Fathan: 5

599 129 65
                                    


"Eh gimana. . Gimana?" Bayu nyaris menyemburkan es teh manis yang baru saja diteguknya itu. Jadi mereka berempat ceritanya lagi ngumpul di rumah Juna untuk membahas masalah Syahid yang masih belum pulang selama tiga hari belakangan. Nah, mau nggak mau, Fathan terpaksa cerita ke Bayu, Gama dan Juna perihal masalah yang selama ini disembunyikannya bahkan dari Syahid sendiri.

"Gue nggak sengaja mergokin Kak Mia waktu itu nyirem si Fay di mol. Ya gue langsung tarik dong! Terus Kak Mia cerita akhirnya, kalau Fay itu ternyata anak istri kedua abinya dan parahnya umi Kak Mia tau semuanya dan nyuruh Kak Mia buat rahasiain ini dari si Onta, yang artinya gue juga harus tutup mulut."

"Pantes lo agak gimana gitu kalau si Onta deket - deket sama Fay." Beber Juna yang selama ini diam - diam memperhatikan kelakuan teman - temannya.

"Tapi kalau tau jadinya bakal kaya gini, gue nyesel nggak ngasih tau si Onta." Fathan menghembuskan napasnya.

"Udah bener lo nggak ngasih tau si Onta. Ini urusan keluarga dia bukan urusan kita." Gama menepuk bahu Fathan pelan, semacam meyakinkan sahabatnya kalau yang dilakukannya sama sekali tidak salah.

"Eh Gam, lo kan yang paling lama temenan sama dia tuh, lo nggak ada clue apa dia biasanya kalau ada masalah suka kabur kemana gitu?" Tanya Bayu ke Gama yang duduk di sebelahnya dan yang lain mengangguk setuju pada pertanyaan Bayu.

"Lo pada pernah denger nggak kalau orang yang demen banget ketawa itu yang paling banyak topengnya? Nah! Itu si Onta. Isi kepalanya yang paling susah ditebak diantara kita." Jelas Gama.

"Temen - temennya Fay udah dapet kabar dari Fay belom?" Juna tiba - tiba ingat kalau Syahid nggak kabur sendirian. Mereka terlalu fokus pada Syahid sampai lupa kalau ada yang terluka juga selain sahabat mereka.

Fay.

"Telpon. . Telpon!" Bayu buru - buru menyuruh Juna menelpon salah satu teman Fay.

"Gue nggak punya nomornya." Ucap Juna sambil scrolling ponselnya.

"Gue ada." Gama lalu mengeluarkan ponselnya dan men-diall nomor teman Fay yang namanya Della itu.

Setelah loudspeaker mode diaktifkan mereka berempat langsung mengerubungi ponsel Gama. Berharap teman Fay itu bisa memberikan titik terang tentang keberadaan dua orang itu.

"Haloo. . " Sapa Della ragu - ragu dari seberang sana.

"Halo Del, ini Gama temen Syahid."

"Oh. . Kak Gama. . Ada apa Kak?"

"Fay udah ngasih kabar lagi nggak ke elo?"

"Belom Kak. Nomornya Fay masih nggak aktif."

"Del. . Del. ." Juna mengambil alih, "Lo ada clue nggak kira - kira Fay pergi kemana? Atau dia punya tempat yang suka dia datengin kalau lagi ada masalah?"

"Gue nggak tau Kak. Yang gue tau Fay itu pindahan dari Bandung, tapi gue nggak yakin dia sama Kak Syahid ke Bandung. Soalnya gue udah coba tanya ke temen SMP Fay yang lumayan deket, katanya Fay nggak nemuin dia."

"Oh. . Oke. . Thanks Del, kalau ada kabar dari Fay, kabarin gue atau anak - anak ya!" Ucap Juna sebelum mengakhiri panggilan mereka.

"Sama - sama Kak. Kalau lo tau sesuatu kabarin gue juga ya."

"Oke. Gue tutup ya."

"Oke, Kak."

"Apa si Onta ke Bogor? Kan abinya punya rumah juga disana?" Tebak Fathan.

"Kalau dia ke Bogor, yang jaga rumah pasti udah laporan ke abi sama uminya." Balas Gama.

"Gue kira hidup gue udah paling chaos, taunya ada yang sama chaos-nya kaya gue." Bayu tersenyum getir. Lalu yang lain bergantian menepuk bahu Bayu, berusaha menyampaikan apapun yang terjadi mereka akan selalu bersama Bayu dan Syahid, walau tanpa kata yang terucap.

[✔️] Blue Orangeade [TXT LOCAL AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang