Hi, guys Dya kembali lagi :) maaf akhir-akhir ini jarang up, soalnya lagi sibuk ngurusin dunia realita yang uwah sekali, tapi sekarang Aluna akan update tiap hari seperti biasanya :) terima kasih yang udah setia nungguin cerita ini :) <3
~~
"Ia, Luna makan dengan baik, terus nenek juga baik, kirain papa sama mama lupa kalau punya anak gadis di sini," sembari menutup pintu kamarnya, Luna berucap dengan nada sarkas, membuat ayahnya yang berada di seberang telfon tertawa karena ucapannya itu.
Dengan begitu hati-hati ia meraih helm yang tertera di lemari yang berada di antara kamarnya dan Dika, sesekali ia mengetuk pintu kamar sang kakak sepupu, memastikan jika lelaki itu sudah bangun, sebab waktu sudah menunjukkan hampir pukul 7 pagi.
"Papa sama mama, lagi kerja sambil bulan madu juga, kamu mau adek kan?"
Luna tertawa karena ucapan ayahnya, ia bahkan merasa geli mendengar kata bulan madu yang dilontarkan. Ahhh, tapi Luna tak mengapit jika ia menginginkan seorang adik, bukankah Olivia pernah mengatakan jika gadis itu merasa kesepian karena menjadi anak tunggal.
"Maulah, siapa yang gak mau adek, ya udah yang penting mama sama papa jaga kesehatan, pekerjaan emang penting tapi kesehatan nomor satu, terus papa bilang besok berangkat ke Manhattan kan? Aaa, sepertinya enam bulan akan sangat lama, tapi tenang Luna punya nenek di sini," ucap Luna sembari duduk di meja makan yang sudah tersedia berbagai macam menu, tak lupa ia juga melihat ke arah Olivia yang baru saja keluar dari dapur dengan segelas susu.
"Ya uda pa, Luna mau siap-siap ke sekolah dulu, bye salam sama mama and luv yah," lanjut Luna tak lupa ia memberikan ciuman jarak jauh untuk sang ayah. Tepat setelah Ayah Luna memutuskan sambungan telfon saat itu juga Luna memberikan senyuman manis untuk sang nenek.
"Papa kamu?"
Aluna hanya mengangguk sambil mengambil sepotong roti dan selai, ia butuh asupan energi sebelum memulai hari yang Luna tahu mungkin tak akan mudah, bisa saja sesuatu tiba-tiba terjadi padanya, jadi dari itu Luna tak pernah melewati agenda sarapan.
"Pagii," sapa Dika tak lupa mencium pipi Olivia, kemudian memukul kepala Luna pelan, membuat gadis itu memberikan lototan tajam.
"Kakak ih, bukannya di sayang malah dipukul, durhaka tau," sahut Luna sembari memasukkan roti ke dalam mulutnya, sedangkan Dika menghiraukan ucapan Luna dengan memberikannya ekspresi tak perduli yang semakin membuat Luna kesal.
"Udah, kalian cepat habiskan sarapannya ntar lagi gerbang sekolah mungkin di tutup," Olivia segera melerai kedua cucunya itu, yang mana dibalas dengan anggukan yang membuat Olivia gemas sendiri, bagaimana bisa ia memiliki dua cucu yang begitu menggemaskan.
Luna segera keluar dari rumah setelah ia berpamitan pada sang nenek, ia sengaja lebih dulu dengan maksud untuk menunggu Radika yang tengah memanaskan motor, ia pun membuka gerbang agar sang kakak sepupu tak perlu repot-repot melakukan itu. Dengan helm yang masih ia pegang, ia mengambil ponselnya yang bergetar dan membaca nama sang mama tertera di layar ponselnya.
"Pasti mama gak mau kalah sama papa, karena habis ngomong sama aku tadi," gumam Luna dengan senyum manisnya, "Haloo maa, miss me?" lanjut Luna yang diikuti gelat tawa pada akhir ucapannya.
"Bagaimana bisa kamu hanya ngomong sama papa? Mama kan juga rindu," protes sang mama yang lagi membuat Luna tertawa.
Saat gadis itu masih sibuk bercerita dengan sang mama ia tak menyadari Haikal yang berhenti di depannya, saking fokusnya Luna ia berpikir itu adalah Dika. Dia dengan penurutnya menyerahkan helm saat Haikal mencoba untuk meraih itu, dan memakaikannya ke kepala Luna. Setelah itu ia menepuk jok motor bagian belakang, yang mana segera di turuti Luna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna [COMPLETED]
Teen FictionAuthor: DYALOVAA Aluna Maisie seorang gadis yang baru saja menginjakkan kakinya di Jakarta, harus dikejutkan dengan rumor yang beredar jika dirinya adalah kekasih dari seorang lelaki bernama Haikal Mahardika. Sosok yang bahkan tak pernah ia temui, t...