45

566 57 8
                                    

Olivia yang baru saja memasuki rumah sedikit penasaran sebab anak-anak muda yang biasanya membuat kegaduhan itu kini tengah duduk dalam diam sembari memakan beberapa cemilan. Tentu saja ini merupakan pemandangan yang langkah jika biasanya mereka akan membuat kegaduhan sekecil apa pun kini mereka benar-benar terdiam dengan pemikiran mereka masing-masing.

Hingga atensi Olivia teralihkan pada Luna yang baru saja turun dari lantai dua, senyuman hangat ia berikan kepada gadis itu sebelum irisnya mendapati Haikal yang juga baru turun dari lantai yang sama, ekspresi lelaki itu benar-benar tak terbaca dan Olivia yakin mungkin Luna dan Haikal telah menyelesaikan masalah mereka.

“Luna kira nenek akan sampai malam, hari ini rapatnya berlangsung cepat?” tanya Luna tanpa mengindahkan beberapa tatapan yang melihat ke arahnya penasaran.

“Nenek melupakan sesuatu, oh ia Dika ayo ikut nenek kita bicara bertiga,” sahut Olivia yang sontak membuat Luna melihat ke arah sang kakak sepupu.

Oh ayolah Luna baru saja menguras tenaga saat berbicara dengan Haikal dan kini mereka tidak membiarkannya bernafas? Luna hanya lelah jika harus mengeluarkan semua emosinya hari ini, ia lelah jika harus menangis saat berucap nanti. Namun melihat bagaimana ekspresi Olivia membuat Luna sadar menolak pun tak akan ada gunanya.

“Kalian tunggu sebentar yah, nenek mau ngomong sama mereka dulu,” lanjut Olivia yang hanya dibalas anggukan dan senyuman hangat dari teman-teman Radika dan Luna.

Dengan berat hati Luna mengikuti langkah sang nenek, yang kemudian disusul Radika. Tepat setelah itu Haikal duduk di sofa sembari menghela nafas berat hal yang sukses menarik atensi yang lainnya. Sejenak ia menatap langit-langit dengan sebisa mungkin menahan agar air matanya tak tumpah, ia masih memikirkan ucapan Luna dan ekspresi gadis itu.

Sesaat ia memejamkan mata sebelum ia kembali menghela napas dan kali ini ia mengacak rambutnya frustasi sebelum ia menatap Nesta dengan sendu. Ok tatapan dan ekspresi Haikal sudah mengatakan semua apa yang terjadi antara dirinya dan Luna di atas, dan spontan mereka pun ikut menghela napas.

“Mungkin ini yang terbaik untuk lo berdua,” sahut Sheina yang mendapatkan anggukan pelan dari Salsa.

“Lo sih pake acara ada gerakan tambahan segala, sekarang lihat lo seakan ngulang kisah Glen, walaupun Glen putus bukan karena selingkuh sih,” celetuk Salsa yang tentu saja hal itu mendapatkan tatapan kesal dari Glen.

“Gue juga sih yang salah, bisa-bisanya gue berpikir mencintai dua orang secara bersamaan itu adalah hal yang biasa,” balas Haikal dengan senyuman kecutnya.

“Gak sih, mencintai dua orang itu wajar, yang gak wajar kalau lo berpikir bisa milikin dua hati secara bersamaan, cinta belum tentu ingin memiliki kan? tapi kalau ingin memiliki sudah pasti cinta,” sambung Regam yang kali ini diangguki oleh semua yang berada di ruangan itu.

“Padahal gue berharap lowongan yang gue kasih ke Luna tuh gak pernah kepakai, karena gue harap lo bisa ngebahagiain dia, tapi yah namanya manusia kan,” Haikal hanya menatap sendu ke arah lantai, ia menyimak apa yang diucapkan teman-temannya itu.

Sedangkan kini di dalam ruang kerja Olivia, Luna hanya bisa menatap lurus ke arah meja kerja sang nenek mencoba mengabaikan Radika yang duduk di sampingnya itu. Tak tahu jika Radika terus saja mencuri pandang ke arahnya sesekali lelaki itu menghela napas dalam diam, sebelum irisnya bertemu dengan sang nenek yang seakan mempersilahkan dirinya untuk berucap.

“Nenek juga gak suka kalau kalian yang tinggal dalam satu rumah memutuskan untuk tak saling tegur, bayangin gimana perasaan nenek ngeliat dua cucu kesayangan nenek harus menjadi asing satu sama lain,” sahut Olivia yang memecah keheningan.

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang