18

695 82 0
                                    

Aluna hanya bisa menghela nafas setelah ia berhasil masuk ke kelasnya dengan selamat, sejenak ia memejamkan mata dan mencoba untuk mengatur deru nafasnya itu ia tak mau kehabisan oksigen hanya karena berlari dari kantin ke kelas.Hingga ia pun membuka matanya dan menatap tajam ke arah jendela yang menampilkan keindahan langit siang ini, wajahnya memerah kala mengingat selama dua minggu terakhir ini jantungnya tidak baik-baik saja. Kalian ingat kan semenjak Aluna mengiakan permintaan Haikal untuk menjalin hubungan serius, tepat saat itu juga ia harus mengontrol diri karena tingkah lelaki itu yang benar-benar membuat Luna hampir lupa bagaimana caranya bernafas.

Seperti beberapa minggu yang lalu saat Haikal tiba-tiba saja mengajaknya untuk berkeliling kota dengan sepeda motor, Luna ingat jelas kala mereka memilih untuk berteduh di sebuah ruko karena hujan deras dan saat itu ia tersipu ketika Haikal dengan lancangnya memberikan jaket yang ia kenakan untuk Luna, jangan lupakan ia juga mengacak rambut gadis itu perlahan dengan senyum manis.

Belum lagi saat Aluna harus ke sekolah pada hari minggu karena kerja kelompok, lelaki itu rela menemani bahkan menunggunya sampai selesai, tentu saja bukan hanya itu Haikal terus memberikan senyuman dan tak jarang memperlihatkan ekspresi datar dengan tatapan tajam saat Luna tak sengaja bertemu cowok lain atau pun hanya sekedar berbincang.

Ingin sekali rasanya Aluna melarikan diri, namun sadar itu hal yang mustahil otaknya ingin pergi dan bersembunyi namun hatinya? Ahh tak usah ditanyakan lagi.

"Lo kok larinya cepet amat," sahut Salsa setelah ia berhasil menyusul Aluna. Gadis itu terlihat ngos-ngosan membuat Luna tak enak hati.

"Gimana gak lari kalau tuh bocah tengil berulah"

"Pfft"

Salsa menahan tawanya setelah mendengar ucapan Luna, ia seketika teringat penyebab gadis itu berlari bagaikan dikejar anjing. Beberapa menit yang lalu mereka masih asik makan di kantin, bercanda gurau bersama dengan Nesta. Sebelum akhirnya Haikal dan teman-temannya itu datang dan membuat Aluna sedikit gugup, bagaimana tidak jika lelaki pemilik nama lengkap Haikal Mahardika itu menatapnya dengan begitu terang-terangan, membuat yang ditatap risih sendiri lalu memberikan tatapan tajam pada lelaki itu.

Nesta? Jangan ditanyakan lagi, lelaki itu hanya bisa menghela nafas berat, ia pasrah saat tahu Aluna dan Haikal benar-benar berpacaran ia tak akan menganggu keduanya, namun Nesta pun kesal sendiri dengan tingkah laku Haikal.

"Lo ngelihatin dia kayak mau nerkam dia tahu gak, kesel sendiri gue," tungkas Nesta membuat Haikal tersenyum tanpa dosa.

"Kalau bisa gue unboxing," jawab Haikal dengan nada bercanda.

"Haikal! Kalau ngomong dijaga! itu bisa masuk pelecahan loh," bentak Luna, ia tak terima dengan ucapan lelaki itu yang menurutnya sedikit kurang ajar.

Melihat wajah Luna yang memerah karena malu bercampur marah, dengan cepat Haikal menyatukan kedua tangannya dengan memasang puppy eyes jurus terampuh untuk membuat hati gadis itu luluh. Namun tetap saja Luna bergeming, ia enggan untuk menatap lelaki itu, hal yang membuat Haikal mendapatkan seruan dari teman-temannya.

"Kenapa sih? PMS?" tanya Haikal yang kini sudah duduk di samping Luna, jangan lupakan tatapan Haikal yang berubah begitupun dengan nada suaranya. "Atau—"

"Atau apa?" potong Luna yang spontan berbalik ke arah Haikal, dan ia merutuki hal itu. Sebab ia harus menahan nafas dengan mata yang membulat kala melihat wajah lelaki itu begitu dekat, hingga ia bisa merasakan deru nafas Haikal.

"Weh, lo berdua jangan mesum di sekolah," sahut Mel sembari menjauhkan wajah Haikal dari Luna, sesaat gadis itu melihat smirk yang terlukis di wajah Haikal membuat degupan jantung Aluan berdetak dua kali lebih cepat.

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang