36

341 55 29
                                    

Helaan nafas terus saja lolos dari bibir merah berisi milik Haikal, lelaki itu terus saja melakukan hal yang sama berulang kali seakan mencoba untuk menenangkan diri, matanya yang terpejam dengan lengan kanan yang menutupi, mencoba untuk terlelap. Hatinya bingung setelah Luna pergi ke Bali beberapa hari ini ia merindukan sosok itu namun selalu saja kerinduannya akan berakhir hanya dengan melihat Winda.

Ini salah, sebab Haikal sadar ia tak pernah menaruh hati pada gadis itu. Tak pernah sekalipun, ia tahu Winda menyukainya sejak dulu, ia tahu jika terkadang Winda mencari kesempatan agar bisa mendekatinya, namun ia masa bodo akan itu, tapi sekarang?

Dirinya bahkan dengan begitu santai menerima Winda masuk ke dalam kehidupannya, Haikal pernah berpikir ia akan cukup dengan satu hati, tapi kenapa jiwa kebangsatannya itu selalu saja bangun disaat-saat Haikal ingin setia. Benar-benar setia kali ini.

Ingin sekali Haikal menceritakan hal ini pada Luna, namun ia tahu reaksi gadis itu tak akan sesuai ekspektasi, ucapan dan tangisan gadis itu kembali terlintas dibenak Haikal.

Kalau lo bosan bilang yah, biar gue bisa nyesuain diri, kalau lo udah lelah juga bilang, jangan menghindar atau mencoba menjauh, hmmm? Karena gue pengen banget jadiin lo yang pertama dan terakhir, tapi gue butuh persetujuan dari lonya juga.

"Gue pengen setia Lun, tapi kenapa gue selalu aja luluh hanya dengan ngelihat Winda, gue harus gimana?" Gumam Haikal seakan mencoba untuk bercerita pada keheningan.

Sebelum akhirnya kamarnya terbuka, memperlihatkan Gwenlie yang berdiri sembari bertolak pinggang, menatap sang adik dengan sedikit datar, ia tahu jika Haikal kali ini benar-benar berubah, walaupun tetap saja sifat jeleknya itu masih belum terlepas.

Apa bagusnya mencintai dua orang secara bersamaan? Bukankah itu mustahil? Bukankah mencintai dua orang secara bersamaan sama halnya dengan sebuah lelucon? Salah satu dari mereka pasti akan ada yang tersakiti, jadi apa bagusnya hal itu?

Langkah yang pelan itu membuat iris Haikal sedikit mengintip dari balik lengannya. Sebelum akhirnya ia menguatkan hati jika saja sang kakak akan memberikan wejangan padanya.

"Lo kenapa sih? Kakak gak pernah ngelihat lo yang sebimbang ini kal, kalau lo masih sayang sama Luna, yaudah tinggalin Winda," helaan nafas Haikal lolos, ia ingin melakukan hal itu tapi kenapa ada satu sisi yang enggan untuk melakukan hal tersebut.

"Mau sampai kapan lo seperti ini?" Tanya Gwenlie kali ini ia duduk di samping Haikal tak lupa mengusap rambut lelaki itu dengan lembut.

"See, setelah lo mutusin untuk bimbang dalam hubungan lo, dan ngizinin Winda masuk ke kehidupan lo semuanya berubah. Persahabatan lo sama Mel gak seperti dulu lagi, semuanya hancur. Kenapa lo gak bisa milih kali ini kal? Jelasin ke kakak alasan kenapa lo masih pertahanin Winda?"

Pertanyaan Gwenlie yang kedua kalinya berhasil membuat Haikal berpikir sejenak, sebelum ia mengingat hari pertama setelah ia bertemu dengan Winda sampai ia memutuskan untuk terus menemui gadis itu secara diam-diam. Semuanya bermula dari Winda yang menceritakan jika ia adalah korban dalam hubungan yang toxic mantan kekasihnya selalu saja memukulinya bahkan pernah sekali membuat Winda melakukan percobaan bunuh diri, dan bekas luka di tangan gadis itu selalu membuat Haikal kasihan padanya.

Ada apa dengan Haikal, kenapa ia menjadi lemah seperti itu? Hingga tanpa ia sadari dirinya selalu mengiyakan ajakan Winda ataupun melayani pesan dari gadis itu tentu saja tanpa sepengetahuan Luna.

"Gak tau kenapa kak, setelah tahu kalau dia pernah berada di sebuah hubungan yang gak sehat, gue secara gak sadar bayangin kalau kakak atau Hana yang ada dalam hubungan itu, dan karena itu gue selalu gak bisa nolak dia," jelas Haikal dengan pelan.

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang