29

455 56 14
                                    

"Wahh, kakak gak tahu kalau kamu suka sama cheescake, lain kali kakak beliin yang banyak deh buat kamu," ucap Aluna sembari membersihkan mulut Kevin dengan senyuman manisnya.

Senyuman yang berhasil membuat Kevin memperlihatkan deretan giginya itu, Luna ,mencubit pipi Keevin gemas, sebelum ia menjatuhkan pandangannya pada Haikal yang sibuk bermain bola bersama beberapa anak lainnya. Waktu masih menunjukkan pukul 14:40 sore dan mereka berencana untuk pulang dijam 3, masih ada beberapa menit untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak panti itu.

"Anak-anak senang banget kalau dengar kalian mau datang, heran aku tuh," celetuk Nendi dengan senyuman ke-ibuannya.

Luna tersipu ia tak tahu mengapa anak-anak begitu antusias jika melihat dirinya atau pun Haikal, padahal menurut Luna sendiri ia tak ada bakat untuk membuat hati anak-anak luluh, namun anehnya aura gadis itu selalu saja membuat anak-anak bahagia dengan melihatnya.

"Mungkin aku sama Haikal punya aura positif kali, atau di kehidupan sebelumnya aku ibu panti juga," canda Aluna yang dihadiai dengan pukulan kecil dari Nendi. 

"Dasar kamu, tingkat percaya diri kamu itu mirip banget sama mama kamu"

Luna hanya bisa tersenyum lebar mendengar ucapan Nendi yang merupakan sahabat sang mama. Untuk sesaat mereka tertawa karena pembicaraan Nendi yang mengambil topik mengenai masa mudanya itu. Sesekali Luna menggeleng dengan tawa yang mengudara ketika mendengar bagaimana bar-barnya sang mama dulu, belum lagi tingkah laku mamanya hampir mirip dengan Luna saat ini.

Mengusap rambut Luna dengan senyuman hangat, "Kalau nanti kamu tersandung batu ditengah jalan, jangan marah. Anggap itu sebagai rintangan buat kamu melangkah lebih jauh lagi, jangan cengeng hanya karena cinta. Tante ngomong gini karena keberhasilan suatu hubungan itu tidak bisa kita percaya 100%," Luna menatap iba pada wanita di depannya itu.

Ia merasa tak enak hati ketika Nendi mengakhiri cerita mereka mengenai hubungan asmaranya dulu yang sialnya membuat Nendi terpuruk untuk sesaat sebelum akhirnya ia bangkit,walaupu tidak sepenuhnya. Sekuat itukah efek cinta pada seseorang?

"Maaf tante jadi ngelantur, aaa satu lagi. Untuk beberapa bulan ke depan sepertinya kamu gak akan bisa ketemu Leana dulu"

"Kenapa tan?"

"Leana udah dapat pendonor mata, dan minggu depan akan berangkat ke Arnesia," ucap Nendi sembari melihat ke arah Leana yang ikut bermain walaupun anak itu tidak bisa melihat seperti orang pada umumnya.

Luna yang penasaran hanya menatap wanita itu dengan penuh tanda tanya, ia masih memikirkan kenapa harus di Arnesia? Okelah mungkin pendonor mata untuk Leana dari Arnesia tapi apakah harus menjalani operasi di sana?

"Morgan benar-benar bekerja keras mencari pendonor mata untuk Leana, dan di saat ia ingin menyerah, entah ia harus senang atau sedih, ia mendapatkan seorang pendonor"

Luna menyimak penjelasan Nendi, yang mana terlihat ekspresi wanita itu pun sendu membuat Aluna semakin penasaran saja. Akhirnya ia ikut melihat ke arah Leana yang kini berada dalam pelukan Haikal, gadis itu tertawa dengan bahagia, tanpa sadar air mata Luna lolos, ia membayangkan betapa senangnya Leana jika ia bisa kembali melihat dunia.

Gadis kecil itu harus kehilangan penglihatannya saat duduk dibangku sekolah dasar kelas dua, saat itu pulang sekolah dan Leana dijemput Morgan dengan sepeda tua milik lelaki itu. Namun nahas  saat diperjalan keduanya tak melihat mobil yang melaju dari arah berlawanan dan membuat keduanya tertabrak, Leana terlempar ke arah mobil itu ketika Morgan menarik rem secara mendadak, dan akhirnya bisa ditebak. Beberapa serpihan kaca masuk ke dalam mata gadis itu yang membuat ia harus kehilangan penglihatannya.

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang