26

532 67 4
                                    

Luna terus saja bergelantungan dilengan Shiena, seakan anak monyet yang takut jika induknya hilang. Setelah mengecek ruangan yang akan mereka gunakan saat ujian besok, Sheina memutuskan untuk mengajak Luna berkeliling fakultas yang tanpa sengaja pula merupakan fakultas mereka nantinya, jika rejeki berpihak pada keduanya. Luna yang dulu berpikir harus masuk ke fakultas ekonomi pun mengurung kan niat, ketika ia merasa tak memiliki minat pada jurusan itu, dan berakhir mengambil komunikasi sebagai pilihannya.

Secara kebetulan pula Nesta lolos seleksei negeri dijurusan tersebut bersama dengan Salsa, membuat Luna awalnya iri sebab keduanya lolos begitu saja. Namun melihat bagaimana kapasitas otak Salsa dan Nesta, Luna pun sadar kalau keduanya pantas untuk lolos seleksi negeri.

"Lo gak ada niatan ngelepasin tangan gue gitu?" gerutu Sheina dengan nada sinis, yang mana dibalas gelenggan dari Luna.

"Nyaman aja kalau jalan harus ngandeng sesuatu, yaudah pegangan tangan aja kalau gitu," Luna berucap kemudian ia pun beralih memegang tangan Sheina, gadis itu ingin marah, namu ia tahu betul bagaimana Luna.

Jika jalan berdua, gadis itu harus menggandeng ataupun memegang tangan teman jalannya, kalau jalan sendiri tali sling bagnya lah yang akan menjadi korban. Luna sedikit tidak percaya diri jika harus jalan sendirian, dan itu menjadi PR Sheina untuk kembali membangun rasa percaya diri seorang Aluna Maisie.

"Gue dengar dari Nesta lo sempat pengen ke ekonomi," Sheina memulai percakapan serius, yang hanya dibalas anggukan dari Luna.

"Awalnya gue mikir harus masuk ekonomi karena Haikal sama anak-anak kompleks lainnya ke ekonomi, hanya setelah mendekati ujian nasional, gue baru sadar otak gue maruk masalah hitung menghitung, jadi gue banting stir deh ke komunikasi, jurusan idaman gue dari SMP"

Menjitak kepala Luna, "Pakai gaya mau ngikutin pacar segala," cibir Sheina, Luna hanya bisa cengengesan sebelum langkah mereka terhenti saat bertemu dengan Winda—adik sepupu Radika—yang juga jalan bersama temannya.

"Eh, lo tahukan kakak sepupu gue Kak Dika? Ini adik sepupunya dari pihak mama, kenalin dia Winda," Luna memperkenalkan Sheina pada Winda yang mana gadis bersurai hitam sebatas pinggangnya itu tersenyum ramah pada Sheina.

"Sheina," sapa Sheina dengan senyum manis.

"Winda, dan kenalin ini teman gue Intan," balas Winda, membuat Sheina dan Luna berdecak kagum, bagaimana tidak gadis itu benar-benar menunjukkan keanggunan seorang gadis. Bagaimana bisa seseorang terlihat begitu elegan hanya dengan tersenyum?.

"Mau kemana?" tanya Winda lagi, mencoba untuk memperpanjang percakapan mereka.

"Gak kemana-mana, lagi keliling sambil nunggu jemputan aja," Luna menyisihkan rambut ke samping dengan senyum ramah, tak tahu jika beberapa lelaki yang melihat aksinya itu berdecak kagum.

"Eh sorry kalau gue lancang, lo yang tadi pacaran di parkiran kan?"

Ugh, Luna serasa dilempari batu besar setelah pertanyaan Intan menghantamnya, ia tak tahu jika berapa banyak pasang mata yang melihat skinship-nya dengan Haikal beberapa jam yang lalu. Winda yang sepertinya tak tahu menahu tentang gosip itu pun menatap Luna dan Intan secara bergantian dengan ekspresi penuh tanya.

Bukannya menjawab Luna hanya memberikan senyuman canggungnya, tak lupa ia juga memegang tangan Sheina kuat, memberi kode pada gadis itu untuk mengakhiri pertemuan singkat itu.

"Oh ia Lun, gue cuman mau bilang habis ini gue pindah ke rumah nenek, mau ngasih tahu lo biar gak kaget ntar," Luna menatap Winda dengan sedikit kebingungan, ia memang pernah mendengar jika adik sepupu Radika akan tinggal di rumah sang nenek, tapi ia tidak tahu jika itu hari ini.

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang