Unsettling Place : Pt 8. The Unthinkable Outcome

1 0 0
                                    

Di mana? Kemanakah perginya pasukan Mien? Menghilang begitu saja, setelah angin pasir yang lebat itu sudah berlalu, aku baru bisa melihat bahwa pasukan Mien dihabisi, oleh siapa? Pasukan menghilang, hanya itu yang ada di kepalaku, mungkin dia sengaja mengulur waktu untuk pasukan menghilang menghabisi pasukanku yang lain selagi aku menyerangnya dan dia memancing aku untuk menyerangnya karena aku melihat bahwa pasukannya lebih sedikit dari sebelumnya, dia tahu bahwa aku akan berpikir untuk menyerang mereka satu demi satu karena jumlah pasukanku yang lebih sedikit membuatku berpikir untuk menyerang mereka seperti itu, memang sulit untuk dipahami, yang pasti adalah adanya fakta bahwa aku sudah terkelabui, mereka berhasil mengerjaiku. Aku terus berjalan ke arah pasukan Mien yang jauh dari medan pertempuran, aku melihat sedikit demi sedikit dari mayat-mayat yang sudah tergeletak di gurun pasir ini, dan dalam sekejap di depan mataku, pasukan menghilang sudah menunjukan wujudnya, mereka cukup banyak, jarakku sudah jauh dari Zahar, aku tidak bisa berlari ke sana lagi, hmm, sial. Pasukan mereka maju untuk menyerangku, aku sudah bersiap, puluhan dari mereka melawan aku yang cuma seorang, aku sudah siap. Sebelum mereka maju lebih jauh lagi, ada sebuah teriakan, mereka langsung berhenti, rupanya teriakan itu berasal dari pemimpin pasukannya, seseorang yang bisa menghilang dengan Veckunya, dia berbicara dengan suara yang lantang dan bahasa yang tidak aku mengerti, yang bisa kuperhatikan adalah pasukan mereka mulai kembali berbaris dan dia maju ke arahku, postur dan zirah yang sama dengan pemimpin pasukan yang sebelumnya, aku menatapnya, dari tatapannya aku tahu maksud dari perkataanya tadi, dia ingin berduel denganku, dalam pertarungan ini, sangat berbahaya, dua lawan dua, aku dengan makhluk menghilang ini dan Zahar juga sedang bertarung, siapa pun yang menang duluan maka akan membantu temannya yang lain sehingga pertarungan menjadi dua lawan satu seperi waktu Evon dan Deph melawan si penembak meteor dan penebas angin, aku haru berada di posisi Evon dan Deph. Tanpa basa-basi, dia langsung maju dan melesat ke arahku, sudah bersiap untuk menepisnya dan seperti dugaanku, dia menghilang. Senjata yang dia gunakan adalah pedang biasa, tidak besar seperti pedang yang dimiliki oleh pemimpin yang satunya, dia menghilang aku tidak bisa melihat dia berada di mana tapi aku terus mengacungkan pedangku ke depan, dengan cepat aku merasa ada suatu dorongan dari pedangku dan aku terlempar ke belakang, ternyata dia memberi serangan sambutan dengan menyerang pertahananku secara cepat dan keras, dia memberikan sebuah serangan peringatan, peringatan bahwa kemampuannya memang pantas ditakuti, karena pasukannya sudah menghabisi pasukanku tanpa ada korban satu pun dari pasukan mereka, sebuah kepemimpinan yang hebat, bukan, sebuah kemampuan yang hebat.

Aku sudah bertekad bahwa aku tidak akan mati di sini, jadi aku kembali berdiri, akhirnya aku teringat bahwa aku bisa melihat tapak kakinya di pasir, aku harus memperhatikan langkah dan gerak-geriknya. Dia menghilang lagi, aku tahu sekarang, aku melihat pasir yang ada di bawah, dia bergerak ke arahku, berlari dengan kencang, tapak itu, aku melihatnya, kiri dan kanan silih berganti untuk maju ke arahku, pada suatu titik dia berbalik dan berbelok, sekarang dia bergerak ke arah kiriku, aku terus mengacungkan pedangku ke arah yang sebelumnya agar dia tidak tahu bahwa aku sedang memperhatikannya, mataku bergerak ke arah dia bergerak sekarang, setelah dia sudah tepat berada di kiriku barulah dia meneruskan untuk maju lagi ke arahku, dengan kecepatan yang semakin cepat, jaraknya sudah sangat dekat, ada sebuah jejak pergeseran kaki, dia melesat ke arahku sekarang dan ada satu kaki yang berpijak, itu kaki kiri, berarti kaki kirinya berada di depan dan kemungkinan dia akan menyerang dengan ayunan pedang dari arah kananku, sudah saatnya, aku berbalik menghadap ke kiri untuk menangkis serangannya, aku mengayunkan pedangku, tetapi, ternyata salah, salah arah ayunan pedang, akhirnya pedangku tertepis dengan pedangya, dia menendangku dan aku terjatuh ke belakang, aku bisa menilai dan melihat dari mana dia akan datang dari jejak kaki, tapi aku tidak melihat dari mana dia akan menyerang.

Lagi-lagi ada variabel yang tidak kuperhitungkan, sial, sepertinya dia belum tahu kalau aku bisa melihat pergerakannya dari jejak kakinya, sepertinya dia masih berpikir bahwa reflekku saja yang bagus, kita semua terdiam, dia mulai menghilang lagi, aku mulai bersiap lagi, pertanyaannya adalah kenapa dia tidak menghabisiku langsung, dia bermain-main seperti kami adalah mainannya dan mereka mempermainkan kami untuk melepas masa senggang, menunggu dan berjaga di gurun ini selama berbulan-bulan membuat mereka jenuh, sekarang saatnya mereka melihat ada sesuatu untuk dipermainkan dan sedikit bersenang-senang, tapi kalian salah, kesenangan kalian tidak akan berbuah manis, kesenangan kalian dalam mempermainkan kami akan membawa kalian menemui kematian dan kebinasaan. Aku tidak begitu memperhatikan suasana medan pertempuran utama di tempat Zahar sekarang bertarung dengan makhluk itu, yang aku perhatikan bahwa di sini, semua mayat yang ada adalah mayat dari pasukan Mien, aku tidak tahu di mana Mien berada, yang pasti mereka menghabisi pasukan Mien tanpa adanya korban satu pun dari mereka, memang kemampuan untuk menjadi tidak terlihat adalah kemampuan yang sangat berguna. Setelah aku menengok ke kiri untuk melihat keadaan medan pertempuran utama, aku melihat Zahar berlari ke arahku, dia tidak terluka, tapi dia sudah dikalahkan, setelah melihatnya berlari, aku melihatnya dengan kaget, aku tahu satu hal sekarang selain bahwa Zahar telah dikalahkan, yaitu bahwa kita sudah kalah dalam pertempuran ini. Aku melihat jejak kakinya sudah mendekat tapi masih agak jauh, aku kembali menghadap ke Zahar dan memberikan sinyal anggukan bahwa kita sudah kalah dan ini adalah saatnya untuk kita melarikan diri, akhirnya aku putuskan untuk berbalik dan lari sekencang-kencangnya, aku bisa lari darinya, aku melihat dia kembali menampakan dirinya, dan aku juga melihat dia dan pasukannya bersorak-soray, mereka bergembira atas kebahagiaan mereka, kebahagiaan karena sudah mengalahkan kami, mempermainkan kami.

SfirillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang