Rain of Arrows : Pt 5. Take Away The Awkwardness

1 0 0
                                    

Setelah aku memadamkan dinding api itu, ternyata pasukan kami sudah menguasai bukit dan kami bergerak cepat ke bukit tersebut. Kami disambut oleh Durir dan juga irhwa, aku juga melihat para pemanah sudah membuat formasi yang sangat baik dan panjang. Aku berbalik badan, aku terkejut karena bisa melihat keseluruhan dari pertempuran ini dari bukit ini, sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan, lebih hebat dari pemandangan-pemandangan yang sudah aku lihat sebelumnya, aku bisa melihat ribuat makhluk yang beradu pada satu tempat, manusia, akame, jumlahnya sangat banyak, sangat-sangat banyak, hal yang sangat menakjubkan jika kalian bisa melihat makhluk itu dan manusia sebanyak ini, tidak hanya di darat, mereka juga menggunakan makhluk-makhluk lainnya untuk menyerang kami, makhluk yang bahkan aku tidak bisa deskripsikan bentuknya karena memang kurang jelas dari sini, mungkin aku akan mendeskripsikannya jika aku bertemu dengan mereka secara langsung dan dekat, aku juga melihat beberapa makhluk di udara, mereka tampak seperti burung, tapi lagi-lagi makhluk-makhluk aneh, di antara mereka ada yang mempunyai enam sayap dan beberapa dari mereka tidak tampak seperti burung, dari sini aku melihat seperti cacing yang diberikan sayap, sekali lagi, mungkin aku akan bisa mendeskripsikan mereka jika aku melihat mereka dari dekat. Tapi tidak hanya musuh, kami juga mempunyai yang dinamakan war machine, hal-hal seperti meriam dan pelontar, juga ada penyembur api yang berbentuk seperti singa yang di dalamnya diisi oleh manusia yang mengendarainya. Seperti senjata lain, war machine atau mesin perang yang digunakan oleh manusia dibuat melalui ritual khusus, seperti pelontar batu yang bukan hanya sekedar pelempar batu biasa, kami tidak akan bisa menghabisi musuh jika hanya meniban mereka dengan batu biasa, tetapi batu-batu ini harus dipersiapkan melalui vecku, aku belajar pada saat kelas pengenalan dulu bahwa vecku memiliki sebuah aura magis jika diaktifkan, hal yang diakibatkan oleh vecku juga menyerap beberapa energi magis tersebut dan energi tersebut dapat digunakan untuk menghabisi dan menyayat jiwa musuh, itualah kenapa mereka tidak harus langsung terkena senjata kami untuk bisa mati dan terbunuh, bisa diambil contoh pada Kori, senjata itu memakai air disekitarnya untuk menghabisi lawannya, tidak langsung tertebas pedang itu tapi masih bisa mati.

Kami berada di bukit ini untuk sementara waktu, menjaga agar bukit ini tidak diserang oleh musuh, detik demi detik aku lewatkan di bukit ini, melihat panah-panah yang melayang di udara, juga pertempuran yang sangat apik di bawah sana, tapi ada hal yang sedikit membuatku bingung, dalam situasi ini, dalam sebuah peperangan dan pertempuran, aku merasa sangat tenang, bagaikan hal ini memang hal yang lumrah utuk dijalani oleh seseorang, aku tahu bahwa mungkin kalian berpikir hal ini disebabkan karena aku yang suddah terbiasa ikut dan terlibat dalam pertempuran, tapi menurutku tidak, seharusnya, manusia normal mana pun seharusnya tidak menganggap peperangan adalah suatu hal biasa yang bisa mereka nikmati, membunuh orang lain dan melihat temanmu terbunuh, tidak ada hal yang dapat dirasakan dari hal-hal tersebut apalagi kebahagiaan, tapi tidak denganku. Meski sebenarnya aku tidak ingin melakukan pertempuran dan peperangan ini, tapi terdapat senyum di bibirku yang tanpa sengaja memang terlukis di situ disaat aku membunuh lawan dan menghabisi prajurit musuh, sebuah rasa atas pencapaian yang aku raih dari merenggut nyawa seseorang, sedikit aneh memang. Waktunya sudah tiba, kaki bukit ini sudah sepenuhnya diduduki oleh pasukan kami, dengan itu maka bukit ini akan memiliki pertahanan jika memang akan diserang oleh musuh, maka sekarang adalah waktunya untuk pasukanku bergerak pada pos selanjutnya, yaitu membantu dari sisi kiri barisan depan, jika kami bisa menyapu mereka dari samping, tentu saja mereka akan terserang dari dua arah, tapi pasukanku sangatlah kecil jika dibandingkan dari keseluruhan pasukan yang ada, awalnya aku merasa ragu dengan rencana ini, tapi mungkin mereka bahkan tidak mengindahkan seranganku karena terlalu meremehkan dan membuat serangan kami berhasil, tapi aku rasa tidak akan semudah itu, berita dan fakta bahwa bukit ini sudah diduduki, mempunyai arti bahwa pasukan yang berhasil menduduki bukit ini lebih kuat dari pasukan yang mereka kirim untuk menjaga bukit ini, termasuk si palu yang hebat itu. kami berjalan dengan pelan dan tidak terburu-buru, setelah turun dari bukit dan menyaksikan langsung pertarungan yang ada di bawah, aku baru bisa melihat dan menyaksikan betapa kacaunya suasanya pertarungan di bawah ini. Aku berhadapan dengan seekor binatang aneh yang mereka bawa ke medan pertempuran, mereka terlihat seperti macan, tetapi mereka mempunyai gigi yang sangat besar dan juga taring yang menyembul keluar, ukurannya pun sangat besar, mungkin tiga hingga empat kali dari seekor macan dewasa normal, merek juga mempunyai tanduk kecil, mungkin sekecil kelingking orang dewasa, pada kepalanya. Tapi ini bukan saatnya waktu untuk bingung, begitulah hal yang aku bisikan pada telingaku dan aku meresapinya, tapi mungkin bukan untuk yang lain, aku bisa melihat prajurit yang lain sedikit timbul rasa ragu untuk melihatnya, dapat kupahami sebenarnya, hal ini sudah aku tahu dan rasakan sejak mereka masih menggunakan binatang yang dapat dikategorikan normal. Seekor binatang berbeda dengan makhluk berakal yaitu manusia, sulit kukatakan bahkan mereka bahkan lebih rendah dari para akame itu, mereka bertarung hanya menggunakan insting, hidup di alam yang bebas dan membutuhkan sense of survival setiap harinya pasti mereka sangat beringas dan tidak ada pemikiran lanjut atas serangannya, itulah yang membuat manusia mana pun dasarnya takut untuk melawan seekor binatang buas, apalagi yang mereka gunakan adalah binatang buas yang bentuk dan jenisnya berbeda dari binatang yang biasa di lihat.

SfirillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang