30

455 58 4
                                    

Suasana hening menjalar di dalam mobil yang ditumpangi Luna dan Haikal, keduanya tengah berada di dalam pemikiran masing-masing, sesekali Luna melirik ke arah Haikal ia merutuki kejadian tadi yang membuat suasana hati lelaki itu menjadi begitu buruk. Tapi Luna tak bisa menyalahkan itu sepenuhnya, yang namanya masalah tidak akan datang untuk meminta izin lebih dulu, aaah mengingat kejadian tadi mampu membuat Luna kesal sendiri.

Sedangkan Haikal, lelaki itu masih mencoba untuk berkompromi dengan emosinya, ia tak suka cara lelaki tadi memperlakukan Luna, ia saja tak pernah mengkasari gadis itu bagaimana bisa lelaki asing tadi meneriaki, menarik baju Luna dengan seenak jidat. Memikirkannya saja sudah berhasil membuat ia naik pitam, dengan kesal ia memukul stir mobil membuat Luna kaget.

Menyadari aksinya itu membuat Luna terkejut, dengan segera ia melihat ke arah gadis itu, yang mana Luna hanya memberikan senyuman canggung. Haikal tahu gadis di depannya ini pasti tengah mencari cara untuk membuat mood-nya kembali seperti semula.

"Maaf gue masih kesal sama kejadian tadi, lo gak papa kan?" dengan lembut Haikal bertanya, tak lupa ia mengusap pelan rambut Luna, yang mana dibalas anggukan.

Sesaat iris haikal jatuh pada jaket yang dikenakan gadis itu, ia memikirkan bagaimana bisa Luna mengenakan pakaian yang kotor dibaliknya, jujur saja Haikal tak enak hati pada sang gadis mestinya ia saja yang membeli kopi tadi. Tapi mau dipikirkan bagaimana pun juga semuanya sudah terjadi.

"Kenapa sih? Gue minta maaf kalau kejadian tadi buat mood lo gak baik, tapi jangan keterusan kita kan mau ke hidden gem yang lo maksud," sebisa mungkin Luna berucap dengan aura positifnya.

"Habisnya sih dia narik baju lo di depan mata gue, belum lagi neriakin lo, kok ada sih laki modelan kayak gitu," gerutu Haikal membuat Luna tertawa setelahnya.

Gadis itu merasa lucu melihat Haikal yang menggerutu seperti ini, terlihat menggemaskan di mata Luna, sebelum akhirnya ia menepuk pelan kepala Haikal dengan senyuman lebar. Tak lupa ia menatap tepat ke iris Haikal, membuat lelaki itu sedikit tidak fokus dengan kendaraannya.

"Lun, gue harus fokus nih," suara Haikal terdengar rendah.

Cup~

"Jangan marah lagi yah, biarin tuh orang tadi toh gak penting juga dipikirin," jelas Luna setelah ia mencium pipi Haikal.

Tentu saja Haikal tersipu, pasalnya ini adalah momen yang langkah. Perlu di ingat Luna tak pernah mencium pipi Haikal terlebih dulu apalagi dengan inisiatif sendiri, jadi bukankah Haikal patut tersipu karena ini?. Tak ingin membuat suasana kacau, Haikal mengangguk tak lupa ia memegang tangan gadis itu dengan erat tepat setelah mereka menjauh dari pusat kota.

Mengingat hidden gem yang dimaksud Haikal kali ini berada sedikit jauh dari kota, sekitar satu jam menempuh perjalanan. Tempat tersembunyi yang ia ketahui dari Glen, Glen tahu dari mana Haikal tak perduli. Ia tahu tempat itu setelah sering mengantar Gwenlie untuk berkencan dengan Glen dulu, perlu digaris bawahi hubungan Glen dan Gwenlie dulu tidak mendapatkan restu, karena satu dan lain hal. Namun setelah sepasang kekasih itu mengantongi restu keduanya memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.

Jalanan yang mulai sepi dengan pemandangan yang mampu menyejukkan hati itu terpampang dengan indah di setiap kiri kanan jalan, suara desiran ombak menyapa indra pendengaran sepasang kekasih itu, langit yang memperlihatkan warna jingga membuat Luna tak berhenti merasa takjub, sesekali ia meraih ponselnya untuk mengambil video senja yang keindahannya hanya dinikmati sesaat.

Karena tak ingin ketinggalan momen itu, Haikal menepikan mobil yang dengan cepat Luna turun dari mobil dan mengambil beberapa foto dirinya, Haikal dan foto mereka berdua. Tak lupa ia juga mengabadikan momen itu dalam bentuk video, senyumannya mengembang ketika melihat siluet Haikal dari balik layar ponsel, lelaki itu tengah mengambil beberapa foto sunset, sesaat Luna mengangumi sosok Haikal.

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang