Senyuman yang tadi terukir diwajah Luna, perlahan hilang saat matanya beradu dengan iris hitam kelam Haikal yang kini berdiri di depannya. Ekspresi lelaki itu cukup datar, membuat Luna risih dan tak lagi mendengarkan Nesta yang bercerita diseberang telfon. Tatapan beberapa murid kini tertuju ke arah mereka, seakan mereka merupakan topik yang hangat untuk dibahas.
Untuk beberapa saat keduanya hanya saling bertatapan, sebelum Haikal memberi kode agar Luna mengikutinya. Tentu saja Luna tak langsung mengiakan, ia hanya berdiri dengan tatapan tak suka, saat Haikal mulai berjalan terlebih dulu, yang ada ia memutar badannya untuk kembali duduk, tangannya pun bergerak untuk memutuskan sambungan telefon dan mengirim pesan pada Nesta.
"Gue sama dia nggak seakrab itu, sampai gue mau nurutin dia," Ucapnya setelah melihat Salsa yang menatap dirinya sebelum menatap Haikal.
"Lo ikut gue, atau gue buat keributan di sini?" suara itu berhasil membuat Luna membulatkan matanya. Sedangkan Salsa hanya menatap Aluna dengan senyum canggung, saat melihat Haikal yang berbisik tepat di telinga gadis itu.
Sontak Luna berdiri dan berbalik tak lupa memberika tatapan tak suka pada lelaki itu, yang mana hanya dibalas dengan senyuman tipis, sebelum Haikal beranjak untuk meninggalkan kantin, kali ini Luna mengikutinya. Sepanjang jalan, Luna hanya menghela nafasnya kesal, saat sekali lagi mereka berdua menjadi bahan tontonan. Bagaimana tidak Haikal berjalan seakan sekolah miliknya sendiri.
Hingga tatapan Luna menangkap sosok Viona yang berjalan ke arahnya, dengan cepat ia menyamai langkah Haikal, bahkan tangannya dengan lancang menggenggam tangan lelaki itu. Jangan lupakan tatapan dingin dan senyum sinisnya yang ia perlihatkan untuk Viona. Tentu saja tingkah Luna membuat Haikal terkejut, namun ia dengan cepat menyesuaikan diri. Kala melihat Viona di depan, ia tahu jika Luna hanya ingin memanas-manasi gadis itu dan Haikal semakin mengeratkan genggamannya pada Luna.
Dengan begitu berani, Luna melewati Viona dengan tatapan mengejek, bahkan menatap kakak kelasnya itu dengan sedikit menantang.***
Haikal menatap Luna dengan seksama, menunggu gadis itu menatapnya. Dari mereka sampai di gedung olahraga, Luna tak sekalipun melihat ke arahnya. Gadis itu benar-benar tak ingin menatapnya barang seditik pun. Membuatnya tersenyum, ia kemudian melangkah mendekati Luna yang membuat gadis itu juga melangkah untuk menjauhinya.
"Tadi aja di depan Viona, lo megang tangan gue erat banget," Haikal berucap dengan nada sarkas.
"Yah, karena gue hanya ingin ngebuat tuh kakel kesal, nggak ada maksud lain," Luna membela dirinya, saat merasa Haikal berucap hanya untuk memojokkannya.
Tersenyum, "Maaf karena kejahilan gue, lo jadi dapat banyak masalah," Luna melihat ke arah Haikal, ia hanya merasa jika hari ini lelaki itu terlihat aneh di matanya. Iris mereka bertemu, dan untuk kali ini Luna tak berencana untuk melepaskan tatapannya. Ia melihat Haikal dengan bingung, yang mana hanya dibalas senyuman manis.
"Baguslah lo sadar diri," dengan ketus, Luna berucap.
"Jadi lo maafin gue?"
"Nggak semudah itu, lo tahu nggak seberapa bencinya gue sama elo? Gue nggak pernah benci ke orang sebesar ini, tahu nggak?" Nada Luna naik satu oktaf, bahkan ia menatap Haikal dengan tatapan tak suka.
"Gue mana tahu"
"Yah lo mana tahu, kalau yang ada dalam kepala lo itu hanya rencana untuk buat gue kesal bahkan mungkin ngerencanain apa lagi yang bisa lo lakuin ke gue. Jujur yah, gue tuh sempat tanya sama diri gue sendiri, gue salah apa sama lo? Bahkan di hari pertama gue nginjakkin kaki disini, lo udah ngundang masalah untuk gue, lo sebenci itu sama gue? Senggak sukanya itu sama gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna [COMPLETED]
Teen FictionAuthor: DYALOVAA Aluna Maisie seorang gadis yang baru saja menginjakkan kakinya di Jakarta, harus dikejutkan dengan rumor yang beredar jika dirinya adalah kekasih dari seorang lelaki bernama Haikal Mahardika. Sosok yang bahkan tak pernah ia temui, t...