Extra 3: Brown Eyes

284 37 41
                                    


"Jadi. . Kenapa saudara Fathan ini mau cepat - cepat wisuda?"

Sebuah pertanyaan yang membuat Fathan cengo di tengah - tengah sidang skripsinya. Dan kira - kira apa yang jadi alasan Fathan untuk menyudahi saja kehidupan perkuliahannya? Let's take a closer look on kehidupannya Fathan belakangan ini!

.
.
.
.
.
.
.
.

"Tan, maneh ikut futsal tah?" Ajak salah seorang teman sebadan eksekutif mahasiswa dulu disatu sore setelah selesai rapat. Maklum walau sudah tidak menjabat Fathan masih termasuk senior yang diwajibkan ada saat rapat.

"Gue pass deh. Masih harus bimbingan abis ini." Tolak Fathan. Dan percayalah itu bukan alasan semata. Dia memang sengaja memadatkan kegiatan akademisnya biar kuliahnya cepat selesai. He has to. No! He needs too!

"A Fathan, kita teh mau pergi makan abis ini. Aa teh ikut?" Kalau tawaran teman seperjuangan saja ditolak, bagaimana nasibnya pertanyaan junior barusan?

Tentu saja, it goes like, "Lain kali deh. Gue masih ada laporan nih! Makan yang banyak ya guys! Biar nggak tipes gara - gara tugas hehe~"

Jadi, kesimpulannya, Fathan tidak terlalu menikmati kehidupan mahasiswa diluar kehidupan akademis sih. Tapi, itu pendapat orang luar yang tidak begitu mengenalnya. Baginya sendiri dan bagi teman - teman terdekatnya seperti geng yuppie, Fathan baik - baik saja tanpa harus ikut kegiatan bersosialisasi dengan sesama manusia lain diluar kegiatan kuliahnya. Balik lagi, dia punya tujuan dan alasan sendiri untuk cepat - cepat keluar dari ITB sana walau harus belajar mati - matian sampai nyaris tumbang.

Sambil istirahat lima menit dari skripsinya, Fathan meraih ponsel yang sedari tadi dimode senyapkannya. Ditatapnya wallpaper yang terpampang nyata di depan matanya itu.

"Dikit lagi Tan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dikit lagi Tan. Dikit lagi! Lo pasti bisa!" Kata - kata afirmasi yang sudah entah berapa juta kali diucapkannya akhirnya menjadi salah satu mantranya untuk bertahan dan tidak gila di tengah perjuangannya.

Getar ponselnya membuat Fathan sedikit kaget. Buru - buru diangkatnya panggilan masuk dari caller ID 'Mia 🦔' sebelum yang menelponnya itu mematikan panggilannya.

"Assalammualikum sayang~" Sapa Fathan dengan senyum sumringahnya.

"Walaikumsalam." Balas Samia dengan suara datarnya yang biasa. Sudah terlalu kebal akan daily gombal - gembel Fathan.

"Kenapa nelpon?" Tanya Fathan sambil menyamankan sandarannya di kursi belajar itu.

"Mau ngecek kamu udah koleps apa belom."

Kedua sudut bibir Fathan terangkat. That's Samia's love language and it's too cute to handle.

Fathan merubah mode panggilan mereka menjadi video call.

[✔️] Blue Orangeade [TXT LOCAL AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang