Namanya Nero, orangnya tidak begitu tinggi, bahkan dia tidak lebih tinggi dari Abel, tetapi secara ukuran dia lebih besar dari kami, mungkin di balik zirah itu terdapat otot yang besar, dan disaat dia membuka helmnya aku bisa melihat dia memiliki brewok dan juga kumis yang sedang, zirahnya lebih bagus dari kami semua, meski tidak bertema tapi aku bisa melihat keeleganan dari zirahnya yang berwarna putih dan kuning, dia pasti memiliki pangkat yang sangat tinggi. Aku memberikan ideku padanya, yaitu untuk mencoba menembak pada dadanya, aku sendiri tidak yakin pada serangan ini, tapi dia mengatakan bahwa itu serangan yang patut dicoba, jika serangan itu tidak berhasil, setidaknya itu memberikan waktu dia untuk pulih, jadi pasukan kami bisa melarikan diri dari pertempuran ini. Pertama kami harus memacu kuda ini bersma pasukan dengan cepat kepada raksasa itu, sepertinya dia sudah melihat kami, jarak kami jauh dari pertempuran jadi mungkin menurutnya akan sangat memungkinkan dan juga aman untuk menggunakan serangan meriam lavanya, aku memberi nama serangan itu meriam lava. Dadanya sudah bergerak untuk menciptakan ruang bolong atau hampa, kami terus memacu kuda kami, serangan ini setidaknya harus berefek meski mungkin tidak efektif, karena jika tidak maka aku sekarang sedang berlari menuju kematianku sendiri. Serangannya mulai terkumpul di dadanya, sepertinya hal itu sudah akan dilontarkan olehnya, aku memberikan aba-aba untuk Nero, dia mengambil kuda-kuda dan posisi di atas kuda, menaruh tangan kanannya dipinggang, seperti ingin memukul, dia pukulkan tinju itu ke arah si raksasa itu, ada sedikit shockwave dari serangannya, dari shockwave ini, dalam sekejap aku tahu bahwa serangannya merupakan serangan yang mematikan. Sebuah laser yang lumayan besar dan berwarna putih keluar dari tinjunya, sesaat situasi menjadi sedikit lebih terang, laser itu mengenai bongkahan dan kumpulan lava dan magma di dadanya, sedikit lama setelah serangan itu mengenainya, semakin terang dan semakin terang setiap waktu membuatku agak silau sekarang, aku menutupi mataku dengan tanganku karena silaunya, dan suara ledakan yang besar terdengar, booomm!!!! Raksasa itu meledak dari bagian dadanya hingga kepalanya beserta tangannya, dan ledakan itu, raksasa itu terbuat dari magma, batuan, dan juga lava, jika raksasa itu meledak dan bagian tubuhnya terpental kemana-mana dengan ukuran yang kecil, secara teknis itu seperti muntahan gunung merapi, batuan panas dan magma itu jatuh menghujani kami, aku terus bermanuver untuk menghindari hal itu, seperti inilah rasanya berada di dekat gunung meletus, jatuhnya batuan itu sepertinya terasa sangat lambat dan juga kecil jika kalian melihatnya sedang terpental, tapi disaat hal itu sudah mendekati kalian, baru akan terasa bahwa batuan itu jatuh dengan cepat dan juga besar sekali, jatuhnya batuan itu juga seperti telur yang jatuh ke lantai, tidak selesai hanya di situ, magma yang menempel pada batuan itu muncrat disaat batuan itu sudah membentur tanah, jadi jika kalian tidak hancur terkena batuan itu, kemungkinan kalian akan meleleh terkena magma. Nero memberikan arahan kami untuk bersembunyi di balik bukit yang ada di sebelah kiri untuk kami berlindung dari serangannya. Setelah lama kami bersembunyi dari letusan itu, sepertinya suaranya sudah meredam bahkan hilang, tapi sebenarnya aku sedikit takut untuk melihat ke balik ini, bukan karena aku takut serangan itu masih berlanjut dan bisa melukaiku, aku yakin bahwa letusan itu sudah berakhir karena suaranya sudah tidak terdengar selama beberapa menit sekarang, tapi karena justru tidak ada suara sama sekali di balik bukit ini yang membuatku takut, seperti apa dan seseram apa dampak dari serangan ini, apakah penampakan dan suasana di situ akan sangat menyeramkan? Aku memberanikan diri untuk turun dari kudaku dan melihat ke sana, dan memang benar dugaanku, aku sampai tidak bisa berkata-kata sedikit pun, tempat ini seperti sedang terkena bencana, tidak, bukan bencana lagi, tapi tempat ini sudah seperti kiamat. Semua orang sudah mati, dan tubuh mereka dalam keadaan yang sangat mengenaskan dan tidak bisa aku jelaskan, tubuh terbelah dua, kepala yang hancur, hangus, dan yang lainnya, sangat berbeda dengan suasana pertempuran yang biasanya hanya diwarnai dengan luka tusukan dan juga tebasan. Tidak hanya tubuh-tubuh mereka, tempat ini, lansekap yang sudah tidak berbentuk lagi, tanahnya sudah hancur begitu juga dengan bukit-bukitnya, posisiku masih terbilang jauh dari lokasi pusat letusan itu, di sini sudah separah ini, bagaimana di depan sana? Aku kembali menunggangi kudaku yang disediakan oleh Nero, kami berjalan dengan sedikit cepat ke dapan, penglihatan juga sedikit sulit karena kabut asap ini berada di mana-mana, sesampainya aku ke depan, keadaan semakin parah, tumpukan mayat sudah tidak terkendali bahkan sudah tidak dapat dikenali apakah itu mayat dari pasukanku atau musuh, juga medan yang semakin sulit untuk dilalui dan sepertinya juga tanah di depan sana masih sangat panas. Nero memberikan perintah kepada salah satu prajuritnya untuk mengeluarkan air dari dalam tanah, untuk mendinginkan tempat ini, tapi, air yang bertemu dengan panas, tentu saja dengan cepat juga berubah menjadi uap yang semakin menutupi penglihatan kami, Hartwell berinisiatif menggunakan kemampuannya untuk meniup semua uap dan kabut ini, kami bisa melihat semuanya, ini yang tidak aku perhitungkan, kami tidak perhitungkan maksudnya, ledakan yang cukup besar, bagaimana dengan pasukan yang berada di garis terdepan, pasti mereka sudah habis semua. Dari terdiamnya kami, tiba-tiba ada suara langkah dari belakang, ternyata pasukan pemanah yang dipimpin oleh Mien, mereka sempat berlindung di balik salah satu bukit, karena jumlah mereka yang cenderung sedikit, bukit yang tidak terlalu besar bisa melindungi mereka. Ada suara langkah kaki lagi, kali ini lebih pelan, dari arah kanan, semakin mendekat dan semakin mendekat, ternyata itu adalah Xavier dan Zahar yang sedang menopang Gaim dan Durir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sfirilla
FantasyVivandy terbangun di dunia yang aneh dan dalam keadaan lupa ingatan, tapi mendapat tugas penting untuk menyelamatkan hari. Apakah dia bisa melakukannya? Akankah dia bisa mengingat masa lalunya? Ikuti perjalanan penuh aksi dari peperangan juga mister...