Unsettling Place : Pt 7. Water of The Oasis

1 0 0
                                    

Disaat aku melihat ke belakang, ternyata aku memang belum mati, aku diselamatkan oleh Zahar, aku melihat Zahar sedang bertarung dengan makhluk itu, aku kembali bangkit dan mencari kemana pedangku terlempar, pedang itu tidak boleh hilang sampai aku bisa melihat potensinya, potensi yang berada dalam diriku, akhirnya pedang itu aku temukan di dekatku, aku mengambilnya dan aku bersiap untuk bertarung lagi. Waktu yang diberikan Zahar cukup untukku beristirahat dan memulihkan tubuhku kembali, aku menganalisa pertarungan Zahar kembali, ini adalah yang aku tidak bisa lakukan sebelumnya, aku bisa menganalisa dengan tenang pergerakan dan celah serta mungkin bisa menemukan kelemahannya. Belum selesai aku menganalisanya, beberapa tentara musuh menghampiriku, aku tahu dia melihat aku hanya berdiam di sini dan mungkin mereka pikir aku lengah, tapi tidak, kali ini aku lebih tajam dari sebelumnya. Sebanyak lima prajurit menghampiriku, mereka semua menggunakan pedang dan mereka memegang pedangnya degan kedua tangan, ukurannya normal seperti pedangku dan tidak sebesar pedang yang dimiliki oleh pimpinannya. Mereka maju satu demi satu, makhluk pertama yang maju, mengayunkan pedangnya dari atas, aku menangkisnya, menendangnya dengan kaki kiriku dan menebasnya, satu mati. Lagi-lagi satu dari mereka maju, kali ini mencoba untuk menghujamkan pedangnya ke arahku, aku tepis serangannya dengan tendangan kaki kananku, pedangnya terlempar dan dengan momentum yang ada aku kembali menebasnya dengan serangan memutar, dua telah mati. Serangan selanjutnya tidak dilakukan sendiri-sendiri lagi, mereka maju bersama-sama, serangan pertama ingin mencoba menusukku lagi, kembali aku tepis dengan pedangku dan aku hujamkan pedangku ke tubuhnya, disaat aku menarik pedangku dari tubuhnya, darah berceceran, aku baru sadar bahwa darah makhluk-makhluk ini tidak merah seperti darah orang-orang pada normalnya, darah makhluk-makhluk ini lebih gelap. Saat aku menarik pedangku, aku langsung menebas musuh yang ada di belakangku dari bawah, dalam sekejap dia juga langsung mati, serangan selanjutnya datang tanpa adanya jeda, dia menyerangku dengan pedangnya mencoba untuk menebasku, aku langsung mengelak dan memenggal kepalanya dengan satu tebasan, makhluk-makhluk ini mudah untuk dilawan dan memberikanku sedikit kepercayaan diri serta pemanasan yang bagus.

Aku kembali melihat ke arah Zahar, dia menangkis dengan katananya dan makhluk itu terus menyerang dengan agresif, aku tahu bahwa Zahar adalah petarung jarak jauh, Zahar terus mundur dan mencari jarak diantara mereka berdua, sebuah hal yang berbeda, padahal pedang dari makhluk itu lebih besar daripada milik Zahar tapi dia bertarung sebagai petarung jarak dekat. Aku terus memperhatikan pergerakannya, sebagai petarung jarak dekat, dia memang bisa menggerakan pedangnya secara lihai dan efektif di jarak yang dekat, hal ini membuat Zahar sedikit kewalahan untuk mengatasinya karena di jarak yang sangat dekat pergerakan Zahar tidak seefektif dan seefisien dari makhluk itu, bila diteruskan dengan pertarungan seperti ini, kemungkinan Zahar akan kalah sepertiku, aku akan membantunya bila situasinya genting, tapi untuk saat ini aku harus mengambil data dan informasi sebanyak-banyaknya dari pertarungan Zahar. Aku bisa merasakan ada seseorang yang datang dari belakangku, sebuah insting yang tajam, aku bereaksi dengan mengayunkan pedangku ke belakang dan memutar tubuhku, sudah kuduga, dengan serangan tadi aku membunuh satu mahluk itu dan dibelakangnya terdapat tiga makhluk yang sudah bersiap-siap untuk menyerangku lagi, ini tidak ada habisnya, mereka tidak mengerti bahwa aku adalah kematian bagi mereka. Aku tidak mempunyai banyak waktu, jadi aku putuskan untuk menghabisi mereka dengan cepat, aku menyerang duluan, aku melesat dan menghujamkan pedangku pada salah satu dari mereka, pergerakanku terlalu cepat sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk bereaksi. Aku cabut pedangku dan dengan cepat bergerak, aku langsung mengayunkan pedangku dengan lincah dan mereka langsung tertebas olehku. Aku kembali memperhatikan pertarungan Zahar, kali ini aku harus fokus karena waktunya sudah tidak lama.

Zahar terpukul mundur, pedangnya yang panjang membuatnya sulit untuk bergerak dalam pertarungan jarak dekat sementara dia terus maju dan menekan Zahar, sepertinya aku tahu kelemahannya, sepertinya itu kelemahannya. Aku langsung melesat maju dan menyerangnya, dia melihatku dan seperti dugaanku dia menepis seranganku, aku mundur beberapa langkah ke arah Zahar.

SfirillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang