Wind's Howling : Pt 3. Back of an Eye

1 1 0
                                    

Hari itu kami sebenarnya tidak mempunyai shift kerja karena memang beberapa minggu sebelum pertempuran, siapa pun yang ditugaskan untuk bertempur tidak mempunyai tugas wajib di markas karena harus mempersiapkan diri, tapi bila mereka ingin tetap datang ke markas untuk membantu yaa tidak apa-apa sebenarnya. Setelah sedikit latihan antara aku dan Abel di arena belakang, kami segera pergi menuju rumahnya sekarang ini, seperti yang diceritakan abel bahwa rumah ini, area perumahan ini sedikit sepi dari area lainnya dan ini bisa menjadi tempat yang cocok bila sesuatu yang tidak diharapkan terjadi.

"ambil ini." Abel memberikan pedangnya padaku.

"untuk apa?"

"tusuk aku dengan itu, kau lupa rencana kita hari ini."

"bukankah kau harus menusuknya sendiri." Ucapku sedikit bingung dan tidak mau melenceng sedikit pun dari arahah Evon, karena tanpa melenceng pun ini merupakan percobaan yang berbahaya.

"sudahlah kita coba saja, kalau aku menusuknya sendiri aku akan ketakutan dan mungkin tidak akan jadi nantinya, jadi bantulah aku sedikit."

"ini akan menjadi pertama kalinya aku membantu seseorang untuk menusuk dirinya sendiri." Dengan serangan mendadak aku menghujamkankan pedang ini pada dadanya, sengaja aku memakai serangan mendadak karena aku takut dia akan mencoba menghindar kalau aku berikan aba-aba untuk menyerangnya. Untuk saat ini belum terjadi apa-apa, hanya Abel yang sedang mengerang kesakitan tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda dia ingin mati, jadi aku putuskan untuk menusuknya lebih dalam dan siapa tahu cara ini akan bekerja. Senti demi senti pedangnya menancap di dadanya, Abel semakin mengerang kesakitan yang mungkin sebentar lagi akan menjadi teriakan. Tidak lama kemudian, secara tiba-tiba matanya bercahaya, pedangnya, pedangnya secata perlahan terdorong keluar dari dadanya meskipun dia tidak mendorongnya sama sekali. Setelah pedang itu keluar dari dadanya, matanya pun kembali seperti semula.

"aku, aku bisa." Ujarnya singkat sambil melihat ke kedua telapak tangannya.

"bisa apa?" Tanyaku dengan heran.

"bisa, aku tahu kemampuanku, ntah mengapa hal itu seperti sebuah pengetahuan yang diunduh pada kepalaku."

"kemampuan apa?" Tanyaku sekali lagi.

"lihat di belakangmu!" Sahutnya sambil menunjuk sesuatu di belakangku dan aku pun menengok ke belakang. Anehnya, disaat aku kembali menengok ke arahnya.

"mana, tidak ada apaaa........." dia menghilang.

"hey, ini bukan waktunya bercanda, aku tahu kau bisa menghindar dari pandangan seseorang tapi bukan ini waktunya." Sambil aku yang mencari-carinya di segala sudut rumah.

"aku ada di sini." Aku bisa mendengar suaranya, tapi hanya suaranya tapi aku tidak bisa mengetahui keberadaannya.

"ayolah, apa ini kemampuan vecku, untuk menghilang sepenuhnya?"

"bukan." Suara itu, berasal dari bawah! Disaat aku menengok ke bawah, dia merangkak keluar dari bayanganku, aku pun terkaget dan terjatuh di lantai.

"inilah kemampuanku sekarang, aku bisa masuk dan keluar pada sebuah bayangan."

"kemampuan yang aneh, tapi mungkin akan berguna."

Sejak saat itulah aku dan Abel mencari cara untuk memakai kemampuannya agar lebih efektif dan efisien, meski dia dapat masuk ke dalam bayangan seseorang, tetapi dia tidak bisa menyerang dari dalam bayangan, jadi harus dalam bentuk fisik, aku pikir kemampuan ini tidak bisa dan tidak efektif untuk dilakukan dalam pertempuran frontal, itulah mengapa dia aku tugaskan untuk menjadi bayanganku. Nah kembali pada ceritaku pada Irhwa dan yang lainnya, aku pun menjelaskan strategiku pada pertarungan ini, disaat momen itu terjadi, memang benar apa yang dikatakan Zahar, musuh tidak bisa bergerak, karena dari bayanganku Abel mengeluarkan tangannya untuk menggenggam pergelangan kakinya, karena pergelangannya yang besar, maka dia harus memegangnya dengan kedua tangannya. Irhwa bertanya seperti apa rasanya berada dalam bayangan dan Abel menjawab rasanya seperti berenang di dalam kolam dan dunia fisik adalah disaat kalian keluar dari air, dia tidak bisa menyembul keluar kecuali bila berada dalam bayangan, jadi itu adalah hal yang sulit. Setelah itu Zahar bertanya kenapa aku tidak melakukan itu sejak awal, aku memberikan dua jawaban di sini, pertama aku tidak begitu yakin dengan serangan biasa bisa melumpuhkannya dalam sekali serang, oleh karena itu aku membutuhkan teknik memakai panas dari pedangnya untuk menebasnya agar tidak hanya zirahnya tapi aku juga bisa menebas tubuh dibalik zirah tersebut, yang kedua, Abel aku berikan tugas khusus sebelumnya dan dia tidak berada di bayanganku sampai matahari tertutup awan dan dia selesai pada tugasnya yang dimana hal itu baru terjadi di tengah pertempuran. Sudah kuduga bahwa mereka akan bertanya tugas apa yang aku berikan pada Abel, jawabannya singkat, untuk membunuh pemimpin pasukan ini, aku melihat pemimpin yang aku lawan bukanlah pemimpin yang sebenarnya karena seorang pemimpin pasukan besar seperti ini minimal mempunyai kemampuan seperti komandan, terlepas dari dua raksasanya aku rasa kemampuannya seperti si pedang besar dan yang seperti kalian lihat sendiri, satu orang, yaitu aku, cukup untuk melawannya dan juga menghabisinya, jadi dengan feeling yang aku punya, aku memerintahkan Abel untuk menyelinap jauh dan menemukan pemimpin mereka, itulah kenapa aku yakin bahwa tidak ada musuh lagi yang menunggu di depan, karena mereka sudah lari tunggang-langgang, aku memberikan sebuah statement, bahwa aku bisa menghabisi siapa saja dan kapan saja, mungkin dari pesan yang aku kirimkan untuk mereka membuat mereka takut dan akhirnya melarikan diri, kalian bayangkan saja seorang pemimpin yang mempunyai penjagaan yang sangat ketat, kemudian mati begitu saja di tengah-tengah penjagaan itu.

SfirillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang