Nesta tak melepaskan tatapannya dari Luna yang kini duduk di meja belajar sembari mengotak-atik laptop lelaki itu, sesekali ia menghela napas berat ingin sekali ia mempertanyakan tentang apa yang ia lihat kemarin namun hatinya seakan enggan untuk mengatakan hal tersebut, ia tak mau senyuman di wajah gadis itu harus sirnah karena dirinya.
Kemarin setelah Nesta mengantar sang mama ke rumah teman, ia tak sengaja melihat Haikal dan Winda saling berboncengan dengan posisi gadis itu yang memeluk Haikal, okelah Nesta masih bisa berpikiran positif sebab motor lelaki itu merupakan motor sport yang sepertinya akan aneh jika yang dibonceng tak memeluk sang pengendara. Tapi pikiran itu runtuh ketika melihat keduanya masuk ke sebuah cafe, di saat Luna berada di rumah sakit, dan Nesta yakin Luna pasti tak mengetahui hal tersebut.
Irisnya itu tak pernah lepas dari Luna, membuat Luna yang sadar diperhatikan pun menghela nafas dan membalas tatapan lelaki itu dengan wajah yang dibuat kesal, sesekali ia mengangkat dagunya memberi pertanyaan pada Nesta melalui tanda.
"Kenapa sih? Lo ngelihatin gue gitu amat," tanya Luna tak lupa ia duduk di depan Nesta yang tengah bersandar pada ranjang.
Sesaat iris mereka bertemu, membuat degupan jantung Nesta berdetak diatas normal, sial ia berencana untuk merelakan Luna namun melihat gadis itu dengan jarak seperti ini membuat rasa ingin memilikinya semakin menggebu-gebu. Untuk beberapa detik Nesta memikirkan bagaimana jika ternyata gadis itu adalah kekasihnya, wahh memikirkannya saja sudah membuat lelaki keturunan Jerman itu bahagia.
"Lun, gue mau tanya kemarin lo—eh gak, gue mau tanya lo udah makan?"
Luna menautkan alisnya, ia yakin Nesta ingin mempertanyakan hal lain namun sudahlah dirinya tak mau menekan lelaki itu jika ia saja enggan untuk bercerita.
Menggeleng dengan wajah memelas, "Pas dapat izin dari nenek sama Haikal, gue langsung otw ke sini, lupa sarapan pula, lo udah makan? Kalau belum yuk pesan makan"
Nesta tersenyum sembari mengangguk, tak lupa ia menepuk puncak kepala gadis itu, yang anehnya membuat degupan jantung Luna berdetak secara tak karuan untuk pertama kalinya lagi ketika melihat senyuman Nesta.
Karena tak ingin kedapatan tersipu, Luna mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, ia tak mau jika Nesta tahu kalau dirinya kembali tersipu karena tingkah laku lelaki itu. Ayolah, degupan jantung itu salah, kenapa ia harus berdetak seperti itu saat Luna sudah memiliki kekasih, wahh sepertinya takdir ingin bermain-main sebentar dengannya.
Nesta yang segera mengambil ponselnya pun sesekali mencuri pandang pada Luna, ia masih memikirkan tentang Haikal dan Winda dan ingin sekali ia memberitahu gadis itu , lidahnya terasa gatal ingin bertanya namun hatinya enggan untuk menuruti keinginannya itu, hingga pintu yang dibuka dengan sedikit kasar menarik atensi keduanya, Sheina yang menjadi pelaku dari suara berisik itu hanya bisa tersenyum sembari memperlihatkan beberapa kantong plastik berisi makanan.
Senyuman merekah di wajah Luna, ia senang melihat kehadiran Sheina yang selalu tepat waktu jika berurusan dengan makanan, tanpa berbasa-basi lagi. Nesta beranjak untuk mengambil piring dan juga secerek air minum untuk mereka.
"Baru tadi gue sama Nesta mau pesan makan," celetuk Luna yang dibalas decakan dari Shiena.
"Kepala lo semenjak kena helm mulai sedikit eror yah? Kan lo tadi bilang mau ke rumah Nesta dan nitip makanan ke gue, wahh gila untung lo gak amnesia pasca kejadian itu," sindir Sheina, yang sukses membuat Luna terdiam sejenak, ia mengingat kembali apa yang ia lakukan pagi ini dan sesekali berdecak ketika mengingat jika dirinya sempat menghubungi Sheina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna [COMPLETED]
Teen FictionAuthor: DYALOVAA Aluna Maisie seorang gadis yang baru saja menginjakkan kakinya di Jakarta, harus dikejutkan dengan rumor yang beredar jika dirinya adalah kekasih dari seorang lelaki bernama Haikal Mahardika. Sosok yang bahkan tak pernah ia temui, t...