10

972 111 1
                                    

Luna mencoba untuk membantu Haikal berjalan, pasalnya ia merasa tak enak membiarkan lelaki itu jalan sendiri dengan kondisi kaki yang pincang. Mereka berhenti di depan lorong kompleks, membuat keduanya harus berjalan kaki untuk masuk ke kediaman mereka. Tak ada yang mencoba untuk memecah keheningan, keduanya sibuk menahan ego masing-masing. Hingga Haikal meminta untuk berhenti sejenak, saat itu ia mencoba untuk berbicara baik-baik dengan Luna.

Meminta maaf dengan sungguh-sungguh kali ini, Luna hanya menatap iris Haikal sejenak sebelum ia lebih memilih untuk menatap sepasang sepatu yang mereka kenakan. Untuk pertama kalinya ia merasa gugup berhadapan dengan lelaki itu. Jantungnya seketika berdetak sedikit cepat dari biasanya, bahkan tanganya mulai terasa lemas.

"Gue mau minta maaf, mungkin kejahilan gue buat lo gak nyaman. But trust me, gue hanya ingin berteman," ucap Haikal, padahal bukan hanya itu yang ingin ia katakan. Namun seakan semuanya tertahan ditenggorokannya.

"Tapi cara lo salah kal," Haikal sedikit menajamkan telinganya, pasalnya Luna berucap dengan nada suara yang kecil.

"Apa?" tanya Haikal, memberi kode agar gadis itu mengulangi ucapannya.

Menatap Haikal dengan tatapan kesal, "Yah kalau ingin berteman gak gitu juga kali, lo bahkan sampe buat gosip kalau kita pacaran, lo tahu gak gimana paniknya gue pas ditanya tentang itu?! Jujur gue gak tahu lo siapa tapi seketika lo masuk di kehidupan gue dengan cara yang benar-benar gak masuk akal," Luna mengulang ucapannya dengan nada yang naik satu oktaf, bahkan Haikal sedikit terkejut pasalnya gadis itu kembali memperlihatkan kekesalannya.

"Yah, gue hanya bercanda saat itu, gue juga gak tahu kalau akan se booming ini," Haikal mencoba untuk membela diri. "Bisa gak sih, lo gak emosian mulu kalau ketemu atau ngomong sama gue, coba cari sisi gue yang lain, yang bisa buat lo nyaman, gue juga gak enakan tahu kalau ngelihat ekspresi lo yang kayak gini terus," lanjut Haikal dengan nada yang tak kalah kesal, kali ini ia memegang wajah Luna, mencoba untuk menjelaskan bagaimana ekspresi gadis itu.

Luna hanya bisa mempoutkan bibirnya karena kesal, ia menatap iris Haikal yang juga sama kesalnya. Mereka berdua nyaman dengan posisi mereka seperti itu, hingga sebuah mobil melintas didepan mereka dan berhenti karena melihat keduanya.

"Berencana pacaran di sini?" ucapan itu berhasil membuat Luna melepaskan wajahnya dari tangan Haikal dan melihat ke arah sumber suara itu.

Tatapan Luna membulat saat melihat sepasang suami istri, seorang gadis dan anak kecil berumur sekitar sepuluh tahun tengah melihat ke arahnya dan Haikal. Ingin sekali Luna menyembunyikan wajahnya, ketika melihat tatapan Gwen tak bersahabat saat ini. Refleks ia pun memegang ujung baju Haikal, merasa dengan memegang sesuatu dapat membuatnya nyaman.

"Ayo masuk," panggil mama Haikal dengan senyuman manisnya.

Mendengar itu Haikal menarik tangan Luna untuk naik ke mobil, tapi gadis itu bertahan. Ia tak akan membuat dirinya berada di zona yang tak nyaman walaupun itu hanya untuk beberapa menit.

"Lo aja, gue pengen jalan kaki," ucap Luna dengan senyuman caggungnya, tak mungkin kan ia memasang wajah kesal di depan keluarga Haikal saat ini.

"Ya udah kalau gitu kita jalan kaki bareng," balas Haikal, dengan cepat Luna menggeleng memperlihatkan senyuman canggungnya. Sesekali ia melirik ke arah Gwen, tahu jika gadis itu menatapnya dengan begitu sinis.

"Please, kalau lo emang merasa bersalah ke gue. Biarin gue jalan kaki, gue mohon. Lo aja yang naik," dengan nada memohon Luna berucap. Merasa lucu dengan sikap gadis itu, Haikal hanya bisa menahan senyumnya, dan mengangguk mengerti.

"Loh kamu kok gak naik?" tanya mama Haikal saat lelaki itu sudah duduk dikursi penumpang dengan tenang.

"Gak apa-apa tante, kebetulan aku ingin jalan kaki, makasih udah ditawarin," balas Luna dengan senyum manisnya.

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang