5

1.4K 140 0
                                    

"Jadi lo mau ngomong apaan?" tanya Haikal dengan nada yang begitu santai, membuat Luna menghela nafasnya sejenak lalu menatap lelaki di depannya itu dengan begitu serius.

"Langsung ke intinya aja, kenapa lo nyebar gosip yang enggak-enggak?"

Haikal sedikit berfikir sebelum menjawab pertanyaan Luna, ia tahu jika Luna akan mempertanyakan masalah yang menimpa mereka. Walaupun beberapa hari ini, Haikal yakin jika Luna tak terpengaruh dengan gosip yang ia buat itu, namun keyakinannya runtuh saat Luna sendiri yang mendatanginya bahkan berbicara padanya untuk yang pertama kali.

"Itu emang kenyataannya"

Luna semakin menatap Haikal dengan kesal, pasalnya lelaki itu masih saja membuatnya emosi disaat-saat seperti ini, "Kenyataan apanya? Yang ada gue tuh gak suka di gosipin pacaran sama elo yang bahkan tetek bengeknya aja gue gak tahu."

Untuk sesaat Haikal hanya mengangguk, menanggapi ucapan Luna. Sebelum ia kembali menatap gadis itu dengan tatapan seperti biasa.

"Yah kalau gitu cari tahu dong," balas Haikal dengan begitu santainya, membuat Luna harus menahan emosinya lebih lama lagi. Karena memang butuh kesabaran berbicara dengan lelaki itu.

"Malas banget, gue gak mau nyari tahu apapun tentang lo, udah cukup telinga gue panas dengar orang-orang ngomong kalau gue ini pacar lo. Dan parahnya lagi sampai ke sekolah tuh gosip"

"Gimana yah jelasinnya, orang-orang sini tahu emang, karena gue yang ngomong. Padahal cuman bercanda doang loh, eh mereka percaya. Dan kalau di sekolah itu pure gue mau ngerjain lo, dan reaksi yang sama gue terima dari mereka semua. Jadi, terima aja status lo saat ini"

"Gila lo yah, bayangin gue aja baru pertama kali ngomong sama lo, salah gue sama lo apa coba?" kali ini Luna berucap dengan nada yang naik satu oktaf, namun sama sekali tak membuat Haikal takut. Malah lelaki itu berani maju selangkah sembari tersenyum.

"Yah, seneng aja gitu ngerjain loh. Cuman mau ngetes doang sih mental lo kayak gimana"

"Lo kata gue sakit jiwa? Jawaban lo itu benar-benar gak masuk akal Haikal"

Boom~

Haikal tersenyum lebar dan merayakan kesenangannya itu dengan mengepalkan kedua tangannya di udara, membuat Luna yang melihat aksinya itu hanya bisa tercengo. Haikal merasa senang, bagaimana tidak. Setelah beberapa menit akhirnya gadis itu menyebut namanya bahkan dengan nada yang lembut.

"Lo waras?" tanya Luna yang takut, jika saja memang Haikal memiliki kelainan jiwa. Sebelum lelaki itu melihat ke arahnya sembari tersenyum manis. Senyuman yang membuat Luna seketika terdiam.

Shit, gans banget nih bocah. Gak, gak, Nesta masih lebih gans. Di depan lo ini Lun, manusia yang lo benci, jadi jangan pikir yang aneh-aneh. Jangan runtuhin tembok lo hanya karena senyumannya dia. Untuk saat ini hilangin insting pemburu cogan lo itu Aluna Maisie. Dewi batin Luna berucap di dalam sana, ia tak tahu jika Haikal memiliki senyuman semanis itu.

"Banget malah, hanya gue senang aja dengar lo nyebutin nama gue dengan nada lembut kayak gitu, udah ah percakapan kita cukup sampai sini aja gue gak jamin bisa lama-lama di depan lo," ucap Haikal sembari berjalan meninggalkan Luna yang masih terdiam ditempat berusaha untuk mencerna maksud ucapannya itu. "Eitts, gue kelupa satu hal," Luna berbalik dan melihat ke arah Haikal yang kembali berjalan kearahnya sembari memainkan ponsel.

"Nih, kalau lo penasaran gue bilang apa sampai-sampai seantero sekolah tahu kalau kita pacaran"

Tatapan Luna terpaku pada layar ponsel Haikal. Matanya masih membaca chat-chat lelaki itu dengan beberapa murid di SMA Kartika, hingga perlahan tatapannya membesar saat membaca beberapa chat Haikal yang membuatnya langsung menatap lelaki itu dengan kesalnya.

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang