15

781 89 0
                                    

Olivia memberikan beberapa tas berisi bahan makanan yang akan mereka gunakan selama di panti asuhan nanti pada Salsa, seperti kata Olivia semalam jika mereka akan mengunjungi panti asuhan yang sering dikunjungi wanita itu. Kali ini ia tidak datang bersama teman-teman sosialitanya, melainkan ia datang bersama anak-anak muda yang tenaganya cukup mampu untuk menjadi sukarelawan selama sehari.

Radika sibuk membantu Regam menyusun barang-barang yang akan mereka bawa ke panti, ada buku pelajaran, buku gambar, dan beberapa alat tulis lainnya. Sedangkan Haikal tengah membantu Mel membawa box besar berisi sayuran dan beberapa daging. Semuanya terlihat sibuk dengan aktivitas mereka pada pagi itu, hingga setelah bekerja sama dengan baik, semua pekerjaan mereka selesai dan kini tinggal berangkat menuju panti asuhan.

Helaan nafas Luna lolos kala ia harus satu mobil dengan Haikal, sesekali ia menatap lelaki yang duduk di sampingnya itu dengan kesal, ingin sekali ia berada satu mobil dengan Mel saja, namun niatnya harus ia urungkan setelah melihat Gwenlie berada di mobil itu. Oh ayolah, jika Luna di suruh memilih untuk satu mobil antara Haikal dan Gwenlie, maka dengan terpaksa ia pun memilih Haikal, setidaknya bersama lelaki itu ia bisa mengeluarkan emosinya dibanding duduk diam dengan perasaan canggung selama perjalanan bersama Gwenlie.

"Wah, aku masih takjub dengan nenek yang masih terlihat muda di usia yang sudah tidak muda lagi," sahut Regam membuat Olivia yang duduk di depan hanya bisa tertawa kecil menanggapi ucapan Regam.

"Nenek tidak pernah marah, ia hanya terus tersenyum itu kunci utamanya hingga nenek bisa awet muda seperti sekarang," lanjut Salsa yang lagi membuat mereka tertawa.

"Gue mencium aroma-aroma penjilat," ucap Radika sarkas yang dengan cepat mendapatkan pukulan kecil dari Salsa.

"Mata lo yang penjilat," balas Salsa sewot.

Olivia tak berhenti tersenyum atapun tertawa melihat tingkah laku anak muda itu, semuanya membuat suasana di dalam mobil terasa menyenangkan, hingga sesekali ia melirik ke arah kaca spion tengah dan mendapati Aluna memasang ekspresi kesalnya yang sesekali melihat Haikal seakan ingin memakan lelaki itu hidup-hidup.

"Oh ia Haikal, kamu kenal Luna dari mana? kok nenek gak tahu kalian pacaran," tanya Olivia yang sukses membuat Aluna menatapnya dengan tatapan tak percaya.

Mendengar itu Haikal tersenyum kemenangan sembari menahan lengan Luna untuk tidak melakukan gerakan tambahan di dalam mobil, "Udah lama nek, kenalnya dari Dika," dengan senyum manisnya Haikal menjawab, membuat Luna menatapnya dengan kesal.

"Mata lo sama Kak Dika, gila lo yah," ucap Luna dengan pelan, takut jika kedengaran oleh sang nenek.

"Lah emang gue kenal lo dari Dika, kenapa sih sewot amat," balas Haikal dengan ekspresi kesalnya.

"Tapi kita kan gak pacaran, bukannya lo yang bilang kalau di depan banyak orang gue pacar lo, nah kan kita lagi gak di sekolah, berarti gue bukan pacar lo"

"Lo lupa, gue bilang apa kemarin?"

Luna terdiam dengan tatapan yang terpaku pada iris Haikal, sesaat ia kembali mengingat bagaimana nada suara Haikal saat berucap serta ekspresi lelaki itu, dan sial karena mengingat itu degupan jantungnya seketika berdetak lebih cepat, membuatnya sedikit terlihat gugup.

Oh ayolah hati, bukannya gue udah bilang kita diskusi dulu? Lo kenapa sih selalu gak karuan gini kalau natap Haikal lama-lama? Lo suka? Bukannya lo benci? C'mon Aluna Maisie, punya hati kok lembek amat kayak kerupuk ke rendam air. Dewi bati Luna berucap di dalam sana, sedangkan Luna hanya mencoba untuk melepaskan kontak matanya dengan Haikal.

"Wah, lo berdua beneran cocok," sahut Radika yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Luna.

"Udah gak usah gangguin adek kamu, fokus aja nyetirnya," Olivia dengan cepat menengahi keduanya, ia tak mau perjalanan itu di penuhi dengan adu mulut mereka berdua.

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang