4

1.6K 167 0
                                    

Nesta: Jadi? Gimana hari pertama lo sekolah?

Pesan Nesta yang sudah dikirim enam jam yang lalu, baru dibaca Luna saat ia sampai di rumah. Tubuhnya ia hempaskan ke atas ranjang tanpa berniat untuk mengganti seragamnya terlebih dulu. Jari-jarinya dengan begitu lihai mengetik balasan pesan untuk Nesta, berharap lelaki itu menjadi moodboster nya saat ini, setelah seharian kesabarannya diuji dengan terus mempertemukannya bersama Haikal.

Luna: B aja, gimana hari lo?

Tak menunggu waktu lama untuk mendapatkan balasan dari Nesta, membuat Luna sedikit tersenyum setelah hampir setengah hari ia memasang ekspresi datarnya.

Nesta : B aja, gue kan udah bilang hari gue itu biasa aja tanpa adanya elo.

Luna : Ciee yang ngegombal.

Nesta : Bukan gombal, tapi itu fakta honey.

"Argghhh!" runtuh sudah pertahanan Luna, sedari tadi ia menahan teriakkannya, dan kali ini ia sukses mengeluarkannya sembari menendang udara saat membaca kata Nesta yang terakhir. Sontak degupan jantung Luna berdetak diatas normal hanya karena satu kata.

"Gue harus apa sekarang Nes? Kalau gue udah gak bisa bohong lagi, gue suka sama lo, ohh damn it," ucap Luna sembari memeluk guling dengan begitu eratnya. Hingga ia kembali fokus pada ponselnya saat chat Nesta kembali memenuhi notifikasinya.

Nesta : Kenapa gak bales?

Nesta : Lo pasti lagi senyam-senyum kayak orang gila nih.

Nesta : Gue udah ngomong honey loh, balasannya mana?

Nesta: Gue nungguin btw.

"Damn it, seharian gue dibuat kesal sama tuh Haikal, tapi dengan gampangnya lo buat gue kembali melayang di udara hanya karena chat-an lo doang?" teriak Luna sembari memukul-mukul guling yang tadi ia peluk, melampiaskan kegemasannya pada benda mati itu.

Baru saja, Luna akan membalas pesan Nesta. Olivia sudah lebih dulu berdiri didepan pintu kamarnya dengan senyuman manis. Membuat Luna tak tega untuk mendukan sang nenek dengan Nesta. Mau tak mau ia menyimpan ponselnya dan tersenyum hangat kearah Olivia.

"Kenapa sih, cucuk nenek yang satu ini bahagia sekali?" tanya Olivia setelah ia berhasil duduk di samping Luna yang saat ini tengah duduk bersilah sembari menaruh bantal di atas pahanya itu.

"Gak ada kok nek," jawab Luna sembari tersenyum, yang dibalas tatapan tak percaya dari Olivia.

"Seriusan?" Luna mengangguk walaupun senyuman bahagia tak bisa ia sembunyikan dari wajah cantiknya itu. "Memang yah, kalau lagi kasmaran," lanjut Olivia membuat Luna tersenyum senang dan memeluk Olivia dengan begitu manjanya.

"Kelihatan banget yah nek?" Olivia mengangguk menanggapi pertanyaan Luna. Tangannya dengan sayang, mengelus rambut Luna membuat gadis itu nyaman berlama-lama dalam pelukan sang nenek.

"Banget malah sayang, nenek jadi ikutan senang. Nenek setuju kok kalau kalian sama-sama," sahut Olivia membuat Luna melepaskan pelukannya dan menatap Olivia dengan begitu senangnya.

"Seriusan nek?" tanya Luna dengan senyuman yang semakin melebar sebelum kembali memelik Olivia setelah mendapatkan anggukan sebagai balasan pertanyaannya itu.

"Dia anaknya baik, walaupun di luar itu kelihatan nakal, tapi dia respect sama yang lebih tua. Ucapannya memang selalu ngasal, tapi itu salah satu cara dia untuk menghibur orang lain, anaknya juga humble walaupun dia orang berada, tapi masih mau bergaul sama anak-anak yang kurang mampu.

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang