis lo Kak. Lo berantem lagi sama pacar lo?" Tebak Syahid.

"Pacar yang mana? Gue udah putus." Samia mengangkat bahu acuh.

"Waah. . Putus juga akhirnya. . Alhamdulillah!" Syahid tersenyum simpul, nggak suka emang dia sama pacar Samia yang terakhir itu.

"Jangan jutek mulu dong Kak, gue doain deh, elo nemu cowok yang kaya gue atau kaya Abi, hehehe~" Syahid mencubit kedua pipi Samia, membuat si kakak meringis kesal.

Apa lo bilang? Yang kaya Abi?

Cibir Samia dalam hati.

"Udah cepetan jalan! Nanti gue telat ngampus!" Samia menepuk punggung Syahid sambil naik ke boncengan motornya.

"Dasar Mak Lampir!" Maki Syahid, kemudian mereka berdua melaju menjauh dari rumah bernomor 17C itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ini yang tau cuma kamu, jangan sampe yang lain tau ya!"

Sudah berapa kali Samia mendengar kalimat bernada begitu seumur hidupnya? Sumpah! Samia sama sekali tidak mau tau urusan orang lain, tapi entah mengapa ia selalu saja berakhir menjadi satu - satunya yang tau. Walaupun sebenarnya Samia sama sekali tidak peduli atau ingin tau.

Seperti hari itu. Hari dimana kalimat itu naik level.

"Kak, tolong ambilin HP Abi dong!" Samia bangkit dari duduknya, kemudian menjangkau ponsel yang sedang di charge di dekat tv sana.

Samia mengerutkan dahinya saat melihat wallpaper ponselnya Abi. Ada foto anak perempuan yang mungkin umurnya masih lima tahunan. Tapi anehnya itu bukan foto Samia kecil.

"Kak... HP Abi?"

"Oh.. Ini Bi."

Buru - buru Samia menyerahkan ponsel di tangannya ke Abi yang sedang duduk di ruang makan sambil membaca koran paginya.

"Nanti kamu tolong jemput Umi di rumah sakit ya.. Abi kayaknya harus ke Bogor jam sepuluh nanti."

"Oke Bi.."

[✔️] Blue Orangeade [TXT LOCAL AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang