Unsettling Place : Pt 5. The First Journey

1 0 0
                                    

Hari itu sudah tiba, kami akan menggunakan kuda menuju Orken, kami berangakat dan bergerak dengan posisi yang sudah kita tetapkan sebelumnya, Zahar berada di depan, aku di tengah dan Mien berada di belakang. Kalau banyak yang bertanya, kenapa kita menggunakan kuda padahal sudah ada angkutan yang sedikit modern di dunia ini, jawabannya adalah di magic, beberapa makhluk asli dan senjata yang kita punya sudah memiliki unsur tidak duniawi dalam dunia ini, sementara kendaraan dan peralatan yang dibuat oleh manusia yang berada di dunia ini tidak bisa dibumbui dengan unsur kekuatan yang tidak duniawi, oleh karena itu dalam beberapa hal, dunia ini tetap memakai peralatan yang memang didesain khusus di dunia ini dan bukan buatan manusia secanggih apa pun benda itu. Perjalanan hari pertama kita sudah bisa pergi sampai pinggiran kota, tidak ada gerbang atau benteng yang membatasi kota ini, sudah seperti kota modern, yang memperlihatkan bahwa kita sudah berada di pinggiran kota adalah tidak adanya gedung-gedung dan bangunan tinggi lagi. Perjalanan hari kedua kami sudah benar-benar melewati peradaban, tidak ada lagi gedung atau bangunan, hanya pepohonan dan bukit yang berada di sekitar. Kami memutuskan untuk beristirahat dan membangun kemah di salah satu pepohonan yang ada dan perjalanan kita besok kemungkinan akan sampai di Orken, kita akan berkemah sehari dan besoknya kita akan langsung menyerang atau menguasai Orken.

"Mien, bagaimana hasil pencarianmu tentang kematian Jorri? Apakah ada sesuatu yang baru mengenai kasus ini?" Tanyaku kepada Mien mengenai kasus Jorri.

"para atasan dan makhuk-makhluk seperti Noit sudah tidak ada lagi yang membicarakan itu seperti angin lalu saja, tapi beberapa manusia seperti kita masih membicarakan hal tersebut dan bergosip, dari yang aku dengar kasus seperti ini bukan yang pertama kali terjadi dan ada yang melihat bahwa Jorri dibunuh saat bertarung." Jawab Mien.

"apa kau bodoh? Sudah jelas dalam pertarungan pasti mati terbunuh." Jawab Zahar mencela Mien.

"tunggu penjelasan lanjutku dulu, aku belum selesai menjelaskan. Jadi, Jorri mati terbunuh oleh pasukan kita sendiri." Kembali jawab Mien.

"apa? Tidak mungkin, kenapa orang-orang kita sendiri membunuh Jorri, bukannya kita semua ingin pertarungan ini berakhir." Kataku dengan heran.

"mungkin dia membunuh Jorri secara tidak disengaja, mungkin dia melihat Jorri sebagai musuh." Jawab Mien.

"tapi, yang seperti aku katakan sebelumnya, Jorri memakai zirah yang berbeda, orang waras mana pun akan tau kalai Jorri adalah pasukan kita dan terlebih lagi dia mempunyai kedudukan yang lebih, hanya orang gila yang membunuh Jorri." Kembali sanggah Zahar.

"mungkin itu adalah pasukan musuh yang menyamar menjadi pasukan kita? Karena banyak kemampuan yang belum kita lihat di dunia ini, dan salah satunya mungkin kemampuan untuk merubah bentuk diri dan menyamar."

"mungkin saja seperti itu." Jawab Zahar.

"bila kejadian ini tidak terjadi sekali, berarti kita sudah tidak bisa lagi percaya sepenuhnya terhadap pasukan kita, apalagi dalam keadaan perang besar seperti pertempuran kemarin, bagaimana kalau kita merobek sedikit baju kita di bagian sendi tangan kiri, itu akan menjadi pertanda bahwa kalian adalah kalian dan bukan musuh yang menyamar, aku tau ini mungkin tampak bodoh, tapi ini satu-satunya hal penanda yang tidak mencolok." Akhirnya kami setuju dan merobek sedikit baju kami sebagai penanda bahwa kami adalah manusia asli dan bukan musuh yang sedang menyamar.

Keesokan harinya kami terus berjalan menuju Orken, akhirnya kami sampai juga, sebuah gurun pasir yang jauh dari kota, pertarungan di sini akan menjadi pertarungan yang sangat singkat, siapakah yang bisa menguasai awal pertarugan yang akan menang, tidak ada lagi faktor lain dalam pertarungan ini, tidak ada faktor penolong dan tidak ada faktor keadaan, semuanya hanya tinggal bagaimana kita akan memenangkan pertempuran ini, hari sudah sore dan aku tidak akan maju lebih banyak lagi, aku tidak mau ada risiko kita akan bertemu musuh, kita perlu istirahat untuk malam ini, meskipun agak riskan untuk bertarung besok tanpa mengetahui medan pertempuran besok, Mien menyarankan bahwa kita mengutus satu orang untuk pergi lebih jauh dan melihat keadaan, akhirnya aku menyutuh salah satu prajurit untuk memantau keadaan musuh. Sudah sekitar tiga jam dia pergi dan tidak kunjung kembali, apakah dia tersesat atau dia sudah dibunuh oleh musuh? Dan dalam keheningan malam, ada suara langkah kaki yang mengarah ke tendaku, aku sudah bersiap denga mengambil pedangku, apakah musuh mengirim pembunuh untuk membunuhku? Untuk mengakhiri pertempuran ini bahkan sebelum pertempuran ini, tapi sayang sekali aku tidak akan mati semudah itu. Saat tendaku terbuka, yang datang adalah prajuritku yang tadi aku suruh untuk memantau keadaan, dia melaporkan beberapa hasil pantauannya dan aku menyuruh untuk memanggil Mien dan Zahar ke tendaku.

SfirillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang