Rain of Arrows : Pt 9. Unleash The Arrow

1 1 0
                                    

Kami segera berlari pada arah titik awal kami bergerak tadi, seketika aku melupakan hal-hal lain, bahkan aku lupa dengan prajuritku dan juga pasukanku, yang aku pikirkan hanyalah berlari dan kabur karena semua orang sudah berkata seperti itu. Tidak lama kemudian, suara gemuruh terdengar, tidak hanya itu, aku juga merasakan sepertinya tanah begetar di bawahku, apa yang terjadi sebenarnya? Aku terus berlari dan berlari, suara gemuruh itu semakin besar, apakah hal ini disebabkan serangan dari musuh? Apa pun yang menyebabkan tanah ini bergetar seperti ini pastilah sebuah serangan yang sangat dahsyat, apakah dia salah satu dari penjaga gerbang? Terlalu banyak pertanyaan yang ada di kepalaku, tapi aku tidak perduli, yang aku lakukan hanyalah berlari dan berlari. Berlari saat ini sudah sangat menantang bagiku, karena aku tidak bisa berlari dengan lurus sekarang dan harus berkelok-kelok dan bermanuver, alasannya tentu saja karena banyak tubuh yang tergeletak di tanah, ditambah lagi hari yang gelap membuatku sulit untuk melihat dalam keadaan bergerak dengan cepat. Sesuatu tumbuh dari tanah, apa itu? terlihat sangat besar, setelah aku sudah lumaya dekat aku baru menyadarinya bahwa itu adalah tanah juga, sebuah tanah yang menyembul dan keluar dengan cara yang tidak wajar, apakah musuh memiliki kemampuan yang sama dengan Ardier? Atau bahkan lebih kuat? Lama-lama tanah itu terbentuk segitiga seperti atap rumah, setelah aku perhatikan lagi semua orang sepertinya memasuki atap tanah tanah itu, berarti itulah tujuan kami berlari. Komunikatorku berbunyi lagi, Lephon kembali berbicara, dia bilang siapa pun yang melihat kubah yang dibuat oleh Ardier harap bergerak dan berlindung di bawahnya, untuk yang tidak sempat bisa mencari tempat perlindungan lain, ternyata itu adalah tempat bagi kami untuk berlindung, tapi lagi-lagi pertanyaan kembali muncul dadri kepalaku, berlindung dari apa? Serangan apa yang membuat Ardier harus membuat atap atau tadi disebut sebagai kubah perlindungan sebesar itu? Sial, jarakku masih sedikit jauh dari sana, setelah beberapa waktu akhirnya aku bisa merasakan sedikit ketenangan, aku melihat ke kiri dan ke kanan untuk melihat situasi, ternyata tidak hanya aku, prajurit-prajurit yang lain juga berlarian dan beberapa sudah tidak senjata mereka apalagi yang membawa senjata berat seperti palu, kapak besar, dan juga gada, mungkin saja menurut mereka senjata mereka sangat berat dan memperlambat mereka dalam berlari. Adrenalin yang sangat deras meluncur di sekujur tubuhku yang membuat aku melupakan semua kelelahan yang terjadi sebelumnya, aku terus belari dan terus berlari hingga adrenalin tersebut tidak bisa menopang tubuhku lagi dan aku pun terjatuh. Secara tiba-tiba aku bahkan tidak mempunyai kekuatan dan tenaga lagi untuk berdiri, apakah ini akhirnya? Aku sudah tidak mempunyai tenaga hingga kering sepertinya, bahkan semua hormone yang bergejolak tidak bisa membantuku lagi. Aku melihat tubuh-tubuh yang tergeletak tanpa nyawa di sekitarku, beberapa dari mereka aku juga bisa melihat wajahnya dengan jelas karena helmnya terlepas, wajah itu, wajah-wajah ini, apakah aku akan sama seperti mereka, mengeluarkan ekspresi tanpa nyawa itu, sial...sial...sial!! Aku memejamkan mata, aku tidak tahu serangan dahsyat apa yang akan dilontarkan dari musuh, yang pasti aku tidak ingin melihat serangan itu dan aku tidak ingin melihat hal yang mengakhiri hidupku, aku terus memejamkan mata, berharap apa pun yang terjadi semoga terjadi dengan cepat, hingga aku merasa tubuhku seperti terangkat dan aku tidak kuasa untuk menahan kelopak mataku dan melihat apa yang terjadi. Ternyata seseorang membantuku berdiri juga membantuku untuk berlari dan kami berlari bersama karena kakiku bergerak dengan sendirinya meski badan ini masih bersandar. Abel!! Dia yang membantuku berdiri dan juga berlari, pada saat itu, pada detik itu juga, aku merasakan bahwa aku tidak boleh berhenti, aku tidak boleh patah semangat, aku tidak boleh menyerah!! Dengan semua fasilitas, bantuan, dan juga potensi yang aku miliki, aku bisa terbang hingga ke bulan, tidak akan kubiarkan sebuah tempat yang seperti tanah terkutuk ini membuatku menyerah, membuatku kehilangan arah dan membuatku berhenti di sini. Meski tergopoh-gopoh akhirnya kami berhasil mendekati kubah tersebut, terlihat Zahar dan juga Irhwa membantu kami untuk berjalan lebih cepat menuju kubah tersebut sehingga kami dapat sampai di kubah tersebut sebelum sesuatu terjadi.

SfirillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang