Luna dan Radika berangkat ke sekolah bersama tanpa ada pembicaraan antara mereka, selama di perjalanan keduanya hanya terdiam dengan pemikiran masing-masing. Hingga tepat sampai di parkiran sekolah, Luna harus menjadi orang lain kala Haikal dan Nesta secara bersamaan sampai dengan waktu yang sama dengan dirinya.
Harus sepagi ini kah?. Batin Luna sebelum ia melepas helm dan memberikannya pada Radika. Sesaat ia sempat memperbaki rambutnya yang sedikit berantakan, dan sesekali mencuri pandang pada Haikal yang juga melakukan hal yang sama dengannya, lelaki itu sibuk memperbaki rambutnya tanpa melirik ke arah Luna.
Sesaat mata Luna melirik ke arah tangan kiri Haikal yang sudah tidak terbalut gips lagi namun masih terbungkus perban, ada rasa bersalah yang membuat Luna semakin tak enak jika melihat lelaki itu, apakah rasa bencinya bisa berdampak buruk pada orang lain? itulah yang ada dalam fikiran Luna saat ini.
"Ingat, kakak gak suka kamu de—"
"Nesta cuman punya Luna di sini," potong Luna sebelum ia berbalik dan melangkah meninggalkan Radika dan Haikal, ia berlari kecil untuk mengejar langkah Nesta dan mulai berjalan mundur saat bersampingan dengan lelaki itu.
"Morning," sapa Luna dengan senyuman hangatnya.
Tersenyum, "Nangis semalaman nih ceritanya?"
"Bertengkar sedikit sama Kak Dika, oh ia karena kemarin gue lagi gak dalam mood yang bagus gimana kalau—"
"Gue ada rencana ngajakin lo jalan"
Luna tersenyum menggoda, sebelum ia melihat ke arah Haikal sesaat. Dan kembali melihat Nesta dengan tatapan yang serius. Langkah Luna terhenti begitupun dengan Nesta yang merasakan perubahan ekspresi gadis itu.
"Maaf tapi gue harus bermain peran saat di lingkungan sekolah," ucap Luna lirih yang hanya di dengar Nesta, sebelum Luna tersenyum manis dan berlari menuju Haikal. Tak lupa ia menggandeng tangan lelaki itu dengan manja.
"Pagi pacarnya aku," dengan nada suara yang manis, Luna berucap membuat beberapa pasang mata melihat ke arah mereka dengan sedikit terkejut. "Hari ini jangan ngambek lagi yah, cukup aja kemarin sebagai permintaan maaf, gimana kalau malam ini kita nge-date, kamu kan suka main game aku janji akan main game bareng kamu sesuai permintaan kamu, kita nge-date yang anti mainstream aja," lanjut Luna dengan akting yang begitu mulus, bahkan Glen dan Mel yang baru saja datang terkejut akan kelakuannya di pagi hari.
"Wow, gue pikir lo berdua udah di ambang kata putus," suara itu membuat Luna melihat Viona dengan tatapan tak suka.
"Gue lupa ngenalin diri gue yah," Nesta datang dan merangkul Luna dengan senyuman hangat pada Haikal dan yang lain. "Nestana Auspitz, sahabat cowok Luna selama di Bali, emang sahabat gak harus seintim yang kemarin, tapi gimana yah kalau lo semua ngelihat persahabatan kita mungkin akan mengerti, soalnya gue gak seperti ini sama Luna doang, jadi kemarin pure kesalahpahaman."
Luna melihat Nesta dengan senyuman senang, pasalnya ia tak menyangka jika Nesta akan ikut dalam akting gilanya itu. Sesaat terdengar beberapa bisikan yang mulai merasa malu karena telah salah paham akan hubungan Luna dan Nesta.
"Jadi kemarin karena gue terlalu senang ngelihat sahabat gue jadi yah gue gak bisa ngontrol diri gue sendiri, dan berakhir dengan pertengkaran hebat yang membuat mood gue hancur seharian," sahut Luna yang diangguki Nesta, mereka tersenyum dan mencoba untuk menahan tawa.
Haikal menatap Luna dengan tatapan yang tak bisa diartikan, bahkan tak segan menarik tangan gadis itu untuk melanjutkan langkah mereka ke kelas, meninggalkan sekelompok orang yang mulai berkumpul karena kelakuan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsAuthor: DYALOVAA Aluna Maisie seorang gadis yang baru saja menginjakkan kakinya di Jakarta, harus dikejutkan dengan rumor yang beredar jika dirinya adalah kekasih dari seorang lelaki bernama Haikal Mahardika. Sosok yang bahkan tak pernah ia temui, t...