Irnesia, Arnesia
Haikal hanya menatap malas pada ponselnya yang belum juga menunjukkan notifikasi pesan dari orang yang ia tunggu, Nesta yang duduk di depan lelaki itu pun hanya menatapnya tanpa minat sembari meminum capuccino miliknya. Helaan napas membuat atensi Nesta teralihkan pada Radika yang melihat ke arah jam tangan miliknya dengan raut kesal, belum lagi suara batuk Mel membuat Nesta melihat ke arah lelaki itu, sebelum tatapannya bertemu dengan Regam yang mana hanya menatapnya datar.
Eish. Batin Nesta dengan raut kesal sebelum atensinya teralihkan pada Glen yang baru saja keluar dari toilet, keenam lelaki itu tengah duduk santai disebuah cafe yang pengunjungnya tak begitu ramai, denga jalanan kota sebagai pemandangan mereka, cuaca hari ini cukup baik sinar matahari masih malu-malu untuk menyinari kota dan memilih bersembunyi dari balik awan.
Suasan hening menjalar keenam lelaki itu, yang mana tengah menunggu para kelompok perempuan yang entah tengah melakukan apa hingga mereka bisa begitu lama. Hingga suara pintu berbunyi dan memperlihatkan seorang gadis—dengan tampilan casual, sebuah short denim yang di padu padankan dengan crop top putih serta blazer berwarna khaki, dan rambut pendek sebatas bahu dengan curtain bangs berwarna ash brown—memasuki cafe sembari menyibakkan rambut, hal yang sukses menarik atensi keenam lelaki yang hanya bisa terpaku sesaat.
"Gue gak tau Luna bakalan cocok dengan gaya seperti itu," ucap Glen yang serempak diangguki oleh kelima sahabatnya.
"Bukannya dari dulu dia emang selalu cocok dengan gaya berbusana apa pun?" sambung Haikal dengan senyuman manis.
"Dia kapan motong rambut? Gila rambut panjang dia cocok, saat pendek pun dia terlihat dewasa," celetuk Mel yang kembali diangguki lainnya.
Sebelum mereka serempak menghela napas lega saat melihat Luna tak datang sendirian, dengan cepat gadis itu menghampiri mereka dengan senyum yang terlukis di wajahnya. Ayolah hari ini perdana mereka kembali bertemu setelah enam bulan yang lalu saat Luna pulang ke Indonesia dalam rangka pernikahan Regam dan Salsa.
"Gimana kuliah lo?" tanya Radika saat Luna memutuskan untuk duduk di samping Nesta.
"Jangan tanyakan bagaimana kuliahnya? Tanyakan bagaimana keadaan kamarnya setelah memasuki semester akhir, terlihat seperti kapal pecah," sambung Salsa dengan nada kesal yang mana hal itu hanya dibalas cengiran oleh Luna.
"Semester akhir benar-benar membuat gue hampir stres, sedikit lagi malah, gue harus magang kan, harus nyusun skripsi juga dan lebih komplitnya gue juga harus kerja, berasa gue pengen ngebagi tubuh gue tau gak," adu Luna sembari mengambil minuman Radika.
"Jadi alasan lo semua terlambat?" tanya Haikal yang sontak para gadis saling melempar pandang.
"Aleta bisa jelasin kan?" ucap Luna yang melempar tanggung jawab pada gadis bersurai panjang, yang hanya menatapnya bingung.
Senyuman canggung seketika menghiasi wajah gadis itu, yang mana kemudian melirik Sheina, yang mana gadis itu memejamkan mata tak ingin mendapatkan tanggung jawab untuk menjelaskan keterlambatan mereka. Sesaat Aleta melihat ke arah para lelaki sebelum mengangguk sebentar.
"Jadi, tadi kan kita jemput Luna, nah ternyata dia baru bangun terus pas di jalan si bumil tiba-tiba pengen ngambil jalur memutar, eh sampai di taman dia lihat cogan kan, katanya ngidam jadi yah gitu, kita singgah sebentar untuk... hunting cogan," jelas Aleta dengan nada pelan diakhir ucapannya yang sukses membuar para lelaki tercengo dengan penjelasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna [COMPLETED]
Teen FictionAuthor: DYALOVAA Aluna Maisie seorang gadis yang baru saja menginjakkan kakinya di Jakarta, harus dikejutkan dengan rumor yang beredar jika dirinya adalah kekasih dari seorang lelaki bernama Haikal Mahardika. Sosok yang bahkan tak pernah ia temui, t...