"Luna baru pulang, habis dari mana sayang?" Sapa Olivia kala retinanya menangkap Luna yang baru saja masuk ke rumah.
Sesaat Luna melihat ke arah sang nenek, kemudian berlari untuk memeluk wanita tersebut dengan senyuman bahagia, Dika yang duduk di samping sang nenek pun hanya memberikan tatapan jijik pada sang adik sepupu, menurutnya Luna terlalu berlebihan.
Memeluk Olivia dengan manja, "Habis nge-date sama Sheina dan Salsa," ucap Luna yang setelahnya mencium pipi Olivia sekilas.
"Pasti ada maunya ini," serempak Olivia dan Dika, yang mendapatkan senyuman penuh makna dari Luna.
"Bilang kamu mau apa lagi kali ini?" Dengan sigap Luna memperbaiki posisinya, tanpa melepaskan pelukan sang nenek yang sudah berhasil membuat Luna nyaman.
"Jadi Sheina kan udah pindah ke Jakarta, boleh lah sekali-kali Luna nginap di kos-an dia, yah?"
Radika menjitak kepala Luna yang dihadiahi tatapan tajam dari gadis itu, sedangkan Olivia tersenyum ramah sembari mengusap rambut gadis itu dengan anggukan yang ia berikan sebagai bentuk jawaban.
"Makasih neneknya Luna yang cantik," sahut Luna yang kembali mencium pipi sang nenek, yang kemudian aksinya itu membuat Dika memisahkan dirinya dengan sang nenek.
Tidak, bukannya Dika cemburu, ia hanya merasa risih melihat gadis itu terus saja mengambil hati sang nenek. Jika Luna terus melakukan hal tersebut Dika tak yakin bisa biasa saja, pasalnya ia ingin sekali menjitak kepala gadis itu yang sok manja di depan matanya.
Hingga iris Dika menangkap Winda yang turun dari lantai dua, dengan cepat lelaki itu memberi kode dengan matanya pada Luna agar gadis itu berhenti bertingkah, yang tumben sekali cepat ditangkap oleh Luna. Buktinya kini ia melepaskan pelukannya dan menatap Winda dengan senyuman ramah.
"Gue lupa kalau hari ini lo pindah," ucap Luna.
"Sini dek," panggil Dika sembari menepuk tempat kosong di sampingnya itu.
"Gak apa, kan sekarang lo udah tau," sahut Winda yang kemudian memeluk lengan Dika dan bersandar di pundak lelaki itu.
Sesaat ada rasa iri di hati Luna, ia tahu jika Winda berhak bermanja dengan lelaki itu sebab, Dika adalah kakak sepupunya sama dengan Luna. Namun, karena Luna sudah menganggap lelaki itu seperti saudara kandung sendiri, ia menjadi sedikit tidak suka melihat orang lain bermanja-manja pada Dika.
"Dek, woy, ko ngelamun," sambar Dika yang sontak membuat Luna memberikan ekspresi kesalnya, tak lupa ia juga menatap lelaki itu tajam.
"Udah makan malam?" Olivia bertanya pada Luna, yang mana segera diangguki gadis itu.
"Udah tadi bareng Sheina sama Salsa, oh ia aku ke atas dulu yah, mau istirahat. Capek banget seharian main sama tuh dua bocah," jelas Luna dengan wajah yang terlihat lelah.
Setelah mendapatkan anggukan dari ketiga manusia di depannya, Luna segera beranjak menuju kamarnya. Dan Dika mengajak Winda untuk ikut nongkrong bersama teman-temannya.
"Nek, aku keluar dulu yah bareng Winda, mau ngumpul sama yang lainnya di kedai kompleks," Dika izin terlebih dahulu, bagaimana pun juga Olivia adalah yang dituakan di rumah ini.
"Jangan pulang kemalaman, ingat kamu bawa Winda"
Dika mengangguk menanggapi ucapan sang nenek, sebelum akhirnya ia berdiri dan menarik tangan adik sepupunya itu untuk keluar. Sedangkan kini di lantai atas, Luna menghempaskan tubuhnya ke ranjang, berniat untuk terlelap barang beberapa menit sebelum ia beranjak untuk mandi, namun kebablasan karena ia benar-benar kelelahan.
***
Haikal berlari naik ke lantai dua setelah meminta izin pada Olivia untuk membangunkan Aluna, kali ini giliran gadis itu yang kesiangan, membuat Haikal geleng-geleng kepala, beruntung masih ada waktu untuk membangunkan Luna walaupun sangat mepet, namun setidaknya gadis itu harus bangun terlebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna [COMPLETED]
Ficção AdolescenteAuthor: DYALOVAA Aluna Maisie seorang gadis yang baru saja menginjakkan kakinya di Jakarta, harus dikejutkan dengan rumor yang beredar jika dirinya adalah kekasih dari seorang lelaki bernama Haikal Mahardika. Sosok yang bahkan tak pernah ia temui, t...