Syahid; Fay: 5

566 118 29
                                    

Note: Press play on the mulmed ya :)


.

Walaupun subuh sudah menjelang, Fay sama sekali tidak bisa memejamkan matanya. Percakapan dengan kedua orang tuanya setelah makan masih terus terbayang bersamaan dengan air matanya yang mengalir mengingat satu wajah yang pasti sama kecewa dan sakitnya dengannya.

Syahid Kamal Faroukh.

Si kakak kelas yang berhasil mencuri hatinya. Si kakak kelas yang membuatnya merasa bahwa masa SMA-nya akan berjalan indah dan penuh bunga.
Si kakak kelas yang. .

Ah sudahlah. .

"Besok. . Abi kenalin kamu sama Umi Rita sama kakak dan abang kamu ya."

Fay bingung. Ia marah. Tapi ia tak tau harus marah pada siapa.

Drrt. . Drrt. .

Fay meraih ponselnya yang bergetar beberapa kali menandakan ada sebuah panggilan masuk.  Jantung Fay berdegup kencang ketika membaca nama sang penelpon.

Kak Syahid

Setelah meyakinkan dirinya, Fay memberanikan diri menjawab panggilan Syahid.

"Assalammualaikum, Kak. Ada apa?"

Tanya Fay.

"Walaikumsalam. Gue di depan."

"Hah? Di depan gimana?"

Fay langsung terduduk dari posisi berbaringnya.

"Coba lo liat keluar! Gue di depan pagar rumah lo."

Fay membuka tirai jendela kamarnya. Dan benar saja, di depan pagar rumahnya ada Syahid yang berdiri dengan sebuah ransel besar di punggungnya.

"Kakak ngapain kesini?"

"Kita. . ."

Fay menunggu Syahid menyelesaikan kalimatnya dengan perasaan super gelisah.

"Kita pergi aja, yuk! Gue tunggu!"

Fay terdiam lama. Dia boleh egois kan?

"Fay. ."

"Tunggu Kak, gue bentar lagi turun."

"Fay. ."

"Ya. . Kak?"

"Nggak. . Nggak jadi. . Ya udah gue tunggu ya, jangan lupa bawa duit rada banyak."

"Hmm. . Gue tutup dulu ya Kak."

Setelah mengemasi beberapa helai baju –yang Fay sendiri tak tau untuk apa – dan memasukkan beberapa snack yang biasa dia stok untuk belajar ke dalam ranselnya, Fay keluar dari rumah setelah memastikan tidak ada satu orang pun yang menyadari kepergiannya. Sehati - hati mungkin dibukanya pagar agar tidak membangunkan seisi rumah.

Syahid yang tadinya berjongkok di depan pagar rumahnya, berdiri ketika Fay sudah berada di sebelahnya.

"Lo udah enakan belom?" Tanya Syahid khawatir.

"Lumayan Kak." Fay tersenyum tipis. Fisiknya memang sudah lebih baik dari sejak ia keluar dari rumah sakit. Tapi batinnya lelah luar biasa.

"Abi bilang apa ke elo?"

"Katanya. . Gue mau dikenalin ke Uminya Kakak."

Wajah Syahid tampak mengeras. Kentara sekali ia menahan emosinya.

"Kak. ." Fay mengambil jemari Syahid untuk digenggam karena mungkin besok ia tidak bisa lagi menggenggam jemari itu.

"Kita mau kemana?" Tanya Fay.

[✔️] Blue Orangeade [TXT LOCAL AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang