35

379 51 16
                                    

"Katanya kalau ada Kak Dika sama Glen gak perlu khawatir nah sekarang?" Gerutu Luna sembari berlari kecil masuk ke dalam bandara, yang mana jadwal keberangkatannya kurang lebih sepuluh menit lagi.

Haikal yang membawa koper gadis itu ikut berlari dengan raut khawatirnya, sebab ia tahu Luna sengaja mengambil penerbangan pagi karena ia juga akan menghadiri acara pertunangan teman SMA-nya, sesekali ia berdecak, bagaimana bisa Glen dan Radika yang dipercayai sebagai dua orang yang selalu bangun lebih awal jika ada rencana keesokan harinya itu juga kesiangan. 

Suara derap langkah kaki Aluna dan teman-temannya itu membuat beberapa atensi teralihkan pada mereka, belum lagi Salsa yang terus saja memukul lengan Glen sembari berlari kecil mengikuti Luna dan Haikal di depan sana. 

Gadis itu gemas sendiri pada Glen yang dengan songongnya berkata jika dirinya akan menjadi orang pertama yang membangunkan mereka, nyatanya? Mereka bahkan dibangunkan oleh Bik Nia. 

"Tiket tiket, mana tiket?" Tanya Luna pada Haikal dengan ekspresi panik, sedangkan yang ditanya hanya mengerutkan dahi kebingungan sembari meraba saku jaket dan celananya, mencari benda yang dimaksud sang kekasih.

"Lo taruh di mana?" Seketika Luna membuka sling bagnya kala mendengar jawaban Haikal yang lebih ke pertanyaan itu, matanya membulat ia menatap sang kekasih dengan panik, kemudian menatap Radika yang juga kini dibuat panik karena keduanya.

Tuk~ 

"Makanya jangan pada panik," cibir Mel sembari memukul kepala Luna dengan tiket gadis itu. 

Luna menghela nafas kala melihat kertas tersebut berada di tangan Mel, ia bersyukur tiket itu tak tertinggal di rumah, yang mana jika itu terjadi Luna tak tahu harus bagaimana. Beruntung jika jarak rumahnya dan bandara dekat, nah ini?. 

Tepat setelah mengecek kembali barang-barang yang dibutuhkan Luna, Haikal segera menangkup wajah sang kekasih dan menuntunnya untuk menghela nafas, mengatur detak jantungnya agar tak terlalu panik. Sebab tanpa Luna sadari, kepanikannya itu menyebar ke Haikal dan yang lainnya.

"Inhale, exhale, and breathe," sahut Haikal dengan lembut sembari menuntun Luna untuk melakukan hal yang ia maksud. 

"Jangan panik ah, kalau lo panik gak akan ada yang beres," lanjut Haikal, kali ini Luna mengangguk ia setuju dengan ucapan sang kekasih.

"Ini gak akan terjadi kalau Glen sama Dika gak kebo," sindir Salsa yang sesekali masih memukul pundak Glen dengan sedikit keras.

"Gue mulu yang lo pukul, tuh Dika juga, kan dia juga salah, bukan cuman gue doang," protes Glen sembari membalas pukulan Salsa, tentu saja Regam balik memukul lelaki itu. 

"Yaudah gue, mau check-in," sahut Luna sembari meraih koper yang dipegang Haikal.

Ada raut tak suka jika Luna harus pergi, namun Haikal bisa apa gadis itu harus pulang sebab sang calon ibu mertua yang memintanya. Radika yang sedari tadi terdiam sesekali mencuri pandang pada Luna yang mana dibalas dengan tatapan datar dan dingin, ia masih sedikit kesal pada kakak sepupunya itu, beruntung Winda tak ikut mengantar, jika itu terjadi Luna bisa pastikan ia akan kembali dibeda-bedakan dengan gadis itu.

Memeluk Luna dengan erat, " Jangan nakal di sana, ingat lo punya pacar di sini," bisik Haikal dengan sedikit penekanan, membuat Aluna mengangguk mengerti dan membalas pelukan lelaki itu, namur sial irisnya bertemu dengan Mel yang menatapnya dengan penuh arti, Luna penasaran ada apa sebenarnya antara Haikal dan Rakamel, keduanya terlihat berbeda beberapa hari terakhir ini. 

"Dua minggu, kalau gak ada halangan kita LDR, lo juga jangan nakal," balas Luna sesekali ia memberi kode pada Mel dengan tatapannya yang dibalas dengan gelengan dan senyuman hangat. 

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang