28

444 58 10
                                    

 "Hari ini main sama gue yuk, gue kangen loh," bisik Nesta tepat setelah ia menaruh kepalanya di pundak gadis itu, setelah mereka selesai makan siang dan kini tengah berdiri di meja kasir.

Sesaat Luna sempat terkejut karena aksi lelaki itu, namun detik selanjutnya ia tak lagi memperdulikan tingkah laku Nesta yang mana menurutnya sudah tak asing lagi. Hingga akhirnya Nesta meraih tubuh Luna kala gadis itu melangkah dengan senyuman jahil.

"Kebiasaan yah, lo belum jawab tau," celetuk Nesta kala tangannya memegang baju gadis itu.

Berbalik, "Lo lupa hari ini gue harus ke panti asuhan?" balas Luna dengan senyuman yang membuat Nesta berdecak kesal.

"Sulit banget sih jatuh hati sama pacar orang," gumam Nesta sebelum akhirnya ia menyingkirkan Luna dengan sedikit kasar namun dibalas dengan tawa dari gadis itu.

"Makanya dulu waktu udah yakin saling suka, malah narik ulur, giliran udah di milikin sama yang lain baru deh nyadar, nyesal kan?" celetuk Luna dengan nada mengejek, yang membuat Nesta memberikannya tatapan tajam.

"Romantis aja terus, heran gue sama lo berdua," gerutu Salsa yang sedari tadi berdiri dibelakang kedua manusia itu.

Luna dan Nesta hanya bisa tertawa sebelum akhirnya, Sheina menyambar lengan lelaki itu dengan raut wajah yang mencurigakan. Mengerti dengan kode-kodean dari Sheina, Nesta hanya menghela nafas sejenak, sebelum akhirnya mengeluarkan dompet untuk membayar makanan ketiga kaum hawa disekitarnya itu.

Berbeda dengan keadaan di kantin fisip, kini kantin ekonomi dilanda suasana yang begitu ramai kala beberapa senior ikut bergabung bersama kelompok Haikal, dan sialnya salah satu senior Haikal memanggil kelompok Luna untuk duduk di meja mereka yang sudah dipenuhi akan kaum Adam itu. Sebenarnya Haikal berharap jika gadis itu tak mengiakan ajakan sang senior, namun Haikal harus mengumpat dalam hati ketika Winda dengan senyuman ramahnya mendatangi mereka.

Senyuman ramah Winda membuat beberapa senior Haikal berdecak kagum, bahkan gadis itu benar-benar memperlihatkan keanggunan yang sesungguhnya, Mel mendorong salah satu temannya untuk menyingkir dan menepuk tempat kososng itu, memberikan kode pada Winda untuk duduk di sampingnya saja, namun sayang gadis itu memilih tempat kosong di samping Haikal.

"Padahal niat gue baik, kalau bukan karena Dika gue malas banget senyum ke arah dia," gerutu Mel pada Regam.

"Wait, bukannya lo pernah suka sama Winda?"

Mel memukul perut lelaki itu dengan kesal, membuat Regam melototinya. Menurut Regam ia tak salah berucap, karena kenyataannya Mel pernah menaruh rasa pada Winda, itu yang Regam ketahui.

"Gue gak suka, hanya gue senang aja gitu ngegoda dia, tapi gak dalam konteks suka yang sebenarnya, gue lucu aja ngelihat tingkah dia yang suka sok polos padahal aslinya, hmmm gue gak perlu cerita cukup gue sama Salsa aja yang tau"

"Gak boleh lo doang sama Salsa yang tau, kasih tau gue juga, gue cemburu loh kalau ada rahasia hanya lo sama pacar gue doang yang tau," protes Regam dengan mata yang memicing, membuat Mel berdecak sebelum akhirnya memukul kepala lelaki itu dengan kesal.

"Oh ia, kamu calon maba di fakultas ini?" tanya salah satu senior pada Winda, yang mana gadis itu mengangguk dengan senyuman yang ayolah, siapa pun yang melihat itu akan terpana.

Haikal tak begitu menyimak, ia sibuk memainkan ponselnya mencoba untuk berselancar di dunia maya, hingga indra pendengarannya mulai mendengar sang senior memberikan pertanyaan-pertanyaan yang Haikal duga membuat Winda tak nyaman, terlihat dari gadis itu yang meremas jari-jarinya dan membuat Haikal sedikit terganggu.

Aluna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang