Covered Sun : Pt 6. Basos

1 1 0
                                    

Dengan itu terdengar suara dentuman yang sangat keras dan juga dekat, aku melihatnya tapi shockwave yang sangat besar membuat aku harus melindungi diriku dengan perisaiku. Setelah shockwave itu menghilang dan aku menurunkan perisaiku, aku baru dapat melihat sebuah kawah yang sangat besar, apa yang menciptakan kawah ini? Hingga semua debu dan juga asap yang menutupi kawah itu pergi aku baru dapat melihat seseorang, dia memiliki zirah berwarna hitam dan jelas sekali dia bukan bagian dari kami semua, apakah dia Basos? Atau bawahannya yang memiliki sebuah kemampuan? Aku mendengarkan suara gemuruh dari atas, aku menengok untuk melihat apa yang menyebabkan suara itu, ternyata ada meteor yang mengarah ke kawah itu, tidak! Itu bukanlah sebuah meteor, itu adalah sebuah batu besar yang dilontarkan oleh pasukan pelontar kami, tidak ada orang yang dapat selamat dari serangan itu. Tapi, sepertinya tidak semudah itu, dengan cepat batu itu hancur disaat sebelum mengenai seseorang tersebut, apa dia memang Basos? Basos dikatakan memiliki kekuatan yang sangat kuat, orang ini dapat menghancurkan sebuah batu yang sangat besar dalam sekali serang, meski aku tidak melihat serangannya atau senjata apa yang dia gunakan, aku tetap dapat melihat bahwa batu besar itu hancur karenanya, tidak ada sebab lain. Dengan satu seruan dari prajurit kami, para prajurit berlari dan berusaha menyerangnya, dari apa yang kuperhatikan dari tempatku berdiri, tiba-tiba saja prajurit-prajurit itu menghilang, aku kembali tertegun, hilang? Kembali banyak pertanyaan di kepalaku mengenai dirinya, dan secara tiba-tiba lagi terdapat ledakan darah yang terjadi di sekelilingnya, juga tubuh para prajurit itu kembali dan terlihat sudah sangat tidak berbentuk, persis seperti daging cincang. Durir melangkah maju tapi aku hentikan langkahnya, aku ingin memastikan kekuatannya terlebih dahulu, aku tidak mau gegabah untuk kami menyerangnya, apalagi jika itu mengorbankan seseorang yang memiliki kemampuan seperti Durir, aku sudah kehilangan Ardsonn dan aku tidak berencana untuk kehilangan yang lain. Begitu juga Nero, aku hanya bisa melihat dia berdiri di tempatnya, apalagi Nero yang sangat riskan jika mengeluarkan kamampuannya, dia harus memastikan apakah kemampuannya sangat ampuh untuk melawannya, jika tidak maka satu serangan yang bisa dia lakukan akan menjadi sia-sia dan aku tidak bisa merelakan hal tersebut, serangan Nero haruslah menjadi serangan pamungkas untuk menghabisi musuh dan bukan untuk mengetes kemampuannya. Banyak prajurit-prajurit lain yang berjalan ke arahnya dan bernasib sama dengan yang lainnya, hilang dan tiba-tiba ada ledakan darah di sekitar orang itu. Aku menggunakan komunikatorku untuk mencoba pada pasukan yang berada di belakang yaitu Mien untuk melontarkan batu lagi pada arah yang sama seperti tadi dan jangan diubah sedikitpun, aku ingin tahu kemampuan apa yang dia miliki, aku tidak bisa membiarkan para prajurit terus-terusan tergerus seperti ini, aku membutuhkan alat percobaan lain. Batu itu dilontarkan dan aku kembali bisa mendengar suara gemuruhnya, dia menghancurkan batu itu seperti dia menghancurkan batu lontar yang sebelumnya, tapi serangan batu kedua yang membuatku terkejut, dia tidak memiliki waktu untuk menghancurkan batu itu dan dengan cepat dia membuat batu itu menjadi setengah, kalian tidak salah, batu itu menjadi setelah dan sangat mulus seperti memang dipotong dengan presisi yang sangat baik, pertanyaanku di sini adalah bagaimana dia dapat membuat batu itu sangat rapih sekali menjadi setengah? Dan pertanyaan terbesarnya adalah bagaimana cara dia dapat membuat batu tersebut menjadi setengah? Seakan-akan setengah dari batu itu hilang entah kemana. Dengan itu dia melakukan pukulan kedua untuk menghancurkan batu itu seperti sebelumnya, ini tidak normal pikirku, apa kemampuannya? Aku semakin bertanya-tanya karena tidak ada yang dapat kulihat dari sini. Dengan itu semua prajurit kami yang mengelilinginya sudah tidak berani melawannya dan sekarang hanya bisa mengaungkan senjata mereka tanpa bergerak sedikitpun, dan dia hanya berdiam diri di situ menunggu apa yang selanjutnya akan terjadi. Aku kembali mendengar dentuman tapi tidak begitu cepat, juga dentuman ini sangat banyak seperti langkah kaki, akhirnya aku memutuskan untuk menoleh dan ternyata itu adalah tiga raksasa yang sedang berlari ke arah kami, kami langsung menghindar dan melihat apa yang sebenarnya mereka akan lakukan, mereka tidak menyerang kami dan hanya lewat saja, tinggi mereka sekitar lima kali tinggiku atau lebih karena tinggiku hanya sebatas lutut mereka saja, mereka tidak menggunakan zirah dan hanya menggunakan cawat, juga mereka menggunakan senjata seperti gada yang besar, dan tujuan mereka adalah berlari pada orang itu. mereka hanya berdiri di samping orang itu, seperti menjaganya, melawannya saja sudah cukup sulit sekarang kami harus dihadapkan dengan raksasa-raksasa aneh ini.

SfirillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang