Besok pagi aku kembali menemui pasukanku, aku bertanya pada mereka apakah semua yang tidak mengendarai kuda sudah sampai di sini dan mereka mengiyakan, lalu aku membagikan jubah kepada mereka satu persatu, jubah berwarna oranye seperti gurun pasir ini membuat kita akan tersembunyi dari pandangan mereka. Kami berjalan menuju markas yang di maksud pada siang hari, jaraknya sekitar 1 kilometer dari kemah kami, di tengah perjalanan aku menemukan oasis dan beberapa prajurit akame yang berjaga di situ, mungkin ini adalah sebuah pos, untuk mereka berjaga dan melihat apakah ada yang mendekati markas mereka atau tidak. Aku menyuruh semua pasukanku untuk berdiam biar aku yang membunuh mereka. Jumlahnya sekitar sepuluh orang, mereka berpatroli di tempat yang sedikit terpencar, kalau aku bisa mendekati mereka satu persatu mungkin aku bisa membunuh mereka semua. Aku melangkah mendekati oasis itu sambil memberi aba-aba pada beberapa pasukan pemanah, kalian pasti bertanya kenapa tidak semuanya saja kita panah? Jawabannya adalah aku hanya membawa lima orang pemanah dan karena memang pasukanku tidak berspesialis dalam memanah, hanya lima orang inilah dari pasukan infateri yang lumayan handal untuk memanah, itupun aku tidak pernah melihat kemampuan mereka sekali pun karena di pertempuran selanjutnya. Aku melihat satu prajurit sendirian, jaraknya dekat denganku yang sedang bersembunyi di semak-semak, aku bisa menghabisinya dengan cepat, lagipula tidak ada akame yang melihat ke arah sini tapi aku ingin mengetes kemampuan dari pemanahku, bila dia gagal aku bisa menghabisi akame ini tanpa menimbulkan kegaduhan. Aku memberikan aba-aba, dia menembakan anak panahnya, dengan cepat anak panah itu melesat ke tubuh akame itu dan menembusnya, membunuhnya secara instan, dia terjatuh dan tidak menimbulkan suara yang pelan, syukurlah. Aku mendekat lagi pada akame yang lain, kali ini mereka ada dua dan berada di bawah sebuah pohon palm, aku tahu akame yang satu berada diluar jangkauan pemanah karena terhalang pohon palm itu, aku mengisyaratkan pada pemanahku untuk menembak akame yang bisa dia lihat dan aku harus menghabisi akame yang satunya lagi, aku sudah berada di belakangnya, aku sudah bersiap, panah itu kembali menusuk tubuhnya dan dia terjatuh, akame yang satunya lagi langsung terkejut dan menengok ke arah temannya, tapi aku langsung menghujamkan pedangku dari belakang dan menghabisinya, tiga sudah teratasi. Kali ini juga mereka ada dua, yang satunya sedang duduk di pinggir kolam kecil di oasis ini dan yang satunya berada di belakangnya, situasinya sangat sulit untuk aku berjalan mendekatinya.
Kali ini perasaanku, apa yang aku alami, lain, bila dalam peperangan aku sudah lupa dengan semuanya karena derasnya adrenalin yang mengalir, kali ini aku bisa merasakan semuanya, semuanya terasa dengan sangat jelas, rasa gugup ini, detak jantung yang berdebar, dan bulu kuduk yang merinding selagi aku mendekati mereka. Aku memerintahkan untuk pemanahku untuk menembak akame yang sedang duduk dan seperti sebelumnya, panah itu berhasil menancap di tubuhnya dan langsung membunuhnya, akame yang di belakangnya sudah tentu terkejut dan sebelum dia bisa memberi sinyal akan keberadaan kami, aku sudah menghujamnya. Sisa tiga akame, aku sudah mempercayai pemanahku sekarang jadi aku putuskan untuk mereka memanah mereka satu persatu karena mereka berada di jarak yang agak jauh dan terpisah. Situasi sudah aman, kami bisa meneruskan perjalanan, hari sudah siang, sangat panas di sini, kami sudah menemukan markas itu, markas yang berada di dalam sebuah goa, aku bisa melihat mulut goa itu dari sini, mulut goa itu dijaga oleh hanya beberapa akame saja, bila aku bisa hitung sekitar ada empat atau lima mungkin, akhirnya aku putuskan untuk mendekat dan memperhatikan hal ini lebih jelas, kami berjalan dan berada di balik bukit pasir sehingga mereka tidak bisa melihat kami, setelah aku hitung dengan baik, mereka berjumlah 5 orang, pas sekali dengan pemanah yang aku bawa saat ini. Aku sudah percaya kepada pemanahku dan aku memberikan mereka perintah untuk memanah para akame itu, dan benar saja lima anak panah yang dilontarkan berhasil membunuh mereka semua.
"lima dari kalian ikut denganku untuk memasuki goa itu dari depan." Perintahku kepada pasukanku.
"bagaimana denganku?" Tanya Zahar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sfirilla
FantasyVivandy terbangun di dunia yang aneh dan dalam keadaan lupa ingatan, tapi mendapat tugas penting untuk menyelamatkan hari. Apakah dia bisa melakukannya? Akankah dia bisa mengingat masa lalunya? Ikuti perjalanan penuh aksi dari peperangan juga mister...