Covered Sun : Pt 8. Back to Reality

1 0 0
                                    

Kali ini Basos yang berjalan ke arah kami, aku sudah bersiap dan Irhwa sudah memegangku dan juga Xavier untuk berpindah, tapi Basos berhenti di tengah-tengah dan mengangkat tangannya, aku dan yang lainnya juga mengangkat pedang dan senjata kami untuk bersiap-siap. Dengan kedipan mata sepertinya aku dan yang lainnya sudah berjalan sedikit menuju Basos, aku keheranan, apa ini? Apa Irhwa melakukan kemampuan teleportasinya? Kemudian aku tanyakan pada Irhwa yang secara mengejutkan ternyata dia belum melakukan apa-apa, aku juga bingung dari awal, jika memang benar itu adalah Irhwa kenapa dia hanya memajukan kami dengan jarak yang sangat tanggung. Kedipan selanjutnya aku lakukan dan kami kembali berada lebih dekat dengan Basos, dengan reflek Irhwa menteleportasi kami sedikit jauh dan lagi-lagi kami bergerak maju dengan sendirinya, ada apa ini? Aku masih melihat telapak tangan Basos diarahkan pada kami, tidak ada lontaran serangan darinya, tapi apakah memang tidak menyerang, atau dia menyerang dengan cara yang lain? Jangan-jangan perpindahan kami merupakan bentuk serangan dari Basos, tapi bagaimana dia menyerang kami? Apa yang dia gunakan? Maksudku bagaimana pengendalian partikel dapat membuat kami bergerak agar lebih dekat dengannya? Lebih banyak lagi pertanyaan yang berada di kepalaku, pasalnya kemampuannya terlalu general dan tidak terlalu spesifik, dengan hal itu dia dapat menggunakan kemampuannya yang kami tidak tahu sampai mana batas potensinya. Dengan itu kami mencari cara untuk mengalahkannya, berdiskusi dalam diam dan mencoba untuk keluar dari situasi ini. Hingga akhirnya Irhwa memberikan saran untuk menggunakan apiku untuk melawannya, Irhwa menjelaskan detil bagaimana kami akan menyerangnya. Irhwa melepaskanku dan hanya memegang tangan Xavier, dengan itu mereka berteleportasi tepat di depan wajah Basos, Xavier menyerangnya dan terus menyerangnya hingga dia tidak memiliki ruang untuk bergerak dengan keinginannya karena dia harus menghindari serangan Xavier. Irhwa kembali kepadaku dan memegangku, lalu kami berudua berteleportasi tepat di atasnya, bersama juga dengan pedang apiku yang sangat besar, dengan itu aku ayunkan pedangku padanya, tentu saja dia dapat menangkisnya dengan mengaburkan apiku, hingga aku kembali menyemburkan apiku padanya dan dia menghindar, sejak tadi aku memiliki sebuah teori bahwa dia tidak bisa terlalu sering menggunakan kemampuannya, maksudku adalah harus ada jeda sekian detik baginya untuk menggunakannya lagi karena jika satu serangan dia menghilangkan senjataku maka seranganku berikutnya akan dia hindari, mungkin saja hal ini disebabkan oleh serangan sebelumnya sangat besar itu dia jadi sedikit menguras tenaganya sendiri. Aku kembali membuat naga dari apiku dan menyambarnya dengan sangat keras dan juga deras, dia kembali dapat menahan apiku hingga dia kembali kehabisan tenaganya dan mulai menghindar dari seranganku, dengan itu tiba Xavier menyerangnya, dia tidak memiliki waktu untuk menangkis atau menghindar, kesalahannya menurutku adalah dia tidak memegang senjata satu pun, aku mengerti bahwa kemampuannya dapat menangkis dan juga menyerang, tapi dia tidak menduga bahwa dia akan terdorong sejauh ini hingga dia bahkan tidak dapat menggunakan kemampuannya. Pedang dari Xavier berhasil menusuk telapak tangannya, takut senjatanya akan menghilang, Xavier langsung menarik kembali senjatanya dan bergerak mundur, aku yang juga datang untuk meneruskan Xavier mengambil langkah yang besar, bisa kulihat dia mencoba untuk menghindar lagi, tapi kali ini kami terlalu dekat, aku bisa menggunakan kemampuan rahasiaku yaitu Abel. Abel memegang kakinya agar dia tidak bisa bergerak, kejadian itu begitu cepat hingga mungkin Xavier dan Basos tidak menyadari apa yang terjadi sebenarnya, dengan cepat aku menganyunkan tombakku dengan api besarnya sekuat tenaga dan akhirnya aku dapat mengenainya pada bagian badan. Irhwa langsung datang dan memegang kami, dengan itu dia langsung berteleportasi untuk pergi dari Basos. Aku bisa melihat Basos yang kepayahan dari sini, darah mengucur dari badannya dan juga tangannya. Akhirnya dia menarik pedangnya dan mengacungkannya pada kami, ini menjadi lebih mudah pikirku, jika kami dapat menyingkirkan pedangnya dari genggamannya, maka dia sama sekali tidak dapat menggunakan kemampuannya. Tapi aku salah, dia menusuk dirinya dengan pedang tersebut, aku semakin heran dan tidak mengerti, bukannya seharusnya dia sudah menusuk dirinya jika ingin mendapatkan kemampuannya itu? Kenapa dia harus melakukannya lagi? Aku tidak begitu paham dengan jalan pikirannya, atau lebih tepatnya aku tidak begitu mengerti dengan mekanisme yang terjadi saat ini.

SfirillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang